NovelToon NovelToon
Anak Genius: Mendadak Jadi Mommy

Anak Genius: Mendadak Jadi Mommy

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Anak Genius / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:9.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: lena linol

Di ruang tunggu rumah sakit, sesosok tubuh kecil berjalan di antara orang-orang dewasa hingga ia melihat seorang gadis cantik yang tampak lembut dan cantik dengan senyum ramah. Matanya berbinar dan ia berjalan mendekat dan memeluk Rose, sambil berbisik, "Mommy."

Rose melihat ke arah anak kecil tersebut dengan terkejut dan gadis itu memiringkan kepalanya sambil mengedipkan matanya yang besar.

"Ah maaf sayang, saya bukan Mommy kamu," kata Rose lembut.

"Kalau begitu Mommy menikahlah dengan Daddy-ku." Gadis kecil itu menjawab dengan ekspresi polos di wajahnya,dia tidak ingin melepaskan pelukan lembut yang harum itu.

Sebuah pertemuan yang luar biasa dengan gadis kecil membuat Rose terlibat dengan Arkan yang tampan dan percikan cinta yang manis terjadi.
Apakah dia benar-benar akan menjalani kehidupan sebagai istri yang bahagia dan kaya dengan seorang suami yang tampan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tingkah Arkan Yang Gengsian

Masih di kontrakan Rose.

Arkan berpamitan pulang kepada Ibu Sita dengan sopan. Setelah itu dia keluar kontrakan tersebut di ikuti oleh Rose. Wanita itu di paksa oleh ibu Sita untuk mengantarkannya sampai di dekat mobil.

Dengan ogah-ogahan, Rose mengantarkan Arkan sambil terus mendumel dan mengumpati Arkan di dalam hati.

“Siapa Hendra dan Agus?” Akhirnya pertanyaan tersebut meluncur juga dari mulutnya setelah beberapa menit menahan pertanyaan tersebut karena gengsinya. Arkan sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi. Ya ... dia penasaran dengan dua nama pria yang terus berseliweran di otaknya.

Rose menaikkan sebelah alisnya, menatap Arkan dengan tatapan heran bercampur dengan bingung.

“Kenapa kau ingin tahu?!” jawab Rose, mengabaikan pertanyaan Arkan sebelumnya.

“Ya ... karena ... karena kau sebentar lagi akan menjadi mommy-nya Mika, jadi sudah sepatutnya aku tahu siapa saja yang dekat denganmu saat ini!” jawab Arkan ketus, berusaha menenangkan diri yang saat salah tingkah melandanya. Dadanya tiba-tiba berdetak tidak karuan.

“Yakin hanya itu alasanmu ingin tahu tentang Agus dan Hendra yang sangat baik, tampan, dan selalu menjagaku selama ini,” ucap Rose, menyipitkan kedua matanya, menatap Arkan dengan penuh selidik, bahkan dia mencondongkan sedikit badannya ke depan, mendekat ke arah Arkan.

“Hei! Apa arti dari tatapan itu? Kau tidak percaya padaku?!” Arkan mendorong kening Rose dengan jari telunjuknya, ketika wanita itu semakin mendekat kearahnya, kemudian ia mengusapkan jari telunjuknya itu ke permukaan bajunya, seolah jijik setelah menyentuh kening Rose meski se-ujung kuku.

“Dan .., kenapa kau memuji mereka berdua? Apakah ketampanan mereka melebihi ketampananku?!” Mulai tidak terima saat mendengar Rose memuji pria lain. Arkan juga tidak tahu kenapa hatinya tiba-tiba merasakan hal tersebut. Arkan belum menyadari bahwa sedikit demi sedikit nama Rose mulai bertengger di dalam hatinya, mungkin karena pria itu terus mensugesti pada diri sendiri, bahwa yang dicintainya adalah mendiang istrinya, dan membuatnya tidak menyadari perasaannya telah berubah, mulai berpaling menyukai Rose.

“Aku jadi curiga padamu, jangan-jangan kau jatuh cinta padaku ya?” goda Rose, mengabaikan segala pertanyaan Arkan.

“Apa kau bilang? Ha ha ha ha.” Arkan berkacak pinggang, tertawa keras sambil menatap Rose dengan tatapan mengolok. “Kau bercanda? Hah? Dasar sinting!! Mana mungkin aku jatuh cinta pada wanita bar-bar sepertimu! Haduh ... sepertinya hidupmu penuh dengan kehaluan!” ejek Arkan sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, dan tertawa keras.

“Ha ha ha ha. Kau pikir aku serius mengatakannya! Dasar Ge-Er! Aku hanya menggodamu saja, dasar cowok baperan! Ha ha ha ha. Lagi pula, aku juga ogah suka sama cowok kayak kamu!” balas Rose, lalu kembali tertawa terbahak sambil menunjuk wajah Arkan yang terlihat kesal padanya.

Arkan menghela nafas kasar, menatap Rose dengan sengit, seraya memalingkan wajahnya penuh kesal, tidak menyangka dia selalu mati kutu jika berhadapan dengan wanita bar-bar ini.

“Jadi siapa Agus dan Hendra?” Kembali ke pertanyaan awal. Arkan belum puas karena belum mendapatkan jawaban dari Rose.

“Mereka berdua tukang cilok dan tukang bakso, puas!” jawab Rose, masih menyisakan tawanya, menatap Arkan dengan sengit, rasanya dia ingin menelan pria itu hidup-hidup.

Arkan tertawa sebal, dia percaya dengan jawaban yang dilontarkan oleh Rose. Ternyata dua pria itu hanyalah tukang cilok dan tukang bakso. Entah kenapa dadanya kini terasa plong, lantaran dua pria itu bukanlah saingannya.

“Oke kalau begitu aku permisi pulang. Ingat, besok datang ke rumah sakit, karena Mika sangat membutuhkanmu,” ucap Arkan, kembali ke peraturan pabrik, ucapannya terdengar sangat dingin, datar dan sangat menjengkelkan bagi siapa pun yang mendengarnya.

“Aku tidak mau!” balas Rose seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

“Masih ingat dengan uang 500 juta?!” Arkan menatap tajam Rose, seolah memberikan ancaman pada wanita tersebut

“Ck! Iya, aku akan datang, puas!” balas Rose dengan nada sewot seraya menghentakkan kedua kakinya bergantian. Dia benar-benar jengkel dan marah dengan pria yang dihadapannya ini.

“Great! Aku pegang ucapanmu! Dan sekarang ...” Arkan sengaja tidak melanjutkan ucapannya, karena dia langsung mengulurkan tangan kanannya pada Rose.

“Apa?!” tanya Rose masih sewot, menatap tangan Arkan yang ter-ulur padanya.

“Salim bego! Begitu saja nggak paham! Mulai biasakan, karena sebentar lagi kita akan menikah!” jawab Arkan kesal, lalu meraih tangan Rose dan menempelkan punggung tangannya ke kening Rose dengan paksa.

“Cih! Siapa yang ingin menikah denganmu! Dasar sinting!” umpat Rose seraya melepaskan tangannya dari genggaman Arkan, kemudian menggosokkan telapak tangannya itu ke permukaan rambutnya, takut gatal.

Sudah kayak habis kena ulat bulu saja ya, langsung digosokin ke rambut, wk wk wk. 😅

“Hei, ibumu sudah memberikan lampu hijau padaku. Dan aku mau menikahimu demi Mika ... ingat itu!” Arkan berkata penuh penekanan, lalu membuka pintu mobilnya

“Arghhh!!! Dasar menyebalkan!! Enyah kau dari sini wedus gembel! Muak banget lihat muka kamu!” pekik Rose seraya mengepalkan kedua tangannya di udara. Sangat geram dengan segala tingkah menyebalkan Arkan.

Nafas Rose naik turun, sambil menatap mobil mewah Arkan yang sudah melaju perlahan meninggalkan area kontrakannya.

Setelah mobil Arkan tidak terlihat lagi. Rose masuk ke kontrakannya dengan langkah lebar dan kesal.

“Ibu!” seru Rose pada ibunya yang sedang makan kuaci sambil nonton televisi.

“Apa sih?” jawab Ibu Sita, menoleh menatap sengit pada putrinya yang berdiri tidak jauh darinya.

“Bu, kenapa memberikan celah pada pria itu?!” tanya Rose dengan nada kesal, lalu mendudukkan diri di atas lantai, tepat di samping ibunya, kemudian merebut sebungkus kuaci yang di pegang oleh ibu Sita.

Ibu Sita berdecap kesal saat melihat kuaci pemberian Hendra di rebut oleh putrinya. Tidak apa-apa, karena dia masih punya stok banyak.

“Jawab, Bu,” ucap Rose pada ibunya, kemudian dia memakan kuaci tersebut dengan nikmat.

“Karena Arkan kaya raya,” jawab Ibu Sita dengan singkat, padat, dan jelas, membuat Rose menggeram kesal mendengarnya.

“Ibu tega banget sih!” Rose menatap ibunya dengan tatapan sedih, tapi mulutnya tidak berhenti makan kuaci.

“Hei! Ibu hanya berpikir secara realistis. Zaman sekarang kata cinta itu nggak cukup buat menjalani rumah tangga, perlu uang banyak agar rumah tangga selalu adem ayem, dan tentram!” jelas Ibu Sita pada putrinya yang masih sangat polos itu.

“Tapi, Bu. Aku nggak mau menikah dengan Arkan,” rengek Rose, memohon pada ibunya.

“Lalu kamu mau menikah dengan siapa? Beni? Hendra? Atau Agus?” tanya Ibu Sita seraya menonyor kepala putrinya ke depan.

“Nggak ketiganya, mereka bukan tipeku. Apalagi Beni si sapi ... ih jijik!” jawab Rose dengan nada sebal. Masih mengingat pengkhianatan mantan kekasihnya yang meninggalkan luka yang begitu dalam di hatinya.

“Nah ... ‘kan! Dulu kamu cinta metong pada si Beni, eh sekarang sudah tahu ‘kan kalau cinta itu tidak selamanya indah, yang penting itu duit,” balas Ibu Sita seraya menggesekkan salah satu jari telunjuk ke jempol tangannya.

“Ibu mata duitan! Dasar matrei!” balas Rose sakit hati.

“Nggak masalah matrei, karena zaman sekarang uang itu di atas segalanya,” jawab Ibu Sita dengan realistis.

“Tapi, aku tetap nggak mau menikah dengan Arkan, Bu.” Rose merengek lagi pada ibunya, kali ini sambil berguling-guling di atas lantai.

“Semua demi kebaikanmu,” jawab Ibu Sita.

Tapi, apakah kalau Ibu Sita mengetahui tentang Tuan Park sesungguhnya, apakah dia akan tetap kekeuh dengan keputusannya memberikan restu pada Arkan yang akan meminang putrinya?

Sampai di rumah sakit. Arkan langsung menuju ruang rawat putrinya.

“Arkan, bagaimana?” tanya Allegra, dan Gerry secara bersamaan, ketika melihat putranya masuk ke dalam kamar rawat tersebut.

“Semuanya oke, Ma, Pa. Kalian tinggal menyiapkan lamarannya saja,” jawab Arkan, lalu tatapan matanya tertuju pada putrinya yang sudah tidak memakai alat bantu medis lagi.

Allegra dan Gerry senang bukan kepalang mendengar kabar baik dari putranya. Gerry segera menghubungi asistennya, menyiapkan segala keperluan Arkan untuk melamar Rose.

“Kenapa Mika tidak memakai peralatan medis?” tanya Arkan, menatap khawatir.

Sus Riri sedang izin cuti dua minggu untuk pulang kampung, karena dia juga mempunyai putri kecil yang sedang sakit dan di rawat di rumah sakit. Maka dari itu, Allegra dan Gerry yang menjaga Mika untuk sementara waktu.

“Mika sudah melewati masa kritisnya, dia sudah bangun dari komanya. Dan sekarang Mika sedang tidur setelah minum obat,” jelas Allegra.

“Syukurlah.” Arkan bernafas lega, dan sangat senang, melihat putrinya sudah kembali sadar.

“Mika pasti senang karena sebentar lagi Rose akan menjadi mommy sungguhannya,” ucap Allegra seraya mengelus pipi tirus cucunya.

Mika yang hanya pura-pura tidur mengulas senyum tipis, bahkan sangat tipis hingga tidak ada satu orang pun yang melihat ekspresinya.

“Akhirnya Mommy Rose akan segera menjadi mommy-ku. Argggh ... nggak sabar mau main dan memeluk Mommy sepanjang hari,” batin Mika sangat bahagia.

***

Satu bab, tapi kalau panjang nggak apa-apa 'kan? Yang penting puas baca ye ...

 Jangan lupa tinggalkan jejak cinta kalian untuk Rose dan Arkan.😘

1
Tutut Handayani
dokternya totalitas bgt😂😂😂😂
Tutut Handayani
😂😂😂😂😂😂😂
Tutut Handayani
😆😆😆😆😆😆
Syahrudin Denilo
mantab Arkan lanjutkan sampai locot
Syahrudin Denilo
begitulah kehidupan
Syahrudin Denilo
wow mantab nih tambah seru
Syahrudin Denilo
mantab
Syahrudin Denilo
jut lanjutkan
Syahrudin Denilo
mampus lu nyonya Park
Syahrudin Denilo
asik ada musuh
Syahrudin Denilo
waduh jadi detektif semua nih
Syahrudin Denilo
tuh harus jadi detektif dulu
Tutut Handayani
ruwatan mandi kembang 7 rupa 7 warna 7 rasa,😂😂😂😂
Syahrudin Denilo
waduh
Nining Komalasari
cilini dilim milik si risi jitih ki lintii dingin /Joyful//Joyful//Joyful/
Nining Komalasari
Emak bin Titan /Facepalm/
Adnia Stg
Luar biasa
Aan Nuraeni
Biasa
Aan Nuraeni
Lumayan
Dedi Dahrin
luarbiasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!