"Sedang Apa Kalian?"
"Wah! Mereka Mesum!"
"Sudah jangan banyak bacot! Kawinin Pak saja! Kalo gak mau Arak Keliling Kampung!"
"Apa?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Bapak, Ibu, Tama, beneran gak mau perpanjang nginap?"
Kebersamaan keluarga Pak Kartono plus Sang Menantu Kesayangan, Karim, menikmati sarapan di Restoran Hotel tempat Mereka semua menginap.
"Mau! Aww! Enggak Bu. Iya Tama ikut pulang."
Tama sebetulnya mau-mau saja memperpanjang nginap di hotel. Kapan lagi, dibayarin pula.
Tapi sesuai intruksi Bu Kartini, Istri Pak Kartono, Ibunda Tercinta meski sering nyubit, Tama akhirnya mengiyakan meski masih berat meninggalkan fasilitas hotel yang nyaman.
"Iya Rim. Kamu sama Tika anteng-anteng aja disini. Sekalian honeymoon juga gapapa. Biar Ibu sama Bapak cepet dapet Cucu! Iya kan Pak?" Bu Kartini dengan senyum ala gadis sampul, sambil melirik Kartika penuh arti.
Sedangkan Kartika tak percaya Sang Ibu frontal sekali membahas Cucu dipagi yang cerah ini membuat selera sarapan Kartika terganggu.
Jangankan bikin Cucu, yang ada Kartika mana mau disentuh. Apalagi semalam, melihat bagaimana Karim tanpa sepengetahuannya menemui Mantan Istrinya.
Ya walaupun sih, yang Kartika amati, Karim seperti sudah Muak drngan Si Mantan Istri. Tapi hati orang kan siapa yang tahu. Apalagi Mereka bekas Suami dan Istri, tentu ada kenangan yang mungkin saja tak bisa dilupakan. Cie ileh!
"Bu, Pak, Kami memang masih menginap disini dulu. Iya kan Sayang?"
Karim tentu paham. Sikap Kartika seperti sekarang. Kejadian semalam tentu saja membuat Kartika semakin membuat batas aman diantara Mereka.
"Tika, Kamu ditanya Suami malah bengong!" Bu Kartini melotot pada mantan anak gadisnya. Si Ibu belum tahu aja, anaknya Kartika masih Ting-Ting! Belum jebol gawang!
"Eh, kenapa?" Kartika sejak tadi hanya mengaduk saja sarapannya. Kejadian semalam meninggalkan banyak pikiran dalam benaknya.
Kartika kembali berpikir, apakah tepat menerima ajakan Karim menikah. Entahlah, semua sudah terjadi. Tapi soal urusan ranjang, nanti dulu. Banyak hal yang membuat Kartika masih mau menahannya selain soal Cinta.
"Mbak Tika, ngelamun terus. Mbakku diapain Mas sampe bengong gitu? Aww! Bu, sakit!"
Tama kembali mendapatkan cubitan maut Sang Ibu. "Makanya mulut dijaga! Urusan orang tua! Anak piyik gak usah ikut campur!"
Tama mendengus kesal sambil mengusap pahanya yang sudah dua kali menjadi korban cubitan maut.
"Bapak, Ibu, Nanti langsung pulang. Kalian santai aja disini. Nanti Kamu kabari aja kalau mau balik ke rumah. Bapak sama Ibu biar rapihkan dulu kamar Kalian."
Bu Kartini tahu betul seperti apa berantakannya Kartika. Kamar Kartika sering sekaki Ibu Kartini ibaratkan bagai terkena puting beliung.
"Loh, bukannya Mbak Tika bakal pindah ke rumah Mas Karim?"
Karim tersenyum mendengar celetukan Tama, "Kalo Mas, di.ana aja Tam, selama Mbak Kamu nyaman ya Mas sih ikut saja. Iya kan Sayang?"
"Duh! Bisa diabetes Aku! Mas sama Mbak sayang-sayangan gak ramah banget sama jomblo kayak Aku. Aku rasanya kayak ngontrak dan seperti nyamuk diantara Kalian."
"Lebay!" Kartika mencebikkan bibirnya.
***
Kartika memilih diam. Duduk disamping Karim yang sedang mengemudi.
Tak berminat juga bertanya perihal pertemuan Mereka ke rumah orang tua Karim.
Kartika sudah siap pasang badan. Kalo diterima syukur kalo Mertuanya spek Mertua disinetron yang bodo amat.
"Kamu santai banget?" Sebetulnya Karim ragu membawa Kartika kerumah Ayahnya. Bukan tak takin dengan Kartika, justru Karim takut Ayahnya tak menerima Kartika dengan baik.
"Terus, Gue mesti takut? Memang Orang tua Lo memedi? Makanya Gue harus takut? Atau mukanya datar gitu? Enggak kan!"
"Ya biasanya kan cewek-cewek kalo dibawa ketemu Mertua ada gugup-gugupnya gitu, tapi Mas lihat Kamu santai aja."
"Ya itu mungkin cewek lain kali yang pernah Lo bawa ketemu bonyok Lo! Gue sih santai aja. Diterima syukur gak diterima ya tinggal pensiun aja jadi Mantu."
"Jangan asal kalo ngomong. Ucapan itu doa. Mas sama Kamu itu berharap Kita sampai mati. Jadi keluarga yang utuh dan bahagia."
"Aamiin."
"Nah gitu."
"Kita perlu bawa sesuatu gak nih? Nanti katanya Gue Mantu gak tahu tata krama, kerumah Mertua lenggang kangkung."
"Cie, yang perhatian sama Mertuanya. Boleh, Kamu pilih aja mau bawa apa. Bebas."
Karim sebetulnya malas. Karena memang bagi Karim ke rumah Ayahnya yang notabene sudah bukan rumah bagi Karim adalah sesuatu yang tidak istimewa.
Tapi, sekarang Karim datang dengan Kartika, paling tidak Karim tidak mau Kartika dinilai buruk dan Karim akan pasang badan kalau Ayahnya menyakiti hati Kartika.
***
Sungguh Kartika tak pernah menyangka, rumah orang tua Karim seperti rumah-rumah yang pernah Ia lihat di media sosial.
Rumah mewah, dengan pengamanan yang cukup ketat dan tak lupa banyak sekali asisten ruamh tangga yang dipekerjakan dan terlihat memiliki tugasnya masing-masing.
Karim sadar dan memahami, Kartika mungkin terkejut, rapi Karim tak akan gentar. Ia akan tetap memperkenalkan Kartika dihadapan Ayah dan keluarganya kalau Kartika sekarang adalah Istrinya.
"Den, Bapak sudah menunggu, silahkan."
Karim menangguk, begitupun Kartika membalas senyum ramah kepada para pekerja yang menunggu memberikan salam kepadanya.
"Karim," Kertanegara, Ayah Karim yang sudah menunggu kedatangan Putranya terlihat terkejut, Karim rupanya punya nyali membawa Wanita yang tekah Ia nikahi.
"Ada apa memanggil Karim kesini. Karim baru saja menikah. Kami sedang honeymoon."
"Karim duduk dulu, perkenalkan Istrimu,"
Tatapan Kertanegara tak lepas bergantian menatap Karim dan Kartika.
Dengan gerakan matanya, Karim paham, Ayahnya menyuruhnya duduk.
"Kamu sudah hamil?"
"Ayah!"
"Ayah bertanya dengan Dia Karim!"
"Tapi Aku bukan Ayah yang menebar benih sembarangan!"
"Karim! Jaga ucapanmu!"
"Mas, tahan, jangan emosi, Karim, lebih lembut dengan Ayahmu, ingat kesehatan Ayahmu,"
Karim berdecak. Bagi Karim segala perlakuan dan sikap lembut Ibu Sambungnya sungguh membuat Karim muak.
Gila! Ini Kayak di novel-novel yang Gue tulis! Kalah Sinetron Ikan Terbang Konfliknya! Dan Gue sekarang jadi tokoh utama Menantu yang terhalang Restu! Sedap! Ide seger buat bikin Novel baru! Ah!
Kartika malah berangan-angan tak mengindahkan kekacauan yang ada dihadapannya.
"Kamu Kartika kan? Saya, Karisma, Ibu Sambung Karim."
"Jangan pernah mengaku Ibuku karena Kamu tak lebih dari Istri ayahku saja."
"Karim! Jaga ucapanmu!"
Wow! Seru juga! Gue gak menyangka bakal menghadapi situasi seperti ini! Sumpah! Hidup Gue kejutan banget! Tiba-tiba dinikahin Duda! Eh tahu-tahu masuk dalam drama rumah tangga begini! Anjir! Kartika Lo drama novel banget! Congrats!
Dengan santai Kartika maju mendekati Kedua Orang Tua Karim, "Sayang," Karim terkejut melihat Kartika maju, meraih tangan Ayah Karim dan mencium drngan takzim.
"Assalamualaikum Pak. Perkenalkan, Saya Kartika Sari Devi, panggil saja Saya Kartika. Saya Istri Mas Karim, Putra Bapak."
Kertanegara dibuat terpaku. Tak menyangka, dengan sikapnya yabg tidak bersahabat, namun Kartika bisa luwes memperkenalkan diri dan tak sungkan menyalaminya.