Menikah dengan pria yang dicintai merupakan impian setiap wanita. Begitu pun dengan ku,bisa menikahi pria yang tak hanya kucinta,tetapi juga rupawan dan tentu baik hatinya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi ku. Ditambah mertua dan ipar dan keluarga suami begitu menyayangi ku.Tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama. Hal itu berawal di saat aku memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang gak sengaja aku temukan di pabrik tempat aku bekerja. Suami,mertua,ipar dan semua keluarga nya menentang,yang katanya asal usul bayi itu tidak jelas.
"Kamu itu gimana sih,kok bisa-bisanya adopsi bayi itu tanpa persetujuan kami ? Gimana kalau bayi itu hasil dari hubungan gelap ? Asal usul nya gak jelas,bisa saja kan bayi itu hasil hubungan gelap,karena tak diinginkan makanya dibuang ,lah kamu malah pungut tuh bayi haram !" Ujar ibu mertuaku dengan kesal.
Sebagian cerita ini aku ambil dari kisah nyata dari beberapa narasumber di sekitar ku juga sebagian ada kisah ku juga.Jangan lupa like dan komen ya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qsk sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Aku melihat keluarga Mas Danu masih saja memperhatikan ku dari luar. Dinding yang terbuat dari kaca membuat siapa saja bisa melihat ke luar juga sebaliknya. Ku abaikan saja dan memilih fokus pada diri sendiri.
Di meja 24 aku melihat Mas Bayu sedang duduk sambil memangku Arvan yang sudah tidur.
"Yuk ! Mas Bayu di sana" Ajak ku pada ibu dan ayah
"Ya ampun,sampai ketiduran gitu. Sini Mas biar sama aku saja !" Aku meminta Arvan karena merasa tidak enak pada Mas Bayu
"Gak apa-apa,mbak. Arvan sama saya saja. Mending mbak Mila,ibu dan bapak makan saja dulu " Ucap Mas Bayu menolak memberikan Arvan
"Tapi kamu pasti pegal Mas,memang udah lama tidur nya ?" tanya ku
"Enggak kok,baru beberapa menit yang lalu. Sepertinya Arvan kecapean. Abis main langsung makan gimana gak langsung tepar " canda nya
"Terus Mas Bayu nanti gimana makan nya ? Lebih baik Arvan sama aku saja ya" Aku tetap meminta Arvan.
"Saya sudah makan kok ,tadi bareng Arvan. Udah sekarang giliran mbak Mila,ibu dan bapak makan,biar Arvan sama saya " Ucap Mas Bayu lagi
"Ya ampun kamu tuh kok ya,baik banget,coba saja Danu bisa seperti nak Bayu,pasti Arvan tidak akan kekurangan kasih sayang seorang ayah. Kasihan Arvan dari bayi sampai sekarang tidak pernah mendapatkan perhatian dan kasih sayang nya " Ucap ibu lirih
"Sudah lah Bu, jangan dibahas terus. Sekarang sudah saatnya membuka lembaran baru,hidup baru, dan semangat baru" Ucap ku sambil menatap Arvan yang begitu lelap dipangkuan Mas Bayu.
"Ya Allah...jadi selama ini Arvan tidak pernah mendapatkan kasih sayang papanya ? pantesan saja tadi dia diem saja ,gak mau nyapa apalagi gendong. Kebangetan banget! " Ucap Mas Bayu lalu menatap Arvan
"Kamu tenang saja ya, sekarang ada papa yang sayang sama kamu" Lirih nya
Aku,ibu dan ayah saling tatap. Di saat suasana mulai canggung,mas Bayu kembali berucap," Maaf ...saya cuman tak tega saat mendengar jika Arvan tidak pernah mendapat kan perhatian dan kasih sayang papa nya,saya yang sudah sangat menyayangi Arvan jadi reflek bicara seperti tadi " Ucap Mas Bayu sambil meringis senyum
"Iya Mas,gak apa-apa. Justru aku mau ngucapin terima kasih ,sebab dari Mas Bayu ....Arvan bisa merasakan kasih sayang seorang ayah" Ucapku
"Mungkin karena selama ini Arvan haus akan kasih sayang seorang ayah , ketika bertemu Nak Bayu yang kebetulan suka anak-anak jadi baik Arvan juga Nak Bayu keduanya langsung klik,dan cocok " Sambung ayah
"Memang Mas Bayu suka anak-anak?" Tanya ku. Aku baru tahu jika Mas Bayu menyukai anak-anak.
"Iya mbak "Jawab Mas Bayu sambil tersenyum.
Saat itu Pak Indra menelpon ,aku pun segera mengangkat panggilan telpon nya.
"Assalamualaikum....iya pak bagaimana ?"Tanya ku
"Bu Mila ,maaf ini ada satu berkas yang tertinggal. Mau saya antarkan ke rumah Bu Mila ,atau...
"Pak Indra ke sini saja,saya ada di resto depan kantor pengadilan "Ucapku
"Baik kalau begitu Bu,saya ke sana sekarang "
Panggilan telepon pun berakhir,tak lama kemudian Pak Indra datang membawa berkas yang dimaksud.
"Maaf ya pak ! Jadi merepotkan pak Indra " Ucap ku tak enak
"Gak repot kok,cuman dari pengadilan ke sini gak nyampe satu jam " Ucap Pak Indra sambil tersenyum ramah
"Kalau begitu apa gak sekalian saja kita makan bersama, kebetulan kita juga batu saja pesan makanan " Ucap ku tanpa ada tujuan lain ,anggap saja ajakan ku makan bersama sebagai bentuk rasa terima kasih karena telah dibantu oleh nya.
"Gak apa-apa nih,saya ikut gabung di sini ?" Tanya Pak Indra
"Gak apa-apa. Iya kan Bu,...ayah ...Mas Bayu ?" Tanya ku menatap satu-satu,meminta pendapat mereka.
"Iya,gak apa-apa. Makin banyak orang kan makin rame,sekalian saya juga mau ucapin terima kasih karena pak Indra sudah membantu Mila sampai-sampai proses sidang nya bisa langsung selesai" Ucap Ayah
"Sama-sama pak, sudah jadi kewajiban saya ,kan kerjaan saya memang seperti ini. Tapi semuanya juga berkat kedua belah pihak yang sudah kooperatif,coba kalau misalnya salah satu ada yang bikin masalah entah itu masalah harta gono-gini ataupun hak asuh anak pasti proses nya akan lebih lama. Tapi saya kok heran ya,kenapa dari pihak sana tidak mengajukan hak asuh anak ?"
Aku sedikit gelagapan mendapat kan pertanyaan itu,tak mungkin aku katakan jika Arvan bukan anak ku dan juga Mas Danu.
"Mungkin mereka tidak mau repot ngurus anak,apalagi anaknya masih kecil banget begini ,masih butuh perawatan dan perhatian ibu nya. Nah nanti kalau anak nya udah besar sudah ada tenaga buat kerja apalagi kalau sudah sukses pasti mereka sendiri yang datang. Toh,... rata-rata semua orang berpikir nya gitu, bahkan ada yang sengaja melimpahkan tanggung jawab pada salah satu orang tua ,karena berpikir kelak setelah besar si anak pasti akan mencari orangtua nya yang lain" ucap Ayan panjang lebar. Terdengar helaan nafas dari ayah. Wajahnya terlihat sendu tatapan nya pun nampak kosong.
Aku mengerti,saat ayah bicara seperti itu. Sebab dulu ibu kandung ku pun seperti itu. Ayah memang tak pernah mengatakan keburukan tentang nya (Ibu kandung) tetapi aku mendengar kisahnya dari banyak orang. Terutama keluarga Ayah,mereka sering membahas nya. Dan aku pun tentu dapat menilai bagaimana sikap ibu kandung ku. Sedikit bercerita, sebenarnya aku sama sekali tidak tahu jika ibu Maryam yang selama ini merawat,menjaga dan membesarkan ku setulus hati bukan lah ibu kandungku. Aku tahu ketika aku hendak menikah dengan Mas Danu. Saat itu ibu Maryam memberi tahu kebenarannya sambil menangis tersedu-sedu. Beliau mungkin merasa berat mengatakan nya,tetapi karena tak ingin dosa maka dengan terpaksa ibu memberi tahu yang sebenarnya. Maka dengan nasihat dari nya,aku dan Mas Danu bersama kakek ku pergi ke desa tempat ibu kandung ku tinggal. Setelah di sana,bukan nya tatapan rindu dan pelukan hangat yang kudapat ,tetapi ucapan yang begitu menyakitkan hati ini.
"Saya gak pernah merasa Mila ini anak saya ,gimana dong " Ucap nya pada beberapa tetangga yang saat itu datang karena merasa penasaran. Dan ibu mengatakan nya sambil tertawa. Entahlah...mungkin ibu hanya bercanda atau apa. Yang pasti hati ku terluka mendengar nya. Akhirnya aku yang saat itu berniat untuk menginap memutuskan untuk pulang. Kakek terus memeluk ku sambil terus membesarkan hati ku.
"Gak apa-apa. Kakek dan yang lain selalu sayang kamu. Kamu jangan berkecil hati" Itu ucapan mendiang kakek ku yang selalu terngiang di telinga.
Sudah cukup sekilas info tentang ibu kandung ku,sekarang kita kembali ke topik.
Waktu berlalu...
Setelah selesai makan siang,kami memutuskan untuk pulang,Arvan pun masih tertidur. Pak Indra juga berpamitan pergi ,katanya masih ada yang harus di urus.
Ketika di dalam mobil,Arvan terbangun dan langsung mencari ku.
"Mama...." Lirih nya sambil mengucek matanya.
"Iya sayang ,mama di sini. Sebentar ya,Arvan sama om dulu ,mama lagi nyetir " Ucap ku sambil melirik spion kecil yang menggantung di atas ku.
"Dak mau...mau mama ...." Masya Allah...
makin pinter saja bicaranya
"Iya sayang,sebentar ya...!" Ucap ku lagi
"Kita tukeran saja mbak,saya yang nyetir. Kasihan Arvan,tadi sebelum tidur nanyain mbak terus " Ucap Mas Bayu
"Iya Mila ! Mending Nak Bayu saja yang nyetir ,kamu sama Arvan saja kasihan anak kamu " Ucap ayah
"Ya sudah " Aku segera menepikan mobil lalu bertukar tempat dengan Mas Bayu.
"Maaf ya mas Bayu " Ucap ku
"Minta maaf terus Mbak , perasaan lebaran masih jauh " Ucap Maa Bayu
"Ya memang nya minta maaf di lebaran doang " Sahut ku mencebik namun Mas Bayu malah tertawa.
"Hoyeee...mama...." Teriak Arvan sambil bertepuk tangan begitu aku masuk ke kabin belakang.
"Iya sayang, kangen ya...maaf ya mama ninggalin Arvan terus " Aku jadi merasa bersalah ,ku peluk tubuh mungil itu lalu kuciumi ujung kepala nya.
"Mama..." ucap Arvan menepuk-nepuk wajah ku
"Iya sayang ,ini mama ....kamu sama mama sekarang " Kutangkap tangan mungilnya,lalu ku cium. Arvan pun tertawa begitu renyah.
"Masya Allah....cucu nenek " Gumam Ibu
Tak sengaja aku melirik ke arah kaca spion kebetulan di sana Mas Bayu juga melihat ke arah ku. Otomatis pandangan kami pun beradu.
Duh'
Aku segera mengalihkan pandangan ku.
Beberapa saat kemudian,kami pun sampai di depan rumah. Namun kening ku berkerut,hatiku mendadak penuh dengan pertanyaan saat melihat pria yang sudah membuat ku sakit hati berada di terasa rumah.
Untuk apa Mas Danu berada di sini ?
Bersambung....