AREA 18+
Zara dan Sean harus menikah karena perjodohan kedua orangtuanya. Awalnya mereka bahagia namun setelah Zara mengetahui masa lalu Sean membuat Zara meragukan cinta Sean untuknya.
Akankah Zara bertahan atau Zara memilih pergi dari Sean?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apri Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Selesai sarapan makanan hotel, Sean dan Zara segera check out dari hotel untuk pulang kerumah Zara. Karena hari ini Zara dan Sean akan mengantar Bahar check up kerumah sakit.
"Kok jadi ganti mobil?" heran Zara saat motor Sean berganti dengan mobil yang biasanya digunakan oleh Sean.
"Aku minta Ricky bawa motornya." balas Sean memasang seatbeltnya.
"Lagipula kita itu mau nganter Ayah, masa iya pakai motor." kata Sean lagi.
Zara tersenyum mengangguki ucapan Sean.
Ditengah perjalanan ponsel Sean berdering membuat Sean menepikan mobilnya untuk menjawab panggilan video dari sang Papa.
"Ada apa sih Pa?" tanya Sean dengan wajah kesal.
"Papa cuma mau ngecek apa benar kamu sama Zara." kata Anggara yang masih tak percaya dengan Sean.
"Ya Allah Papa..."
"Geli Papa denger kamu nyebut gitu." Samar samar Zara mendengarkan suara Papa mertuanya itu.
Sean yang sudah kesal akhirnya memberikan ponselnya pada Zara.
"Assalamualaikum Pa." sapa Zara dengan wajah malu malu.
"Waalaikumsalam mantu kesayangan Papa, Maaf Papa cuma mau ngecek aja soalnya Sean suka bohongi Papa." jelas Anggara membuat Zara tersenyum.
"Mas Sean sama Zara kok pas sejak kemarin."
"Ya sudah, jangan lupa Zara."
"Jangan lupa apa Pa?"
"Bikinin cuci buat kami." kata Anggara yang langsung membuat Zara tersipu malu.
Zara mengembalikan ponsel Sean setelah selesai dengan panggilan videonya.
"Mulai nanti malam kita harus lebih semangat sayang."
"Semangat apa mas?"
"Bikinin cucu buat orangtua kita."
Zara diam tak menjawab namun pipi langsung merona dan memanas.
Keduanya sampai dirumah dimana Asih dan Bahar sudah menunggu keduanya.
"Maaf ya yah telat." kata Zara tak enak orangtuanya sudah bersiap.
"Nggak apa apa, namanya juga nungguin pengantin baru. memang harus sabar." celetuk Bahar membuat Zara tersenyum malu.
"Kalian sudah sarapan? mau sarapan dulu?" tawar Asih.
"Kita sudah sarapan kok bu."
"Kita berangkat sekarang saja," Ajak Sean yang langsung diangguki Asih dan Bahar.
Sean dan dua orang penjaga rumah Zara membantu Bahar memasuki mobil. Setelah itu disusul Zara juga Asih yang ikut memasuki mobil. Zara duduk didepan samping Sean yang menyetir dan Asih serta Bahar duduk dikursi belakang.
Sesampainya di rumah sakit, Asih menemani Bahar yang sedang diperiksa dokter didalam sementara Sean dan Zara menunggu diluar.
"Aku haus." keluh Sean.
"Aku belikan air mineral di kantin ya mas." kata Zara langsung berdiri dari duduknya.
"Aku ikut." Sean dan Zara akhirnya berjalan bersama menuju kantin.
Ditengah perjalanan, Dari jauh Zara melihat anak kecil berusia sekitar 4 tahun berlari kencang sambil membawa es krim di tangan nya.
"Raisa stop, jangan lari." dibelakang anak itu seorang pria nampak mengejar dan berteriak.
Anak itu tidak mengubris teriakan pria dibelakangnya dan malah berlari semakin kencang sambil tertawa dan akhirnya...
Brukk... Zara yang tak siap menghindar akhirnya ditabrak oleh anak itu membuat Rok yang Ia pakai terkena es krim yang dibawa anak itu.
"Aduh, es krim ku.." Anak perempuan itu duduk dilantai sambil memandangi es krimnya yang mengenai Zara hingga jatuh.
"Ya Allah Raisa, Papa sudah bilang jangan lari. kan jadi kena tante es krimnya." omel Pria yang tak lain adalah Papa dari anak itu.
Pria itu membantu Raisa bangun, "Maaf, maafkan atas kecerobohan putri saya."
Zara tersenyum, meski rok yang Ia pakai kotor tapi Zara sama sekali tak ada niat untuk memarahi anak itu.
"Maafin Raisa ya tante cantik." kata Anak bernama Raisa itu membuat Zara dan Sean tersenyum geli mendengar suara cempreng juga wajah melas anak itu.
Zara langsung berjongkok hingga tingginya menyamai Raisa.
"Nama kamu siapa?"
"Raisa..." balas Raisa dengan polosnya.
"Namanya cantik, sama cantiknya kaya Raisa." puji Zara membuat Raisa merasa senang karena dipuji oleh Zara.
"Tante cantik namanya siapa?"
"Zara, nama tante Zara." balas Zara lalu mengangkat tangan nya dan mengelus pipi Raisa.
"Tante Zara, maaf ya Raisa sudah bikin rok tante kotor." kata Raisa lagi masih dengan wajah memelas.
"Iya Raisa sayang, nggak apa apa. besok kalau Raisa bawa makanan harus duduk ya nggak boleh lari lari kayak tadi." kata Zara menasehati Raisa.
Raisa mengangguk, "Iya tante, besok nggak di ulang lagi kok."
"Pinter banget sih kamu." kata Zara sambil mengelus rambut Raisa.
Zara kembali berdiri,
"Sekali lagi saya minta maaf mewakilkan anak saya." kata Papa Raisa masih merasa bersalah.
"Tidak masalah, namanya juga anak anak." balas Zara sambil tersenyum.
"Ah ya perkenalkan saya Rayn dan ini putri saya Raisa." Rayn mengulurkan tangan pada Sean dan langsung disambut baik oleh Sean,
"Saya Sean dan ini istri saya Zara. salam kenal kembali." balas Sean memandang Rayn dengan pandangan tak suka karena sedari tadi Rayn memandang ke arah Zara.
Rayn mengulurkan tangan nya pada Zara namun Zara dengan halus menolak uluran tangan Rayn membuat Rayn hanya bisa tersenyum masam.
"Kalau begitu kami duluan ya." kata Sean lalu merangkul bahu Zara membawanya pergi dari sana.
"Tante itu cantik ya Pa kayak Mama." samar samar Sean mendengar Raisa mengatakan itu pada Rayn.
"Rok kamu kotor." kata Sean setelah meneguk hampir setengah botol air mineral yang baru saja dibelikan oleh Zara.
"Nggak apa apa mas, nanti dicuci." balas Zara santai.
"Kok bisa sih kamu nggak marah?" heran Sean melihat sikap Zara yang sedari tadi terlihat baik baik saja bahkan tidak ada amarah dari mata Zara saat Raisa mengotori rok milik Zara.
"Masa iya mau marah sama anak kecil mas." Zara malah tersenyum geli mendengar pertanyaan aneh suaminya itu.
"Ya nggak gitu, biasanya cewek kalau bajunya ada yang ngotori langsung marah kan?" Sean masih saja kekeh dengan pertanyaan nya itu.
"Nggak lah mas, Raisa masih anak anak, masih seneng senengnya lari tanpa peduli harus hati hati. aku seneng dia tadi nabrak aku. coba nabrak pintu atau nabrak benda benda lain nya kan malah kasihan, sakit." jelas Sean langsung tersenyum dan mengelus rambut Zara.
"Kenapa baik banget sih kamu itu."
"Ck, apa sih mas... ya memang harusnya gitu kan mas."
Sean mengangguk setuju, "Tapi aku nggak suka sama bapaknya Anak tadi."
"Lho kenapa mas? bukan nya dia baik ya?" heran Zara mengingat Rayn Papa Raisa begitu ramah pada Sean dan dirinya.
"Aku nggak suka cara dia ngeliat kamu. Kaya suka gitu." balas Sean dengan nada kesal membuat Zara hanya bisa menggelengkan kepalanya heran.
"Dia udah punya Raisa mas, pastinya dia juga udah punya istri kan, masa iya masih naksir sama aku." protes Zara.
"Ck, jaman sekarang jangan terlalu percaya sama pria. Mereka yang sudah beristri saja banyak yang nakal nikah lagi dan nipu wanita ngakunya belum nikah." jelas Sean dengan bibir mengerucut sebal.
"Dan semoga itu pria lain, bukan mas. semoga mas nggak gitu ya."
BERSAMBUNG...
jangan lupa like vote dan komen...