Operator Hati Barata

Plakk...

Satu tamparan keras dilayangkan oleh Aryo pada Alvian, pria paruh baya itu terlihat murka pada putra keduanya itu.

"Saya tidak pernah mengajarkan kamu untuk menjadi seorang bajingan Alvian Saputra! nikahi Elvia atau saya akan membiarkan kedua orang tuanya untuk melaporkan kamu pada pihak berwajib dengan laporan kasus pencabulan!"

Alvian melotot tidak terima pada sang Papa, apa katanya kasus pencabulan? mereka berdua melakukannya atas dasar suka sama suka dari mana pencabulannya.

"Mana bisa Pa, kita melakukan itu atas dasar suka sama suka. Lagian aku sudah punya Agatha, mana bisa aku menikahi Elvia."

Pak Aryo tersenyum sinis pada putranya itu, bahkan kedua matanya terus menatap kearah Agatha dan Elvia secara bergantian.

"Kau fikir gadis bersih dan baik baik seperti Agatha akan sudi menikah dengan pria kotor tak bermoral sepertimu huh. Jangan bermimpi kamu Alvian, pilihanmu cuma dua menikahi Elvia atau polisi akan menggelandangmu."

Alvian mendengus kasar, kedua matanya menatap Agatha yang terlihat tenang dan tidak banyak bersuara kali ini. Seperdetik kemudian Alvian menggulirkan kedua matanya pada Elvia yang tengah menangis didalam pelukan Ayahnya sendiri.

"Kamu tidak mau mencegahku agar tidak menikahi Elvia."

"Untuk apa aku mencegahmu, kalau kalian sudah berani berbuat maka berarti sudah siap untuk menangung resikonya. Aku juga tidak berniat untuk menikahi laki laki bekasan dan gampangan seperti kamu."

Alvian menelan susah payah salivanya, kata kata yang dilontarkan oleh Agatha terlalu panas untuk dia dengar.

"Semuanya sudah selesaikan, kalau begitu aku akan pergi kepertambangan. Jaga diri Ibu baik baik, tidak usah memikirkan hal yang tidak pantas untuk Ibu fikirkan."

Rina tersenyum tipis mendengar ucapan Agatha yang ditunjukan padanya. Satu tangan Rina mengusap lembut kepala hingga pipi putri kandungnya itu.

"Sabar ya Nak, Ibu yakin kamu akan dapat yang lebih baik nantinya."

Agatha tidak menyahut, namun gadis itu hanya menatap sembari menganggukan kepalanya pelan.

"Aku berangkat Bu!"

Agatha mengecup punggung tangan Rina namun tidak dengan pria paruh baya yang ada disisi sang Ibu. Agatha melangkahkan kedua kakinya menuju pintu keluar, namun tiba tiba langkahnya terhenti saat dia hendak meraih handle pintu.

Agatha terlihat membalikan tubuhnya dan menatap datar kearah Alvian.

"Alvian!"

Alvian mengerenyitkan dahinya melihat Agatha melangkah menujun kearahnya. Alvian menyunggingkan senyuman tipis melihat sang kekasih berjalan kearahnya, Alvian yakin kalau Agatha tidak akan rela dia menikahi gadis lain selain dirinya. Dan saat Agatha benar benar berada didekatnya tiba tiba,

BUGGGHHH...

Satu hantaman keras dan kencang menghamtam wajahnya, tidak lama cairan kental berwarna merah mengalir dari dalam hidung serta sudut bibirnya.

"AGATHA!"

Elvia berseru kencang pada Agatha yang tengah menampilkan wajah datarnya pada Alvian.

"Thank's untuk dua tahunnya, kayaknya sih hadiahnya masih kurang, lain kali aku akan memberikannya lagi. Bersyukurlah aku sedang terburu buru saat ini."

Agatha menepuk nepuk pundak Alvian dengan gentle, namun pandangannya terarah pada Elvia yang terlihat tidak menyukai apa yang sudah Agatha lakukan pada Alvian.

"Titip mantanku ya, jangan sampai dia menyelingkuhimu nanti, kalau dia selingkuh ingat galian ku ditempat kemarin masih belum aku timbun."

Setelah mengatakan itu Agatha berbalik, kali ini dia tidak ingin menoleh lagi kearah belakang Agatha bersikap tegar dan masa bodoh didepan orang agar Alvian dan Elvia tidak merasa menang, padahal didalam lubuk hatinya yang terdalam perasaanya sangat sangat sangat hancur. Agatha menyeka air matanya kasar saat cairan bening itu dengan tidak tahu malunya keluar dari kedua kelopak matanya.

"Tenyata sakit banget ya."