Terdampar pada masa lampau berhasil membuat Zaina kebingungan, masa kerajaan yang selama ini sedikitpun tidak pernah ada dalam benaknya. Ia berubah menjadi sosok Maheswari, putri bangsawan yang memiliki kisah cinta pelik, padahal kisah cinta Zaina di dunianya saja sudah sangat mengenaskan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Miss_Kha11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Jangan Berulah Lagi!
Brakk,
Sendok yang kupegang jatuh ke lantai saat suara pintu yang dibuka dengan kasarnya itu mengejutkanku, untuk saja aku tidak sedang mengunyah makanan jika iya pasti sekarang sudah tersedak.
Kulirik romo yang berdiri di ambang pintu dengan wajahnya yang penuh amarah, tidak ada angin tidak ada hujan mengapa romo bisa seperti itu. Seingatku aku sama sekali tidak membuat kesalahan.
"A-ada apa Romo?"
"Kali ini apalagi yang Kau perbuat Maheswari?!"
"Maksud Romo?"
Aku benar-benar tidak membuat masalah apapun, tidak mungkinkan ada rumor aneh tentangku dan Raden Rawikara lagi sedangkan terakhir kali bertemu saja hubungan kami tidaklah baik.
Romo melemparkan dengan kasar selembar kertas padaku, surat itu berhuruf jawa kuno yang tentu saja aku tertatih untuk memahaminya. Tapi yang pasti ada stempel kerajaan disana, apakah surat ini dari raja?
"Kau membuat kesalahan apa sampai raja mengirim pengawal untuk memanggilmu?"
Apakah karena masalah teka-teki kemarin? Raja tidak terima dengan kalimatku yang tidak sopan sehingga sekarang ingin memanggilku?
Aku tidak tahu jika itu akan berbuntut seperti ini, aku kan hanya tidak mau kaum wanita semakin terinjak-injak. Tidak menyangka ini justru akan berdampak buruk.
Aku langsung duduk bersimpuh di depan romo, berharap amarah romo semakin mereda. "Romo maafkan Maheswari Romo...."
"Kau melakukan apa Maheswari? Katakan padaku!"
Hanya gelengan kepala sebagai jawabannya, aku tidak mungkin kan mengatakan berdebat dengan raja. Itu terlalu sulit untuk dijelaskan.
Kedua lengan di sisi tubuh romo mengepal kuat, "Katakan!"
"Maafkan Maheswari Romo,"
"Katakan Kau melakukan apa? Romo akan membelamu sebisa Romo."
"Ini kesalahan Maheswari, Maheswari akan bertanggung jawab sendiri atas apa yang Maheswari perbuat. Romo tidak perlu– "
"Kau tidak mau mengatakannya? Kau tidak keberatan jika akan dihukum mati?"
Aku mendongak menatap romo yang masih menyimpan kemarahannya, apakah sampai seperti itu konsekuensinya? Dihukum mati hanya karena berdebay dengan raja.
"Aku–"
"Cukup katakan kesalahanmu, setidaknya romo akan membantumu meringankan hukuman Maheswari."
Romo memang memiliki kedudukan bagus di istana dan bisa sedikit membantu, tapi kan ini saja sudah mencoreng nama baik keluarga, apakah perlu merepotkannya kembali.
"Maheswari bersalah karena berdebat dengan Raja dan sadar telah melewati batas."
Prang,
Guci hiasan itu pecah berkeping karena romo, gurat kemarahan semakin jelas terlihat. Aku benar-benar takut.
"Bagaimana bisa Kau melakukannya Maheswari?! Untuk apa? Tidak bisakah Kau tidak membuat romomu ini sakit kepala?"
"Maaf aku tidak tahu jika Raja akan marah karena itu."
Tentu saja aku tidak menyangka, aku hanya membenarkannya ya walaupun kalimatku menyinggung tapi kan aku tidak bermaksud sama sekali. Aku hanya terbawa emosi saat itu hingga melupakan jika orang di zaman ini begitu gampang membunuh.
Raja bebas melakukan apapun yang dia lakukan, jangankan membunuh orang yang menyinggungnya, orang membunuh sekumpulan orang tak bersalah saja juga terserah dia.
"Lalu sekarang bagaimana? Aku tidak bisa melindungimu Maheswari."
Yang aku takutkan jika bukan hanya aku yang dihukum tapi seluruh keluargaku, aku tidak mau itu terjadi. Ini adalah kesalahanku dan hanya aku yang boleh mendapatkan hukuman, ya aku harus memohon kepada raja soal ini.
***
Aku berdiri dengan keringat dingin yang membasahi seluruh tubuhku, aku sudah berada di depan istana. Aku tidak tahu tempat apa ini, banyak tanaman bonsai dan juga bunga-bunga yang baru pertama kali kulihat. Terlihat asing karena di masa depan sudah jarang atau bahkan tidak ada.
Kencantikan bunga ini setidaknya sedikit mengurangi grogiku, tapi mengapa aku tidak dimasukkan ke penjara? Mengapa justru disuruh menunggu disini.
"Kau sudah datang?"
Mendengar suara itu aku langsung bersimpuh dan tidak lupa juga memberikan hormat.
"Ada apa dengan wajahmu? Mengapa Kau sepertinya memiliki ketakutan?"
Siapa yang bisa tenang jika hukuman berat di depan mata, ada acara bertanya kenapa lagi. Dasar aneh orang satu ini.
Aku menarik nafas dalam, mengatur suara yang kuucapkan agar tidak bergetar, "Baginda hamba mengakui jika saat itu ucapan hamba telah melewati batas. Tapi ini adalah kesalahan hamba sendiri, mohon jika hanya hukum hamba jangan keluarga hamba."
...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...
...Dont forget to click the vote button!...
...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...
Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^
And, see you.
teruslah berkarya semangat 💪💪💪