Kehidupan Amori tidak akan pernah sama lagi setelah bertemu dengan Lucas, si pemain basket yang datang ke Indonesia hanya untuk memulihkan namanya. Kejadian satu malam membuat keduanya terikat, dan salah satunya enggan melepas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Giant Rosemary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tarik Ulur Tak Berujung
Dengan penampilan necis, Damian memasuki salah satu gedung pencakar langit di daerah Jakarta Selatan yang lantai paling atasnya terdapat sebuah tulisan Bank besar. Kakinya yang berbalut pantofel Tom Ford mengkilap berharga puluhan juta rupiah itu melangkah percaya diri dengan langkah yang lebar-lebar dan pasti.
“Siang Pak Damian.”
“Siang Dam, nanti gue ke ruangan lo ya. Ada kasus yang mau gue diskusiin.”
“Selamat pagi Pak Damian, kopinya sudah saya siapkan, ya.”
“Hai, Damian.” senyum pria itu tak luntur, menyapa ramah setiap orang yang ia temui. Hingga dirinya masuk ke dalam lift, dan menyisakan dirinya dengan seorang gadis cantik yang penampilannya tak kalah fenomenal. Senyum Damian langsung luntur saat itu juga.
Gadis itu terkekeh dan mencari mata Damian yang hanya menatap pantulan mereka dari pintu lift yang masih tertutup. “Ini ceritanya kamu marah sama aku?” Damian diam tak menjawab. Membuat gadis itu kembali terkekeh, tapi kali ini terdengar kering. “Come on Damian, kita sama-sama happy dua tahun kemarin. Lagian yang ketahuan tidur sama kamu tuh bukan aku, tapi perempuan lain. Harusnya aku juga marah karena secara teknik, aku tuh pacar kamu juga loh. Yang kamu selingkuhin itu bukan cuma Amori, tapi aku—”ucapan gadis itu terputus ketika pintu lift terbuka.
Tanpa mengucapkan apapun apalagi menoleh, Damian keluar dari sana dengan wajah yang keras tanpa senyum seperti yang ia pamerkan sebelumnya. Sempainya di ruangan, Damian menghempas tubuhnya di atas kursi kebesarannya.
Damian menatap lurus ke atas mejanya, tempat dimana ia masih memajang fotonya dan Amori sewaktu mereka berlibur ke Bali untuk merayakan hari jadi mereka yang ke empat tahun. Damian menyesali banyak hal yang berkaitan dengan Amori. Termasuk karena ia sempat berpikir untuk menjalin hubungan dengan Serena, gadis di lift tadi, dan meninggalkan Amori.
Tapi sial, sebelum semuanya terealisasi, Amori mengetahui kelakuan nakalnya dengan beberapa perempuan, dan semakin gadis itu gali, hubungannya dengan Serena yang sudah berjalan dua tahun pun ikut terendus. Hal lain yang membuat semua menjadi lebih parah, adalah karena tak lama setelah kelakuannya terbongkar, Damian baru mengetahui kalau selama dua tahun terakhir, Serena hanya memanfaatkannya untuk mendapat posisi di perusahaan tempat mereka bekerja.
Baru berpisah dengan Amori selama beberapa bulan membuat Damian rindu dengan kebersamaan mereka. Ia merindukan perhatian Amori, makanan yang gadis itu masak hingga kebersamaan mereka. Karena itu, ia berniat untuk memperbaiki segalanya, walaupun harus memaksa Amori agar sudi memberikannya kesempatan.
Tapi ia melihat sebuah masalah besar, disamping keengganan Amori bahkan untuk menemuinya. Kehadiran seorang pria yang belakangan terlihat dekat dengan Amori, membuat Damian benar-benar merasa terancam.
Ia menekan tombol intercom dan memanggil asistennya. Ketika seorang pria muda masuk ke dalam ruangannya, Damian tidak berbasa-basi banyak dan langsung menagih laporan yang ia minta. “Ini Pak, dokumen atas nama Lucas Tanaka.” Damian mengangguk sambil berterima kasih, tetap mempertahankan image ramahnya di publik.
Setelah asistennya keluar, Damian langsung membaca data yang asistennya telah dapatkan tentang seorang Lucas Tanaka. Mulai dari identitas dasar, hingga gosip-gosip yang pernah menyeret nama Lucas selama pemuda itu tinggal di Amsterdam. Tapi yang tidak tercantum disana, adalah hubungannya dengan Amori.
Dengan senyum puas, Damian percaya kalau seorang atlet seperti Lucas, hanya memiliki satu kemungkinan hubungan dengan Amori yang adalah seorang private chef. “Ah, ternyata hanya rekan kerja. Bajingan juga dia, sampai berani ikut campur urusan gue sama Amori.” katanya sambil terkekeh sinis.
Informasi itu membuat Damian tak lagi memiliki alasan untuk berhenti mengejar Amori. Pun tadinya, jika informasi yang ia dapat menunjukkan sebuah hubungan spesial antara Amori dan Lucas, ia akan mencari segala cara untuk tetap mendapatkan Amori kembali.
***
“Amor, kamu ngga mau nunggu saya pulang? Saya bisa antar kamu ke kantor.” di seberang sana Amori tak langsung menjawab. Sempat terdengar kasak-kusuk untuk beberapa detik sebelum gadis itu menjawab tawaran Lucas dengan nada menyesal.
“Saya buru-buru Lucas, maaf. Lagipula saya udah kirim makanannya, jadi kamu harus sempetin makan dulu sebelum pulang. Nggak enak kalau kamu makan waktu makanannya dingin.” Lucas menghela. Ia tahu ada yang aneh dengan perilaku Amori. Sudah beberapa hari terakhir gadis itu seolah menghindarinya.
“Oke, kalau begitu pulangnya saya jemput.”
“Lucas, tapi—”
“Saya akan makan siang kalau kamu izinin saya jemput kamu. Please, Amor.” terdengar jelar suara Amori yang menghela di seberang sana. Tapi Lucas tetap tak mau mengalah. Menurutnya, hubungan mereka sudah sempat benar-benar sangat dekat beberapa hari lalu, jadi ia tidak rela ketika Amori tiba-tiba menjauh tanpa menjelaskan apapun padanya.
“Oke. Nanti saya kabarin kalau saya udah selesai.” Lucas langsung mengiyakan, dengan janji ia akan menghabiskan makan siangnya sebelum pulang.
Setelah makan siangnya habis, Lucas langsung melihat Dani yang sudah sangat tahu apa keinginanya. “Baru jam 2, Luke. Amori biasanya kalau ke kantor, paling lama pulang jam empat bahkan setengah lima. Lo masih punya waktu buat istirahat.” Lucas melirik jam tangannya, dan ia jelas tidak menyetujui ucapan Dani. Rasa penasaran bercampur khawatr dalam dirinya membuat Lucas tidak bisa menunggu lebih lama.
“Gue berangkat sendiri. Nanti lo numpang Ari aja.” katanya sambil bangkit dari sofa, lengkap dengan tas berisi baju gantinya.
“Luke, lo serius mau nunggu Amori berjam-jam? Sabar dikit, setengah jam lagi deh, kita berangkat.” Dani jelas menentang ide Lucas. Lagipula menurutnya, belakangan ini Lucas terlalu fokus pada Amori, dan ia takut itu akan mengangguk kinerja Lucas sebagai atlet.
Lucas meraih kunci mobil dari tangan Dani tanpa mengindahkan. “Gue tau apa yang lo pikirin, dan ngga, Amori ngga akan jadi alasan gue untuk nyerah sama basket kayak waktu itu.” dengan langkah lebarnya Lucas pergi dari sana. Meninggalkan Dani yang menghela berat dan tak bisa lagi mencegahnya.
Lucas sampai di Maison Privee kurang lebih satu jam setelahnya. Tapi ia tidak turun dan hanya duduk di dalam mobilnya yang terparkir rapi, tak jauh dari kantor Amori. Lucas mencondongkan tubuhnya, bersandar pada setir dan mengamati pintu masuk dan keluar. Berharap Amori akan segera muncul dari sana, walaupun belum ada satupun pesan yang masuk ke ponselnya dan mengatakan kalau ia sudah bisa datang menjemput.
Beberapa puluh menit kemudian, sosok Amori muncul. Lucas langsung menarik dirinya dari setir dan menegakkan punggung. Keningnya berkerut bingung, pasalnya Amori bukan keluar dari Maison Privee, tapi dari dalam sebuah taksi. Gadis itu lalu menghilang di dalam gedung tempatnya bekerja.
Lucas yang masih kebingungan hanya terdiam untuk beberapa saat, hingga bunyi notifikasi singkat muncul terdengar dari ponselnya. Ketika ia membuka pesan dari Amori itu, sebuah helaan kecewa keluar dari belah bibirnya.
From : Amor
Saya udah selesai, kamu jadi jemput?
Lucas menggenggam ponselnya erat, dan tekadnya untuk mencari tahu masalah apa yang sedang Amori hadapi semakin besar.
***
Bersambung....