NovelToon NovelToon
Dermaga Hati Sang Marinir

Dermaga Hati Sang Marinir

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Romansa
Popularitas:3M
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.

Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.

"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-

"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEJEPIT SAKIT

Eirene meraih mukena dari sebuah kotak beludru biru dongker berbentuk love dengan pita silver, mahar yang Rayyan berikan ia buka dan pakai.

Rayyan menyunggingkan senyuman, jika ia tau menikah se-wadidaww ini maka sejak dulu ia kejar Eirene sampai ke Paris sekalipun. Rambut indah dengan warna coklat kayu dengan sedikit gradasi pirang milik Eirene tertutup mukena berwarna putih, cantiknya makhluk Tuhan, apalagi yang sudah halal begini, kepingin cepet dilahap.

Gadis ini berdiri di depan cermin, melihat pantulan dirinya yang hanya terlihat wajahnya saja.

Rayyan terang-terangan berani memeluk wanita yang sudah terbalut mukena di depannya.

"Adek mameh boh hate abang," ucapnya.

(Adik manis buah hati abang)

Segaris senyuman nampak di wajah cantik Eirene, "usholli fardhol---"

Fara dan Al Fath keluar dari kamar dengan si kecil Saga.

"Aduh cucu umi bangun ya nak, sini sama ummah sayang!" umi mengambil alih Saga yang sedang lucu-lucunya dari tangan Al Fath.

"Mi, itu penganten baru ngga keluar-keluar, ngga pada laper apa?!" tanya Zahra melirik ke arah kamar Rayyan.

"*Aaaaaa! Itu gede bangettt! Ngga suka lah geliiii*!"

Dan percayalah umi Salwa, abi Zaky, Zahra dan Al Fath sudah berwajah horor, tapi tidak dengan Fara. Perempuan itu tertawa mendengar teriakan dari kamar Rayyan.

"Yang bener aja! Ini masih siang gini---" Zahra mendumel dengan wajah yang memerah malu.

"Dek Ra, ngga usah mikir macem-macem. Kuliah dulu yang bener! Suara syaitan ngga usah di denger,"

"*Rayyy! Aduhh, ih kurang kenceng! Masa tentara tenaganya letoy*!"

"Astagfirullah, perasaan umi sama abi dulu ngga sampe rusuh kaya gitu deh, ya kan bi?" umi menggelengkan kepalanya denggan perasaan yang sudah deg-deg serr. Apalagi abi Zaky, baru berapa jam keluarganya berkumpul sudah ramai saja mirip di pasar gembrong.

Ceklek!

Ray keluar dengan sarung dan peci, ia menggusur bank kai kecoa dari dalam kamar dengan sapu, sementara nampak dari pintu kamar yang terbuka lebar Eirene masih dengan mukenanya berdiri di atas ranjang sedang kegelian.

"Mamposs lu, ha! Jadinya mati kan di tangan gue," omel Rayyan pada kecoa.

"Nah, siapa yang pikirannya melenceng tadi?" tanya Al Fath. Mereka semua tertawa kencang.

"Termasuk abang deh kayanya!" tembak Fara.

Makan malam pertama setelah menjadi keluarga cukup ramai karena bukan hanya keluarga inti saja yang hadir disini sekarang, beberapa menu yang ada di atas meja, terakhir kali ia makan disini berakhir di rumah sakit.

"Khusus untuk Eyi, lauk yang ngga pedes--" umi menggeser semangkuk kuah gulai dan sepiring lauk khas Aceh yang ia masak sendiri ke depan Eirene.

Eirene terkekeh, "makasih umi--sayang umi madame banyak-banyak!" ia memeluk Salwa yang sedang menggendong Saga dari samping.

"Madame?" Fara mengulum bibirnya.

"Oh, emang Eirene ngga suka pedes? Baru tau!" ujar Fara, tangannya sudah mahir menyendokkan nasi untuk Al Fath.

"Abang! Makannya mau sama apa?!" teriak Fara, kebetulan suaminya ini sudah berada di ruang tengah bersama abi Zaky, Frederick dan Kintan.

"Kekuras perut dia kak kalo nemu yang pedes," balas Rayyan yang ternyata menyusul ke meja makan untuk melihat ada apa saja disini, "wuihhh ada ayam tangkap nih!" serunya.

"Ohhh, ngga bisa dong ya ntar kalo ketemu tetangga nyinyir sama julid?!" tanya Fara.

Zahra tertawa, "parah njayyy, kak Fara nih pengalaman nemu tetangga yang mulutnya pedes,"

"Oh, kalo itu mah biasa! Udah makanan sehari-hari kak, tenang aja!" jawab Eirene jumawa, memang kalau masalah begitu ia sudah banyak makan asam garamnya hinaan netizen.

"Oh, mantu umi Salwa tuh ngga ada yang menye-menye, dari awal aja udah di ospek duluan sama umi!" tawa Rayyan yang mendapat desisan dari umi.

"Iyalah, jangankan tetangga--umi aja mulutnya lebih pedes dari cabe rawit sekilo!" oceh Zahra langsung dipelototi umi, kedua anaknya ini memang paling klop dalam urusan nyinyirin umi-nya, namun semua yang ada disana tertawa.

"Eh iya, honey kemana mi? Kok Eyi ngga liat honey dari tadi?" tanya Eirene, pantas saja ada yang hilang ternyata induknya hilang.

"Selamat malam wahai dunia tipu-tipu!!" seru honey datang ke kediaman Ananta.

"Honey!" gumam Eirene.

"Tuh, orangnya--baru diomongin,"

Umi Salwa mengekor ke ruang tengah dimana Honey baru saja datang, "panjang umur kamu Redi, baru diomongin datang! Yuk ikut makan dulu,"

"Uhuyyy lagi pada makan uyyy! Rezeki anak sholeh, baru datang udah disuruh makan!"

"Honey, loe dari mana sih? Kok ngga bilang mau keluar?"

"Disuruh tante umi--ambil laporan, dari kantor. Kamu lupa ya baby--honey udah diangkat jadi asisten tante umi, oh iya besok jadikan tante umi?" tanya Honey.

"Jadi dong! Fara lusa udah balik ke timur, disini kita seneng-seneng dulu ya kan girls?!" tanya umi memandang Eirene dan Zahra.

Eirene, Zahra dan Fara mengangkat kedua alisnya, "jalan-jalan mi?"

"Wohoooo! Asik, dijajanin horang kaya!" teriak Zahra.

"Ray ikut mi! Istri Ray kan ikut, jadi harus jagain Eyi--"

"Bang Ray my darling sweety bunny handsome---ini tuh acaranya tante umi sama girl squadnya," balas honey.

"Eyi ada umi sama yang lain, ngga perlu lah kamu jagain kaya anak ayam. Kamu sama bang Fath sama abi, abisin tuh waktu bareng-bareng. Mancing kek atau kemana gitu!"

"Iya bang, biasanya juga dulu gitu kan. Kalo mancing kan loe jagonya bang, mancing keributan!" imbuh Zahra tertawa.

Umi sengaja hanya menggelar makanan di meja makan namun mereka tak duduk disana, tau jika meja makan tak akan cukup untuk mereka dan para asisten, akhirnya umi memutuskan untuk gelaran karpet saja di ruang tengah biar lebih dekat rasa kekeluargaannya.

Fara menidurkan Saga di kamar, sementara para kaum Adam berada di luar sambil merokok, lalu di ruang tengah tersisa Eirene, honey, Zahra, Kintan dan umi yang masih sibuk dengan laptopnya.

Fara baru saja keluar untuk bergabung. Senyumnya terukir melihat Eirene yang baringan bersama honey dan Zahra di karpet sambil nonton acara lawak, sesekali mereka tertawa, setinggi apapun popularitasnya gadis itu begitu merendah. Sementara Kintan duduk di karpet dengan ponselnya sesekali menimpali obrolan absurd honey, Eirene dan Zahra.

"Jadi besok jam berapa mi?" tanya Fara.

"Jam berapa ya, dari pagi aja---kita abisin waktu seharian buat hangout!" jawab umi.

Fara melirik Eirene, "nah itu nasib pengantin baru gimana?"

"Tau nih, umi ngga perhatian!" decak Zahra.

Jujur saja, Eirene belum berfikir sampai situ---terlalu sering membuat pagar betis dengan laki-laki demi keselamatannya, membuat ia jadi insecure.

"Gampang lah kak, kak Fara sama bang Fath kan disini cuma sampe besok, lusa udah pulang. Kapan lagi kita abisin waktu buat barengan--" jawab Eirene bangkit dari tidurnya.

"Oh oke deh!"

Hoammm! gadis itu menguap dibuat-buat, mendadak rasa gugupnya membumbung tinggi.

"Eyi ke kamar duluan lah! Seharian tadi bikin lelah,"

"Ya udah deh kamu tidur!" balas umi diangguki Fara dan Zahra.

"Good night baby!" cipika-cipiki Honey.

"Awas pintu kunci kak! Garong bentar lagi masuk!" kekeh Zahra.

"Inhale---exhale---" Eirene berjalan mondar-mandir di kamar.

Lebih baik pura-pura tidur atau pura-pura mati?

Ia merangkak ke atas ranjang, lalu tidur.

Malam semakin larut obrolan serius tentang pekerjaan, bisnis ditutup dengan abi yang sudah mengantuk.

"Jangan terlalu ngegas, ranjang bisa bobrok!" ujar Al Fath, mengingat dirinya dulu, tapi rasanya mustahil ranjang disini bisa bobrok.

"Nggak lah! Senyap, lumpuhkan, tau-tau buncit aja!" kekeh Rayyan.

"Siap produksi massal!" tambahnya, Al Fath menggelengkan kepalanya, memang dasar konyol.

Mereka berpisah di depan pintu kamar Rayyan, sementara ke kamar Al Fath harus berjalan beberapa langkah lagi.

Rayyan sudah tak sabar ingin segera bongkar muat, tapi saat senyumnya semakin mengembang pintu kamarnya malah terkunci, ternyata Eirene mengunci kamarnya dari dalam.

"Eyi---" ketukan demi ketukan pelan di tengah malam tak mampu membangunkan si penghuni kamar, ingin mengetuk lebih kencang ia takut menggegerkan seisi rumah. Tak mungkin ia membangunkan umi ataupun asisten rumah tangga untuk meminta kunci cadangan percuma saja, ia melirik lubang kunci yang gelap, itu artinya lubang kunci menggantung. Selain itu ini sudah tengah malam, orang-orang pasti sudah terlelap.

Rayyan tau ia harus berbuat apa.

Ia keluar dari rumah menuju jendela kamarnya.

Dilihatnya jendela kamar tertutup dan terkunci.

Lebih mudah membuka jendelanya ketimbang pintu kamar, karena dulu saat sebelum masuk kesatuan ia sering kabur melewati jendela kamar.

Ia mengangkat sedikit jendela kamar, lalu mencongkel engsel kuncinya. Kemampuannya tak usah diragukan lagi, padahal jika mau ia bisa saja menembak atau melempar granat untuk menghancurkan pintu.

Jendela akhirnya dapat terbuka meski dengan paksaan.

Ia tertawa sumbang, untuk masuk kamar saja butuh perjuangan, apakah nanti memasuki Eirene pun butuh perjuangan? So pasti!

Ia melompat kecil untuk masuk ke dalam jendela se-ukuran badannya.

Dan suara grasak-grusuk itu membuat Eirene menggeliat. Telinga gadis ini akhirnya terganggu oleh aksi Rayyan, diantara sadar dan tidak ia membuka sedikit matanya.

Ia melotot dan langsung bangkit, "maling!!!!"

Rayyan mendongak ikut terkejut, "dek ini ab---"

Jebluggggg!! dentuman keras setara dengan suara bom pearl harbour.

"Astagfirullah! Apa itu?!" Al Fath, Fara, abi Zaky, umi dan Zahra langsung terbangun.

"Dek, abang kejepit!!!"

.

.

.

.

1
Ratna
kangen klan ini.. udah ke berapa kali baca.. tapi tetep ngangenin... makasih author ❤️
Furi Handayani
mantu2nya umi Salwa garang oeeyyy.. best women👍
Mama lilik Lilik
cerita yang menarik dan sangat good
kejora
Luar biasa
Mama lilik Lilik
maksudnya ma3jne apa ya Thor,maaf kalo saya gak tau🙏🏼
Ruzita Ismail
Luar biasa
Nuy
Dasar suami gada ahlak🤣🤣🤣🤣🤣
Dewi Kasinji
😭😭😭
Nuy
Dasar syaaaraaaaffffff rayyan 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Nuy
Eyi baik banget dah 😅😅
Nuy
Eyi emang antik 😅😅😂😂🤣🤣🤣
Dewi Kasinji
Luar biasa
Dewi Kasinji
ijin baca kak
Fiani Arifin Arifin
Luar biasa
Tiwi
o
fajar Rokman.
AQ kangen Abang Rayyan bpknya si cimoy
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
😁4
Rahma Lia
Senang deh bacanya,rasanya mau ngulang2 terus bacanya,,,aku terrayyan rayyan terlovely lovely deh kayanya.
Lisa
🤣🤣🤣🤣🤣
Lisa
cimoyyyy🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!