Mereka dijodohkan dan berani membuat komitmen untuk berumah tangga. Tapi kabar mengejutkan di ucapkan si pria di usia pernikahan yang belum genap 1 bulan. Yudha meminta berpisah dengan alasan cinta masa lalunya telah kembali.
Delapan tahun berlalu Yudha kembali bertemu dengan mantan istrinya.
Tidak ada yang berubah. Wanita itu tetap cantik dan bersahaja tapi bukan itu yang menjadi soal. Matanya memaku pada seorang gadis kecil berambut pirang yang begitu mirip dengannya.
"Bisa kau jelaskan?"
"Tidak ada yang perlu ku jelaskan!"
"Aku sudah mencari tahu tentangmu tujuh tahun terakhir dan tidak ada catatan kau pernah menikah sebelumnya selain..... apa itu anakku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Walaupun Ayah baru menemui Mylea baru-baru ini, sebenarnya Ayah sangat menyayangi Mylea."
Usai ke kantor polisi Yudha tidak langsung pulang, dia justru mengikuti mobil Nilam sampai kerumah mantan istrinya.
Berdalih ingin menemui putrinya sejujurnya dia sedang mengikuti kemauan hatinya.
Melihat kebersamaan mantan istri dengan pria muda yang tampan membuat hatinya terusik.
Mylea mengangguk, sekedar respons yang mungkin sengaja Mylea berikan agar ayahnya lega.
"Mylea percaya kan sama Ayah?" Yudha bertanya dengan raut yang masih memancarkan ketidak yakinan.
Kalimat yang diucapkan Yudha memang tidak sulit untuk dicerna, hanya saja kalimat itu sukar diterima oleh Mylea.
Haruskah ia mensyukuri peristiwa hari itu? Atau justru mengutuknya. Karena hari itu dia pernah menjadi brengsek membuatnya gelap mata. Banyak yang terluka karena peristiwa kala itu. Tetapi Nilam lah yang menjadi tokoh utamanya. Ia memilih pergi dan membiarkan Yudha bersama kekasihnya. Kala itu pasti Nilam tertekan diantara orang tua mereka.
Tapi melihat putrinya yang tumbuh seperti sekarang Yudha sadar bahwa Nilam tak melalui sesuatu yang menyedihkan.
Bukankah ini seperti mimpi? Karena ini terlalu indah untuk menjadi nyata. Ia mengagumi wanita yang menjadi masa lalunya. Walau begitu, ia tidak pernah berani membayangkan akan ada dimana ia kembali hidup satu atap dengan Nilam. Cukup dengan wanita itu tidak membatasi jika dia bertemu dengan Mylea Yudha sudah sangat bersyukur.
Tetapi hati kecilnya memungkiri. Ada rasa iri ketika melihat pria lain bisa memandang terang-terangan pada Nilam, sementara dia hanya bisa secara diam-diam.
Seperti tadi, saat ia melihat sang mantan istri dari mobil dengan pria yang dikenalinya sebagai rekan Nilam, dia merasa hatinya diremas dengan tangan tak kasat mata hingga membawanya mengikuti sang mantan hingga kerumah wanita itu.
Walau Nilam tidak melarangnya masuk, tetapi Yudha masih mengingat dengan jelas bagaimana wajah masam Nilam ketika melihat ia berdiri di depan pintu.
Yudha mengingat kata-kata mendiang ayahnya.
"Yudha, Nilam memiliki apapun yang kamu butuhkan, Nilam memiliki segalanya yang menjadikan alasan layak dicintai. Kamu hanya perlu membuka mata. Dan tidak ada siapapun yang lebih beruntung dibandingkan kamu. Nilam tidak hanya layak untuk menjadi pendamping tapi dia yang akan menjadi sumber kebahagiaanmu kelak."
Kembali ke saat ini.
Yudha bisa merasakan jika matanya terasa panas.
Kata-kata itu benar adanya, ucapan ayahnya benar-benar terjadi.
Kini saat rumah tangganya di timpa masalah. Wanita itulah yang menjadi alasan masih adanya setitik kebahagiaan. Mylea menjadi pelipur lara hatinya.
Dulu tepatnya ketika satu minggu pernikahan nya bersama Nilam dia di pertemukan kembali oleh takdir dengan cinta pertamanya.
"Aku mencintaimu."
Ya Tuhan, karena ucapan sederhana itu yang memiliki pengaruh luar biasa untuk Yudha. Ia tidak percaya bagaimana bisa kalimat Ruliana mampu membuat detak jantungnya terpacu tak menentu. Suara lembut itu seolah menyihir Yudha.
Raut polos itu berurai air mata, menatapnya sendu. Berharap Yudha percaya dengan kalimatnya. Dan itu berhasil menyalurkan rasa sakit hampir di semua sisi hatinya. Melenyapkan segala hal benci karena kesalahan Ruliana sebelumnya.
Dan kini baru Yudha sadari. Takdir mempertemukan dia kembali dengan Ruliana bukan untuk memberi jalan agar supaya mereka merajut kembali tapi hanya sebatas menguji rumah tangga dan keimanannya.
Dan Yudha terbukti lemah dari segala hal, sekali ujian datang di awal pernikahannya dia langsung hanyut dan benar-benar mengikuti langkah yang di tuntun oleh nafsu dan kebodohan.
Dari tempatnya duduk Alfaaro mendengar ungkapan dan pertanyaan Yudha untuk putrinya.
Sebagai seorang ayah seharusnya tidak perlu mengatakan hal itu, jikapun dia tulus biar Mylea yang bisa merasakannya.
Senyum Alfaaro langsung terukir di bibir ketika melihat Mylea menghampirinya. Gadis tujuh tahun yang selalu ia rindukan kemanapun dia pergi.
Baru beberapa bulan dia mengenal Mylea tetapi seperti ada ikatan batin yang membuat mereka merasa dekat.
Dan itupun tidak pernah Alfaaro ucapkan terang-terangan, hanya tindakan yang bisa pemuda itu tunjukkan.
Bagi Alfaaro bagi seorang anak tidak perlu adanya ucapan sayang perhatian dan sikap bisa menunjukkan segalanya, karena anak-anak cukup membutuhkan dua hal itu sebab anak-anak memiliki perasaan yang sangat peka.
"Om Je, tolong jangan pulang dulu ada yang ingin Mylea ceritakan nanti."
Yudha mematung mendengar permintaan putrinya pada rekan pria mantan istrinya.
Hatinya patah. Harusnya Mylea membagi apapun padanya yang notabenenya adalah ayahnya bukan pria muda itu yang bahkan hanya modal senyum saat datang kerumah mantan istrinya.
Dia harusnya ada di apartemen, mengabaikan apapun tentang Nilam.
Iya, itu seharusnya, karena baru kemarin dia mengajak Mylea jalan-jalan. Harusnya dia menulikan telinga dari semua bisikan hati. Berusaha berdamai. Tetapi semuanya tetap berakhir sia-sia. Nyatanya Yudha kalah dengan kerumitan hatinya.
Yudha melihat Mylea yang kembali bergabung bersamanya. Mereka masih satu ruangan hanya beda tempat bercengkrama.
Nilam dan Alfaaro berada di karpet tebal dengan lembaran map serta laptop, Yudha dan Mylea berada di karpet bulu tempat Mylea menghabiskan waktu untuk bermain.
Mendengar permintaan putrinya pada Alfaaro membuat hati nya tersentil.
Itu seperti kode pengusiran yang sengaja putrinya layangkan padanya.
Akhirnya mau tidak mau Yudha mengalah. Toh semua tidak sesuai dugaannya, lelaki itu datang tetap dengan alasan pekerjaan bukan apel atau acara khusus lainnya.
Tapi Yudha tidak menyia-nyiakan kesempatan ketika melihat Alfaaro yang ikut keluar rumah seperti sedang ingin mencari sesuatu di dalam mobil.
Setelah berpamitan pada Mylea, gegas Yudha mengikuti langkah Alfaaro, begitu dekat Yudha menarik pergelangan tangan Alfaaro.
"Berhenti mendekati wanita yang menjadi ibu putriku. Karena, anda jelas tahu siapa pemilik sesungguhnya. Jadi, berhenti sebelum seluruh dunia menertawakan anda." ucap Yudha.
"Memangnya siapa pemilik wanita yang anda maksud? Yang ku tahu dia bukan punya siapa-siapa, karena dia dibuang disaat dia sedang berjuang, lagian tidak mungkin anda akan mengambil sesuatu yang sudah anda buang bukan? Dan yang ku dengar anda sudah memiliki istri yang begitu anda cintai." balas Alfaaro yang berhasil membuat Yudha terdiam dengan nafas memburu.
Dan setelah mengatakan itu Alfaaro mengambil apa yang hendak diambil dan begitu saja meninggalkan Yudha.
Yudha mengacak rambutnya dengan kuat, berusaha melampiaskan keresahan yang terasa menyiksa.
Dulu dia percaya diri bertemu dengan Nilam tidak akan mengubah apapun yang sudah ada, entah hati, cinta dan rasanya pada Ruliana.
Tetapi ternyata semua salah. Perasaan yang harus menyiksa hati kini berubah menjadi sakit yang luar biasa ketika menyadari ada sosok lain yang jauh lebih diinginkan putrinya dan mungkin juga Nilam.
******
"Dia tidak melukaimu?"
Sepertinya Nilam sengaja ikut keluar ketika melihat Yudha membuntuti Alfaaro.
"Tidak,"
"Apa yang dia katakan?" tanya Nilam penasaran.
"Dia memintaku menjauh darimu."
Tentu itu terdengar konyol, sehingga menciptakan kerutan halus di dahi Nilam.
"Dia sepertinya cemburu."
Informasi itu tidak membuat mimik wajah Nilam berubah. Mungkin Nilam menganggap Alfaaro hanya bercanda. Karena setelahnya Nilam memilih kembali melangkah.
"Jika aku ingin berjuang bisakah kamu membuka hatimu?"
Pertanyaan Alfaaro menghentikan langkah Nilam.
"Aku tidak sedang berbohong ketika mengatakan lelaki itu memintaku menjauhi mu. Tapi aku tidak perlu mendengarkan dia karena itu bukan hak nya untuk ikut campur, jadi menurutmu bisakah aku memperjuangkan perasaanku? Kamu hanya perlu memberiku peluang biar menjadi tugasku menaklukkan hatimu."
msh bs memaafkan menantu yg sdh menabrak cucu sendiri.
miris.
harusnya cerai adalah yg benar dilakukn yudha