"Kau gagal merusak rumah tanggaku, maka jadilah wanita simpananku, Azzalea Quinera."
~Tristan Sagara Kusuma~
Azzalea Quinera, gadis 23 tahun itu tidak pernah menyangka jika hidupnya akan serumit ini. Kakaknya kecelakaan, dan dirinya yang hanya seorang mahasiswa harus menjadi wanita simpanan, setelah gagal merusak rumah tangga pria dari masa lalunya demi mendapatkan uang pengobatan.
Berawal dari suruhan orang, namun berakhir membuatnya terjebak dalam perasaan tidak berujung dengan pria tampan sejuta pesona.
Lalu bagaimana kisah hidup Azzalea dan Tristan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Firda sadarkan diri
Alea datang ke rumah sakit dengan penuh senyuman. Satu jam yang lalu, dokter mengatakan bahwa kakaknya Firda telah sadar dari koma.
Alea yang saat itu sudah selesai bekerja langsung bergegas datang karena tidak sabar ingin melihat kakaknya yang mungkin belum sepenuhnya pulih, tapi sudah jauh lebih baik.
Alea membuka pintu kamar rawat kakaknya dengan semangat, dan saat pintu itu terbuka, dirinya melihat kakak yang sangat dirindukannya kini sedang berbaring dengan mata terbuka.
"Kakak." Panggil Alea lirih.
Wanita bernama Firda itu menoleh, matanya kini mulai berkaca-kaca dengan bibir gemetar.
Alea tahu, ia pun segera mendekati kakaknya dan memegang tangannya yang terasa lebih hangat dari sebelum-sebelumnya.
"Kakak!!" Tangis Alea pecah, ia menangis sambil menggenggam tangan Firda yang juga gemetaran.
"A-Alea." Lirih Firda seraya berusaha untuk mengangkat tangannya dan mengusap kepala adiknya.
Alea menyadari itu, ia buru-buru mengambil tangan Firda dan mengarahkannya ke wajahnya.
"Kakak, aku sangat merindukanmu." Ungkap Alea dengan suara sesak akibat tangis yang ditahan.
Alea menatap mata kakaknya yang meneteskan air mata, buru-buru ia menyeka air mata itu. Alea tidak mau kakaknya menangis di saat dirinya baru membuka mata.
"Kakak harus sehat, aku dan rumah kita sudah merindukanmu." Ucap Alea dengan senyuman.
Seulas senyum terlihat di wajah cantik Firda yang pucat. Bibir itu ingin berucap meski sedikit kesulitan.
"Kakak juga rindu kamu, Alea." Ucap Firda dengan terbata.
Alea tersenyum lebar, sekarang ia tidak akan meminta apapun selain kesehatan kakaknya dan ketenangan hidupnya.
Alea akan semakin semangat bekerja untuk menghidupi dirinya dan kakaknya selama Firda belum bisa bekerja.
Ditengah rasa bahagianya itu karena kakaknya sudah siuman, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Seorang suster datang dengan membawa sesuatu di tangannya.
"Nona Alea, mohon untuk mengurus sisa administrasi nya ya." Ucap Suster dengan sopan.
Alea menatap kakaknya dengan senyuman, ia tidak mau jika Firda sampai memikirkan soal administrasi, karena itu adalah urusannya.
"Kak, sebentar ya." Pamit Alea lalu beranjak dari duduknya.
Alea keluar dari ruangan kakaknya, ia pun melangkah ke kasir untuk mengurus sisa administrasi yang harus ia bayarkan.
Alea berdoa, semoga uang dalam tabungannya cukup untuk membayar sisa administrasi nya.
"Permisi, Sus. Saya mau bayar sisa administrasi atas nama Firda Nazhifa." Ucap Alea saat dirinya sudah sampai di kasir.
"Sebentar ya, Nona." Sahut suster itu.
Alea menunggu suster itu mencari nama kakaknya dan melihat biaya yang harus di bayarkan.
"Nona, ini jumlah yang harus dibayarkan." Ucap suster itu seraya memberikan secarik kertas.
Alea menerimanya, ia melihat nominal di paling ujung kertas. Bukan jumlah yang sedikit, dan ia cukup terkejut melihatnya.
"Suster, kalo saya bayar 50% dulu bisa?" tanya Alea pelan.
"Bisa, Nona." Jawab suster itu.
Alea tersenyum seraya menghela nafas lega, ia pun memberikan kartu ATM miliknya kepada suster untuk membayar biaya rumah sakit.
Setelah selesai membayar, Alea pun pergi dari sana. Ia cukup bersyukur karena uangnya masih cukup untuk membayar 50% dari yang harus dibayarkan.
Alea kembali ke kamar rawat kakaknya, ia memasang wajah penuh senyuman meski sebenarnya bingung akibat uangnya sudah habis.
"Lea, kamu sudah selesai urus administrasi?" tanya Firda pelan.
"Sudah, Kak. Kakak tidak perlu mengkhawatirkannya." Jawab Alea lembut.
"Kamu uang dari mana?" tanya Firda lagi.
"Aku kerja, Kak. Gajiku cukup untuk membayar," jawab Alea antara jujur dan tidak.
Firda sedih, ia sebagai seorang kakak merasa gagal. Ia yang seharusnya menjaga dan membahagiakan adiknya, kini malah ia repotkan dengan biaya rumah sakit yang pasti tidak sedikit.
"Setelah kakak sembuh, kakak janji akan mengganti uangnya." Ucap Firda seraya menggenggam tangan adiknya.
"Kakak ini ngomong apa sih!" tegur Alea geleng-geleng kepala.
"Selama ini kakak sudah menjaga dan merawat aku, dan wajar jika sekarang aku melakukannya." Jelas Alea seraya memeluk Firda.
Firda mengusap punggung adiknya pelan, ia tahu bahwa Alea menangis, terbukti dengan bahu yang gemetar.
Alea menangis, ia menangis antara sedih dan bahagia. Alea sedih memikirkan bagaimana nanti ia melanjutkan hidupnya tanpa memegang uang, tapi juga bahagia karena Firda telah sadar dari koma.
***
Malam harinya, Alea pamit kepada kakaknya untuk bekerja. Ia mendapat shift malam dan akan pulang besok pagi.
Alea kini sedang berada di rumah, sebelum berangkat ke restoran ia harus mandi karena baru dari rumah sakit.
Alea menyemprotkan parfum di beberapa titik tubuhnya, kemudian barulah keluar dari rumahnya.
"Alea."
Alea yang ingin mengunci pintu rumahnya mendadak kaget ketika ada yang memanggilnya tiba-tiba.
Alea menoleh, ia kaget melihat seorang pria berpakaian kasual sedang berdiri dengan tangan terlipat di dadanya.
"Pak Mondy, sedang apa anda di rumah saya?" Tanya Alea terkejut.
"Ikut dengan saya sekarang, Alea." Pinta Mondy dengan datar.
"Nggak! Saya sudah tidak ada urusan apa-apa dengan anda dan pak Tristan." Tolak Alea dengan tegas.
"Menurutlah, Alea." Sahut Mondy pelan dan dingin.
"Maaf, Pak. Tapi saya harus bekerja," tolak Alea lagi dan hendak melangkah.
"Kamu mau di pecat dari tempatmu bekerja sekarang?" tanya Mondy berhasil menghentikan langkah Alea.
Alea mengepalkan tangannya. "Kenapa anda dan atasan anda itu selalu mempersulit saya, hah?!" Bentak Alea kesal.
"Silahkan tanyakan itu pada pak Tristan." Balas Mondy cuek.
"Saya tidak mau." Balas Alea menolak lagi.
Mondy menghela nafas, ia meraih pergelangan tangan Alea kemudian menariknya dari rumah gadis itu.
"Pak lepasin, anda jangan berani menyentuh saya!" pinta Alea, namun tidak digubris.
"Diamlah, Alea. Kamu bisa buat perhitungan kepada pak Tristan nanti." Pungkas Mondy lalu mendorong Alea masuk ke dalam mobil.
Alea berusaha untuk memberontak, namun hasilnya nihil karena Mondy sudah menjalankan mobilnya duluan.
"Anda dan pak Tristan selalu menyusahkan saya." Ketus Alea dengan nafas yang memburu.
WADUHH, MAU DIAPAIN TUH ALEA??
Bersambung......................
untung saya pembaca yg teliti dan baik, jadi cepat nyambung otak ke bacaan yg typo 😂😂
semangat nulis nya dan hati2 ma typo nya
sempet bingung sbnere /Facepalm/