Ketika takdir merenggut cintanya, Kania kembali diuji dengan kenyataa kalau dia harus menikah dengan pria yang tidak dikenal. Mampukah Kania menjalani pernikahan dengan Suami Pengganti, di mana dia hanya dijadikan sebagai penyelamat nama baik keluarga suaminya.
Kebahagiaan yang dia harapkan akan diraih seiring waktu, ternoda dengan kenyataan dan masa lalu orangtuanya serta keluarga Hadi Putra.
===
Kunjungi IG author : dtyas_dtyas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir Bintang
Elvan sedang berbicara dengan Bimo saat pandangannya mengarah pada Kania yang keluar dari lift. Sempat terdiam melihat Kania yang tidak selalu terlihat percaya diri, saat itu wanita itu terlihat tidak baik dan entahlah. Bahkan dari cara berjalannya, Kania terlihat aneh.
“Entah apa yang diinginkan pria bernama Damar itu, yang jelas pastikan keluargaku aman,” titah Elvan.
Bimo mengangguk paham dengan arahan tuannya.
“Bisa kita pulang, aku tidak nyaman di sini,” ajak Kania.
“Ayo.”
Sepanjang perjalanan, Kania bungkam dan hanya memandang ke luar jendela.
“Bintang, aku tidak melihat dia sejak semalam,” ujar Elvan.
“Dia aman, sudah meninggalkan hotel sejak tadi tapi sekarang sudah berada di taman kota. Tidak usah khawatir, ada yang mendampinginya,” jelas Bimo.
Saat mobil sudah terparkir sempurna di carport yang cukup luas kediaman Yuda, Kania langsung melesat menuju kamarnya. Berharap tidak bertemu dengan kedua orangtua Elvan agar dia tidak perlu tinggal untuk berbasa basi.
“Kita perlu bicara,” ujar Elvan menyusul Kania dan sudah berada di kamar.
Elvan menatap wanita yang saat ini tatapannya terlihat kosong. “Kania, kita sudah ….”
Kalimat Elvan terhenti karena ponsel milik pria itu yang berada di atas meja berdering. Sempat melirik dan melihat siapa yang menghubungi, Kania berdecih kemudian berdiri.
“Aku sedang tidak sehat, tolong biarkan aku menggunakan ranjang atau berikan aku kamar yang lain,” tutur Kania kemudian menuju walk in closet.
Elvan turut berdecak mendengar permintaan Kania dan menatap ponselnya. Alexa yang menghubungi, Elvan tidak berniat menjawab. Tidak lama masuklah pesan yang ternyata dari Alexa.
[Datang sekarang atau kamu akan lihat tubuhku terbujur kaku]
Alexa mengancam akan bunuh diri karena Elvan lagi-lagi mengabaikannya.
“Shittt,” maki Elvan lalu menghubungi kembali wanita itu.
“Halo, Alexa,” ujar Elvan yang sedang membuka pintu berencana untuk menemui Alexa, khawatir jika wanita itu berbuat nekat. Kania berdiri menyaksikan hal itu dan meyakini kalau Elvan memang begitu mencintai kekasihnya.
Sedangkan di tempat berbeda, Lukas sedang mengawasi seseorang.
“Hahh, ternyata Yuda mengantisipasi semua. Tidak ada yang tidak didampingi, tapi aku Lukas akan dengan mudah menghabisi para cecunguk itu.”
“Apa yang harus kami lakukan, Bos?” tanya rekan Lukas.
“Menjauhlah, aku bisa urus ini sendiri. Untuk yang satu ini kita tidak perlu lakukan dengan hal ekstrem, pelan-pelan saja sampai dia sendiri datang ke pelukanku dan itu akan membuat Yuda semakin hancur.”
Lukas sudah merencanakan sesuatu setelah Damar kembali bertitah. Perlahan pria itu berjalan mendekat di mana Bintang sedang asyik menikmati pemandangan danau buatan yang berada di taman tersebut.
“Ahhhh.” Lukas meregangkan tubuhnya tidak jauh dari Bintang berada. “Kenapa indah sekali, membuatku ingin berlama di sini.”
Bintang yang mendengar gumaman dari orang yang tidak dia kenal hanya tersenyum dengan pandangan masih ke depan.
“Wow,” pekik Lukas dan berhasil menjadi perhatian Bintang. Keduanya saat ini saling tatap dan Lukas berjalan menghampiri gadis itu lalu duduk di sampingnya.
“Bolehkah?”
“Kenapa bertanya, kamu sudah duduk.”
“Karena kalau aku bertanya dulu, tidak mungkin diijinkan,” sahut Lukas.
Pria yang sedang mengawasi Bintang menghampiri karena interaksi dari Lukas. Bintang memberikan tanda bahwa semua baik-baik saja, dia tidak ingin terlihat berlebihan dengan dua bodyguardnya.
“Aku pikir danau ini indah ternyata ada yang lebih indah lagi.”
“Terdengar seperti rayuan, apalagi setelah ini. Kenalan atau mengajakku makan es krim.”
Lukas terkekeh mendengar balasan dari gadis itu. tidak menyangka dia akan mendapatkan respon yang tidak terduga. Berbeda dengan wanita-wanita lain yang hanya dengan gestur tubuhnya saja bisa dengan mudah menarik para wanita. Untuk gadis ini dia rela mengeluarkan rayuan hanya untuk mendapatkan perhatian dan sepertinya berhasil. Semakin kesal gadis itu, usahanya termasuk efektif.
“Ternyata tidak mudah, mungkin aku harus gunakan metode lain.”
“Seperti meminjam ponsel atau bertanya hal sepele,” sahut Bintang lagi.
“Nope. Bagaimana kalau kita minum kopi di café depan. Di sini semakin panas,” ajak Lukas sambil berlagak mengusap keringat di lehernya.
“Hei, kamu pria yang semalam,” ujar Bintang.
“Semalam?”
“Ya, di lift. Aku tidak sengaja menabrakmu,” seru Bintang sambil menatap Lukas.
“Ah, kalau begitu ini bukan rayuan tapi ada campur tangan tuhan. Kamu percaya takdir?”
“Tidak.” Bintang sudah berdiri. “Kalau memang kita bertemu lagi tidak sengaja, mungkin aku akan percaya kalau pertemuan kita memang sudah takdir. Aku akan belikan kamu kopi kalau itu terjadi,” tantang Bintang kemudian beranjak meninggalkan Lukas.
“Sepertinya aku harus banyak sujud agar bisa membuktikan kalau takdir itu nyata,” ujar Lukas agak berteriak. Bintang hanya tersenyum sambil terus melangkah.
“Oke, kita akan atur. Karena takdirmu ada di tanganku,” gumam Lukas