Airin menerima sebuah Pernikahan Bisnis, karena jatuh cinta pada pandangan pertama pada calon yang di jodohkannya, Austin Castillo.
Airin memiliki hidup yang hancur selama 2 tahun pernikahannya. Suaminya tidak pernah mencintainya, juga Ibu Mertuanya yang selalu jahat padanya.
Suatu insiden menimpa Kakak Suaminya, Erlan Castillo yang merupakan CEO, dikabarkan terlibat dalam pencucian uang dan pengelapan membuat dia di jatuhkan dari posisinya.
Dalam pergolakan ini, Istri Kakak Suaminya itu malah mengoda Suami Airin, mereka diam-diam berselingkuh. Ternyata Suami Airin sudah lama memendam cinta pada Kakak Iparnya sendiri.
Airin mencoba bertahan...
Sampai suatu tragedi menimpa Erlan, dan Erlan kecelakaan, koma dan hampir mati.
Namun Kakak Iparnya itu bukannya mencemaskan Erlan, malah sangat gencar mengoda Austin.
Apakah Airin bisa mempertahankan Pernikahannya?
Atau menemukan Kebahagiaan baru?
Persaingan, Harta, Tahta dan Cinta.
Siapakah yang Akan Menang pada akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Za L Lucifer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25: Satu Kamar
Hari itu, Paman Erlan, Haikal benar-benar akan menginap di Apartemen tempat Airin dan Erlan tinggal.
Sore itu, Airin sedang membereskan beberapa barang dikamarnya untuk dibawa pindah ke kamar Erlan, ke Kamar Utama di Apartemen itu.
Jujur, Airin merasa cukup canggung untuk pindah ke kamar Erlan, namun ini tidak ada pilihan lain.
Yah, karena Erlan bilang Erlan merasa tidak enak jika mengungkapkan soal pernikahan mereka yang hanya untuk balas dendam pada Paman Haikal, tidak ingin terlalu membuat pamannya itu khawatir.
Airin sendiri juga merasa lebih sedikit orang yang tahu jika ini pernikahan pura-pura, itu akan lebih baik.
Walaupun mereka benar-benar memiliki surat nikah, namun itu hanyalah sebuah pernikahan diatas kertas, tidak lebih dan tidak kurang.
Jika memikirkan hal semacam ini, ini membuat Airin menjadi ingat.
Pernikahannya selama dua tahun itu, dengan Austin juga hanya sebuah pernikahan di atas sebuah kertas, dirinya yang jatuh cinta duluan, dan akhirnya dirinya yang menjadi sakit hati lebih dulu, dan akhirnya mengalami semua tragedi ini.
Ya, Airin juga tahu, Kak Erlan tidak bisa disamakan dengan adiknya, Kak Erlan bukan orang semacam itu.
Dan ketika dirinya mengambil keputusan ini, Airin juga tahu, tidak akan ada perasaan yang terlihat dalam hubungannya dengan Erlan.
Jadi, Airin mencoba menghapus perasaan perasaan aneh di dalam dirinya.
Sampai Airin tiba di kamar Erlan, rasanya cukup canggung.
Erlan yang melihat bahwa Airin sudah tiba dikamarnya, tentu saja membantu Airin untuk membereskan barang-barang nya.
"Aku sudah menyiapkan sebuah ruangan di lemari, kamu bisa meletakkan beberapa pakaian mu di lemari sebelah kiri," kata Erlan dengan senyuman ramah.
Airin tahu, senyuman dan sikap ramah itu, tidak lebih hanya sikap alami dari Erlan, namun terkadang Airin sedikit terpesona dengan senyuman manis itu.
Senyuman hangat yang begitu tulus, yang entah kenapa membuat hatinya terasa hangat.
"Terimakasih, Erlan. Aku akan membereskannya, ini ha mudah kamu tidak perlu repot-repot membantuku," kata Airin dengan bersikap sopan.
Namun, jelas Erlan gak menerima penolakan dirinya segera mengambil koper ditangan Airin.
"Tidak, Aku yang membuat kamu kerepotan sampai pindah ke sini segala, jadi aku harus bertanggung jawab untuk membereskan kekacauan ini, yah mau bagaimana lagi, sedikit merasa tidak enak menceritakan soal pernikahan kita yang hanya pura-pura ini di depan Paman Haikal,"
"Sungguh, ini tidak masalah sama sekali, biar Aku saja,"
Tiba-tiba, keduanya berebut koper itu, hingga kedua tangan mereka bersentuhan.
Jelas, Airin yang memang merasa sedikit sensitif belakagan dengan sikap Erlan, menjadi terdiam dengan sentuhan hangat itu.
Rasanya, jantungnya berdebar lebih keras.
Airin yang tengelam dalam lamunan nya itu tanpa sengaja mengendorkan tangannya, membuat Erlan yang menarik koper itu menjadi kaget, dan akhirnya menjauhkan koper itu sampai menimpa kaki Erlan.
Dengan suara barang jatuh itu jelas membuyarkan lamunan Airin.
"Ah, Kak Erlan tidak apa-apa?"
Airin jelas masih belum terbiasa memanggil Erlan dengan nama langsung.
Erlan segera menyingkirkan koper itu dari kakinya.
"Tidak apa-apa kamu tidak perlu khawatir,"
Namun, Airin tetap saja merasa bersalah dan secara refleks melihat kearah Kaki Erlan.
"Biar aku lihat, takut-takut ini terluka," kata Airin sambil melipat celana Erlan, agar bisa melihat kaki Erlan yang kejatuhan koper tadi.
Airin mentap kaki putih mulus itu, yang terlihat memiki otot kaki yang baik dan terawat dengan baik.
Sangat beruntung tidak ada luka atau memar disana.
Namun segera pikiran Airin melayang kemana-mana ketika Airin menatap Kaki itu.
Astaga, Kakinya saja sangat bagus seperti ini, liat otot-otot ini!
Apalagi tubuhnya...
Kaki ini saja sangat enak untuk di sentuh.
"Airin? Apakah ada memar di sana?"
Mendengar suara magnetis itu, tiba-tiba Airin menjadi salah tingkah.
Merasa pikirannya barusan gila!
Kenapa dirinya bisa-bisanya menatap Kaki saja menjadi seperti itu?
Dasar gila!
Tapi sungguh, kenapa Kaki Kak Erlan saja terlihat sangat indah?
Tidak ada rambut disana, halus dan mulus, sangat nyaman untuk menyentuh kaki itu.
"Ti... Tidak... Tidak ada memar," kata Airin segera bangun dan mulai mengambil kopernya tidak berani menatap wajah Erlan , akut dirinya malah memiliki pikiran aneh lainnya juga terus menatap Erlan.
Sungguh, dirinya masih wanita Normal dihadapannya dengan Pria setampan Kak Erlan, jelas ada beberapa percikan dihatinya.
Namun kenapa Pria di depannya itu sama sekali hanya selalu bersikap tenang dengannya?
Dan bahkan tidak terlalu banyak ekpersi ketika tahu bahwa mereka berdua akan tinggal di kamar yang sama?
Apakah sebenarnya, Kak Erlan ini tidak pernah mengagap dirinya sebagai seorang wanita?
Pada akhirnya, pertanyaan Airin tidak terjawab sampai malam itu mereka akhirnya memasuki kamar yang sama.
Erlan yang pertama kali bicara,
"Kupikir Aku akan tidur di sofa tidak kamu tidak nyaman,"
Airin jelas merasa cukup heran ketika mendengar hal itu.
"Sebenarnya tidak apa-apa jika, Kak Erlan tidur ditempat tidur denganku,"
Erlan segera menatap Airin dengan wajah heran,
"Tidak bisa seperti itu, maksudku... Kamu adalah wanita dan Aku adalah seorang Pria... Sungguh, kita tidak bisa ada ditempat tidur yang sama, takut-takut... Aku mungkin melakukan hal yang aneh padamu, maksudku..."
Airin cukup kaget dengan kata-kata Erlan barusan.
"Tapi Aku yakin Kak Erlan tidak akan melakukan apapun,"
"Astaga Airin, Tapi Bagaimanapun Aku masih laki-laki Normal... Untuk berada ditempat tidur yang sama dengan kamu yang seorang wanita... Ini sedikit canggung, dan lagi, Aku sudah lama tidak menyentuh wanita, Aku tidak tahu apakah bisa mengembalikan diriku, apalagi obat yang Aku minum untuk menjaga kesuburanku... Obat ini sedikit memiliki efek samping, kadang membuatku lebih bergairah, ini memang sedikit memalukan, maaf jika kamu merasa tidak nyaman, jadi Aku akan tidur di sofa," kata Erlan segera melarikan diri dengan menaruh bantal di sofa.
Jujur Airin tidak bisa berkata-kata dengan hal-hal yang barusan dirinya dengar.
Ya, dirinya memang tahu jika Kak Erlan meminum beberapa obat secara rutin, namun dirinya tidak pernah mengira jika obat semacam itu memiliki efek seperti itu.
Setahu dirinya, Kak Erlan memamg tidak terlibat dengan wanita manapun selama ini...
Jadi ketika efek samping obat terjadi...
Apa yang akan Erlan lakukan biasanya?
Airin tiba-tiba merasa sangat malu ketika memikirkan hal semacam ini.
Sungguh, kenapa otaknya jadi seperti ini?
Astaga, kenapa pula Kak Erlan memberikan informasi semacam itu pada dirinya?
Dan sekarang apakah Kak Erlan...
Airin bahkan terlalu malu untuk bertanya lebih lanjut, jadi hanya ketempat tidurnya, dan masuk kedalam selimut, namun diam-diam mencuri pandang pada seorang pria yang saat ini mencoba berbaring sofa.
sehat selaluu
Terima kasih kak Author 🙏 utk karya2nya yg mnurut aku ga gampang membuat sbuah karya cerita, semangat utk karya2 terbarunya 💪🏻🥰
terimakasih banyak atas karyanya, banyak kesan dan inspirasi yang dapat diambil 🤗
semangat kak terus berkarya 🙏🤗