Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24
Setiap orang memiliki cerita tentang rumitnya perjalanan hidup yang di lalui.
Setiap orang punya kisah tentang bagaimana bertahan melewati badai kehidupan.
Dan kenyataannya membuktikan bahwa pada akhirnya semua itu mampu terlewati karena di setiap perjalanan akan selalu ada pelajaran yang dapat di ambil hikmahnya. Berserah bukan berarti menyerah, bisa jadi sebuah usaha yang tidak lagi nampak atau tak lagi di perjuangkan. Saat kita mulai berhenti karena telah merasa lelah, merasa kerena usaha yang di perjuangkan tak pernah mendapatkan cahaya dan semakin berpikir dengan keras, semakin sulit juga bagi kita mengambil keputusan.
Semakin kita ingin memperbaiki keadaan, semakin banyak tantangan yang akan menghadang dan juga menguji keadaan bagaimana diri ini menghadapinya.
Di saat segenting itu, ketika diri merasa tidak dapat melewati lagi ingatlah bahwa untuk tetap tenang dan mengingat untuk terus berdo'a. Yakinkan lah dalam hati sebab perubahan tidak akan terjadi jika hanya berpikir dan yakin dengan kekuatan sendiri. Yakinkan dalam hati bahwa setiap langkah yang di bumbui oleh do'a akan berjalan dengan lancar...
...•:•.•:•.•:•:•:•:•:•:•:•☾☼☽•:•.•:•.•:•:•:•:•:•:•:•...
"Emily, dari mana saja kamu.? " ucap Aidan dengan membuka pintu.
"Memangnya kakak ipar di mana kak.? "tanya seorang wanita yang saat ini terlihat menatap Aidan dengan wajah penasaran.
Deggg...
Terlihat Aidan yang mendongakkan kepalanya mendengar suara yang saat ini terdengar familiar.
"Salsa... "panggil Aidan dengan melihat wanita yang ada di hadapannya.
"Ya, ada apa kak.? " tanya Salsa dengan melihat Aidan.
"Ada apa kamu datang kesini.?" ucap Aidan, saat Salsa ingin menjawab saat itu juga Berlian berlari mendekati Salsa yang masih berdiri di depan pintu.
"Tante Salsa... " panggil Aidan dengan berlari memeluk kaki Salsa dengan senyuman sumringah di wajahnya.
"Ehhh, kok belum siap-siap, Bukannya mau sekolah.?" tanya Salsa dengan menunduk menatap Berlian.
"Aku mau sama tante Salsa aja siap-siapnya. " ucap Berlian dengan menatap Salsa.
Salsa tersenyum, lalu ia menatap Aidan yang ada di sampingnya.
"Ya udah kamu tolong bantu Berlian siap-siap untuk sekolah, aku mau mandi setelah itu kita berangkat sama-sama. " ucap Aidan dengan melihat Salsa.
"Baiklah... " jawab Salsa yang saat tersenyum menatap Aidan.
Salsa membawa Berlian ke kamar, menyiapkan segala keperluan yang akan di bawa oleh Berlian.
Beberapa menit kemudian kini mereka keluar kamar, terlihat Berlian yang telah rapi dengan pakaian sekolahnya. Berlian menggandeng tangan Salsa dengan wajah yang sumringah, dengan menatap Salsa yang ada di sampingnya.
sedangkan Aidan masih terlihat merapikan pakaian yang ia kenakan.
Ia terlihat kewalahan dengan apa yang ia lihat pada dirinya, sebuah kemeja yang terlihat tak enak di pandang. Sedangkan ia terbiasa dengan Emily yang selalu menyiapkan segala keperluan untuk dirinya.
Aidan berjalan mendekati meja yang saat ini ada di samping tempat tidurnya, ia melihat sebuah map yang terletak di atas meja.
Tangannya terulur meraih sebuah map yang ada di atas meja, raut wajahnya terlihat penasaran dengan apa yang ada di atas meja. Tangannya pun membuka tali yang ada di kertas map, wajahnya terlihat penasaran dengan apa yang saat ini ia lihat, Aidan mengeluarkan sebuah kertas yang ada di dalam map. Ia terlihat penasaran dengan apa yang ada di dalamnya.
Saat sebuah kertas ada di tangannya saat itu juga ia merasa kaget dengan apa yang saat ini ia rasakan.