Jika biasanya seorang wanita yang terlibat oleh seorang anak dan juga ayahnya, maka kali ini berbeda.
Smith Rian Andromeda, dia harus terlibat dengan seorang anak laki-laki yang bernama Lev Zoran Rostova dan juga ibunya, Irina Rostova.
"Aku mau Ayah Smith yang jadi ayahku. Kalau tidak, maka aku tidak akan tingal sama Ibu lagi. Aku bakalan pergi dari rumah sampai Ibu tidak bisa menemukanku!"
Lev yang berusia 9 tahun tahun itu agaknya sedang masa-masa memberontak. Dia kesal dan marah karena ibunya tidak pernah menjawab saat dirinya bertanya tentang ayah kandungnya.
Bagaimana Smith menghadapi situasi ini?
Akankah Irina menerima permintaan Lev, atau dia hanya menganggap bahwa itu hanya sebuah gertakan?
Lalu, bagaimana sikap Lev saat ayah kandungnya muncul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Mafia 24
"Apa kau yakin tadi melihatnya, Beth?" tanya Rodion.
"Iya, sangat yakin. Wanita yang tidak sengaja aku senggol tadi adalah Irina. Dan yang ada di sisinya aku yakin itu Dale. Hanya saja aku tidak melihat Anya dan anak dari Irina," Beth menjawab dengan yakin. Ya dia yakin dirinya tidak salah lihat.
Beth dan Rodion, dua orang itu tengah sangat fokus dalam membicarakan tentang Irina sang Queen Chernyye Rozy. Ternyata dua orang itu mengenal Irina dengan baik. Jika tidak, maka tidak mungkin mereka tahu juga tentang Dale dan Anya. Lebih tepatnya mereka mengawasi Irina sehingga tahu orang-orang yang ada di dekat Irina.
"Apa kita terlambat, Rodion?" tanya Beth, wajahnya menunjukkan kekecewaan.
"Tidak, aku yakin tidak terlambat. Aku sudah menyebar orang. Paling lambat, besok mereka akan datang memberi laporan. Kita sudah sangat jauh untuk sampai di titik ini, dan rencana yang kita sudah sangat matang. Jadi, semua ini tidak akan sia-sia,"jawab Rodion. Mata pria itu berapi-api menandakan semangat yang begitu tinggi.
Greb
Beth memeluk Rodion, dia seolah menumpahkan semua rasa gelisah dan gundahnya. Atau masih ada rasa tidak nyaman setiap Rodion menyebut nama Irina? Entahlah, tapi Beth selalu bisa kembali tenang setelah memeluk pria yanh bersamanya itu.
Rodion pun menepuk punggung Beth. Dua insan tersebut terlihat saling mencintai dengan dalam.
"Jika rencana kita berhasil, apa yang akan kita lakukan pada Richi?" kali ini Beth menyebut nama Richi. Richi ada di dalam rencana mereka. Jika rencana mereka berhasil, apa yang akan dilakukan kepada anak itu belumlah diketahui.
Beth melerai pelukannya dan menatap mata Rodion dengan seksama.
"Ehmmm, biarlah dia seperti ini. Tapi yang pasti anak itu akan sangat berguna. Dia akan jadi penjaga kita nantinya. Kita harus selalu memberikan pengertian dan juga mengatakan kepada anak itu bahwa kita adalah penyelamat yang mengubah hidupnya agar anak itu menjadi patuh dan menganggap kita segalanya," ucap Rodion. Ternyata dia tidak akan membuang Richi setelah digunaka.
Beth mengangguk paham. Apa yang dikatakan oleh Rodion adalah benar. Dia harus membuat Richi selalu memihaknya. Dengan cara apa? Ya dengan cara memberikan segala hal yang anak itu butuhkan.
Akan tetapi baik Beth maupun Rodion lupa, bahwa yang mereka perlu sentuh adalah hatinya. Hati seroang anak yang dapat mengubah cara berpikirnya.
Meskipun otak Richi dicuci bersih, tapi ketika dia tersentuh oleh lembutnya hati maka otak itu pun akan bisa kembali berpikir. Dia akan bisa kembali melihat mana yang harus diikutinya dan mana yang tidak.
"Baiklah honey, sekarang coba kau periksa dia sedang apa? Ini sudah malam, dia pasti sudah tidur. Tapi tidak ada salahnya untuk melihatnya, Beth,"pinta Rodion.
"Ya baiklah. Setelah itu aku akan ke kamar. Jangan terlalu lama babe, aku menunggumu,"ucap Beth sambil berlalu. Dia berjalan keluar dari ruangan Rodion dan menutup pintu tersebut dengan perlahan.
Haaah
Setelah Beth meninggalkan ruangan, Rodion menghela nafasnya panjang. Dia lalu melihat ke sekeliling ruangan itu. Pria tersebut juga bangkit dan berjalan mengelilinginya.
Tangannya menyentuh semua benda, seolah sedang merasakan sesuatu.
"Ini wangi parfummu, Irina. Meskipun sudah lama tak bertemu, tapi aku yakin bahwa ini wangi dari jejak parfum yang kau tinggalkan. Andaikan ... Haaah."
Rodion bergumam pelan. Matanya seolah menerawang jauh ke depan tapi secepat kilat dia memutus apa yang dipikirkannya itu.
Tap tap tap
Cekleek
Klaak
Rodion memilih untuk segera keluar dari ruangan itu. Dia merasa jika semakin lama berada di sana sendirian, maka akan menimbulkan kegelisahan yang lebih dalam.
***
Di dalam kamar tempat dimana Richi tidur, Beth masuk secara perlahan. Seperti yang biasa dilakukannya setiap malam yakni mendatangi kamar Richi dan memeriksa anak itu. Membenarkan posisi tidur dan juga selimut yang dikenakan.
Hanya itu, setelahnya Beth pun segera pergi setelah memastikan Richi terlelap.
Cekleeek
Klaaak
Haaah
Richi menghela nafasnya. Ya, anak itu belumlah tidur. Dia hanya berpura-pura. Karena sering melakukannya jadi tidur yang pura-pura itu terlihat sangat alami sekali sehingga Beth tidak menyadarinya.
"Dia selalu bersikap demikian. Tapi entah, rasanya aku sama sekali nyaman dengan sikapnya itu. Aku merasa ada sesuatu. Mereka punya tujuan tertentu," gumam Richi.
Ia ingin mencari sesuatu yang terasa janggal itu. Namun tentu saja akan sulit. Richi tidak diperbolehkan menyentuh gadget sama sekali. Dengan dalih anak-anak belum waktunya memiliki itu, Richi pun tidak pernah memegang dan menggunakan ponsel.
Tapi bukan berarti Richi tak bisa menggunakannya. Dia cukup mampu, karena sesekali dia mencuri waktu saat Beth lengah dan Rodion pergi ke luar.
Malam itu, Richi sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Dia berpikir dengan sangat keras. Dan pada akhirnya anak itu mengalami demam.
"Rodion! Richi demam. Tubuhnya sangat panas,"pekik Beth. Agaknya wanita itu terkejut melihat kondisi Richi. Selama ini yabg Beth tahu, Richi adalah anak yang kuat. Richi juga sangat jarang sakit.
"Siapkan mobil, kemarin aku sudah meminta orang untuk membelinya. Aku yang akan menggendongnya," sahut Rodion. Dia segera meraih tubuh Richi. Sedangkan Beth, dia berlari menuju ke luar menuju mobil. Dengan cepat, Beth menyalakan mobil tersebut. Dan saat Rodion masuk bersama Richi, Beth langsung menyalakannya.
Dia benar-benar merasa takut saat tubuh Richi panas.
Ckiiiit
Mereka pun sampai di klinik terdekat yang Beth temukan melalui aplikasi map. Keduanya bergegas masuk ke dalam.
"Jadi bagaimana kondisi putra kami, Dokter?" tanya Beth saat Richi mulai diperiksa.
"Anak Ibu tampaknya kelelahan. Anda dan keluarga sepertinya bukan warga sini,"sahut sang Dokter.
"Benar, kami baru sampai di sini kemarin,"jawab Rodion.
Sang dokter mengangguk paham, dia lalu menjelaskan tentang apa yang terjadi dengan Richi. Salah satu adalah jet lag, mungkin perubahan cuaca dan juga kelelahan yang membuat Richi mengalami demam.
Akhirnya dokter meminta Richi berada di klinik sejenak, dan baru boleh pulang setelah cairan infus yang diberikan habis.
Beth dan Rodion mengangguk paham, mereka memilih untuk meninggalkan Richi sejenak agar bisa beristirahat. Pasalnya baik Beth dan Rodion juga belum sarapan.
Ughhh
Richi melenguh, dia membuka matanya dan membuang nafasnya kasar. Siapa sangka dirinya akan bisa tidur dengan cara seperti.
"Sakit sungguh tidak enak?" ucap Richi. Dia merutuki dirinya sendiri karena tidak tidur semalaman sehingga berakhir dengan tubuh yang demam.
"Benar, aku setuju. Sakit sungguh tidak enak."
Sreeet
TBC
Klo cuma rekaman, Richi masih aman nyawaya, tapi klo disertai kamera tersembunyi dalam kalung yang Richi pake, nyawa Richi jadi taruhan 🤔
Dimana richi akan menemukan arti keluarga di tengah² LEV & yg lainnya.
Semangat richi...kamu bener2 menemukan JATI DIRI kamu sendiri..Semangat✊️✊️