Muna Hidayatullah
Anak gadis pasangan Betawi yang
karena terbentur biaya
Setelah lulus SMA
terpaksa melamar menjadi seorang OB
di sebuah perusahaan.
Takdir bernasib baik padanya.
Sebab pemilik perusahaan itu jatuh hati padanya.
Simak perjalanan kisah cintanya.
Happy Reading🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 : BOCAH VS BANDOT
Kevin menatap lekat pada bola mata Muna di depannya. Memastikan tidak ada kebohongan di sana.
"Kenapa ga bilang dari awal kalau itu memang asli, Mun?" Kevin bicara sambil meraih segelas teh yang di sodorkan Muna untuknya.
"Emang Muna berani membela diri gitu?" Muna mengemukakan pendapatnya. "Boro-boro bicara, liat abang aja Muna takut waktu itu." Timpal Muna lagi.
Kevin tersenyum hambar.
"Apa aku memang terlihat sangat kejam Mun?"
"Kejam sih kagak, tampan iya. Hati Muna meleleh sejak pertama kali liat dirimu, bang Ke." Muna sibuk menjawab dalam hatinya.
"Mun... kok diam? Baiklah mulai sekarang ga usah pakai softlens lagi. Kalau itu memang asli."
"Kagak ada ape-ape. Asyiiikkk makasih ya bang. Akhirnya Muna kagak perih lagi kalo gitu. Muna permisi ke kantor dulu ye bang. Ntar telat bebersihnya di sana."
"Ngapain di bersihin...ga ada yang ngotorin juga. Kan aku udah seminggu ga ngantor Mun. Udah temenin abang di sini aja..." Pinta Kevin yang berhasil membuat Muna bergidik ngeri.
"Maaf ga berani bang. Lagian di mari kagak ada absen yang bisa untuk di jadikan bahan laporan. Ntar gaji Muna ke potong." Dengan polos dan jujurnya Muna menyampaikan isi hatinya.
"Kamu lupa aku bosnya?"
"Ya tau...tapi pan. Urusan laporan kehadiran lewat abang juga? Terus kalo gaji Muna di potong, urusannya juga sama abang?"
"Kamu takut banget sih di potong gaji. Perlu uang berapa sih?"
"Bukan uangnya bos. Tapi tanggung jawab sama pekerjaan yang sudah di percayakan sama Muna, yang wajib Muna lakukan dengan sungguh-sungguh."
"Bocah ini, baru jadi OB aja sudah kaya puna jabatan apa aja." Kevin membatin dalam hatinya, semakin terkesima dengan sifat asli Muna yang ke sininya semakin menarik perhatiannya.
"Gimana ya Mun. Aku masih mau kamu buatkan makanan untukku siang dan sore ini. Kamu ijin deh sama siapa tuh. Dan uang yang ke potong aku bayarin."
"Ga usah gitu juga kali. Muna masak sebentar, lalu setelah itu Muna tetap ke kantor. Jadi Muna ijinnya telat saja sama bang Jali." Muna tetap saja tidak bisa menolak permintaan Kevin.
"Ya sudah, tapi kamu cek isi kulkasku. Masih banyak bahan yang bisa buat di masak atau tidak?"
"Masih..., tadi malam kan Muna sudah cek isinya. Hanya semalam ga bisa masak yang aneh-aneh karena abang lambungnya masih radang kan?"
"Ya sudah, ganti baju Mun. Pake baju rumahan aja. Abang ga suka liat kamu pake baju ala berangkat ke kantor gitu." Kevin menghabiskan sarapannya, meminum kembali obat yang Prety siapkan. Kemudian masuk kamar dalam waktu yang lama.
Sementara Muna sudah menghubungi Jali selaku ketua OB di Timnya, mengabarkan atas terlambatannya ke kantor hari ini.
Muna merasa sedikit aman dengan Kevin yang sejak tadi hanya berada di kamarnya. Muna merasa lebih leluasa membuat dan mengolah aneka makanan.
Dalam jumlah banyak juga beragam. Rencana Muna, itu semua akan di simpannya di wadah yang sekiranya Kevin dapat makan di lain hari, dengan cukup memanaskannya di microwave.
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 12 siang. Bukan hanya makanan yang selesai Muna buat, ada cake zebra mini yang juga sempat Muna taklukan dengan bahan yang tersedia dan cukup mengelitik hati untuk membuatnya.
Muna kaget bukan kepalang, saat tatapan matanya beradu dengan seseorang yang baru saja masuk apartemen Kevin tanpa membunyikan bel. Tubuh itu terlihat langsung nyelonong ke dalam.
"Muna... ngapain di sini? Kevin mana?" Ferdy, orang yang masuk tanpa permisi itu adalah Ferdy yang tentu saja memiliki akses untuk masuk dan keluar dengan bebas ke apartemen itu.
"Pak Ferdy. Ini, kemaren pak Bos minta Muna masak buat dia yang sakit sejak kemaren." Jawab Muna dengan sedikit gugup.
Ferdy sesungguhnya senang melihat kehadiran Muna di sana, tetapi dengan balutan pakaian rumahan yang Muna kenakan sekarang, cukup menjawab bahwa ia telah banyak ketinggalan berita kedekatan sepupunya iitu dengan OB cantik ini.
"Oh...Kevin mana?"
"Sejak tadi di kamarnya saja pak."
Ferdy langsung mengetuk pintu itu, dan ternyata tidak di kunci. Ferdy masuk dan langsung di perhadapkan dengan keadaaan Kevin yang masih terlihat tidur pulas di sana. Ferdy raba kening Kevin dengan pelan, namun ia tidak menemukan hal yang ganjil.
"Vin... bangun."
"Oh... kamu sudah datang Fer."
"Masih sakit?"
"Udah enakan, cuma masih ngantuk. Kayaknya Prety resepkan obat tidur deh semalam."
"Kalo Prety kasih obat tidur itu wajar saja, biar kamu lebih lama istrirahatnya. Tapi kalo Muna yang sudah kaya ibu rumah tangga di apartemen mu, gimana ceritanya?" Mereka memilih berbincang dalam kamar Kevin.
"Ya siapa lagi yang bisa ku mintai tolong buat masak untukku."
"Jangan suka memanfaatkan orang Vin. Kamu suka sama dia?"
"Bukannya kamu yang suruh aku sama dia?"
"Ya kan cuma saran. Bilang aja emang demen." Lemparan bantal itu persis kena wajah Kevin oleh Ferdy.
"Belum tau pasti juga sih Fer. Cuma... ke sininya olahan tangannya seolah aku dapat perhatian kayak mami masih ada."
"Alhamdullilah. Artinya kamu sudah tidak trauma lagi kan dengan cewek. Aku mendukugmu Vin, buruan kembali ke jalan yang benar. Keburu mati loe ga insaf-insaf ntar." Goda Ferdy yang sangat merasa senang akan perubahan sepupunya itu.
"Ga seratus persen sih Fer... aku coba buka hati aja. Lagian itu anak masih bocah."
"Bagus deh kalo kamu sadar dia masih bocah, jadi kamu ga bisa main-mainin kaya yang sudah-sudah. Ya kita lihat saja sampai mana mampunya tu bocah menaklukan hati si bandot tua macam kamu... ha...ha...ha."
"Oh... mau jadi gembel kamu Fer. udah ga sopan banget ya sama aku. Mana berkas yang aku harus tanda tangani?" tanya Kevin kembali ingat tujuan Ferdy datang adalah untuk urusan pekerjaan.
Tok
Tok
Tok
"Tuan... kerjaan Muna sudah selesai. Muna pulang ya." Pamit Muna dengan sopan dan kembali dengan sebutan tuan, mengingat ada Ferdy di dalam bersama Kevin.
"Ya...hati-hati Mun." Teriak Kevin dari dalam kamarnya.
Kini Kevin dan Ferdy sudah beranjak keluar kamar, melangkah bersisian menuju dapur. Memandang betapa sempurna sajian makan siang di atas meja itu oleh Muna tadi.
"Vin..., mending kamu buruan nikahi deh nii bocah. Ini sudah ngalahin emak-enak tau ga sih. Nih ada cake juga, ku eksekusi dulu ya." Kevin belum sempat memberi komentar, kue itu sudah di potong dan di mamahbiak oleh Ferdy. Dengan langsung memberi jempolnya ke arah Kevin.
"Buruan di makan, semuanya tampak lezat dan menyehatkan." Ferdy masih berbicara dengan pipi yang tampak gembul karena kepenuhan.
"Lezat-lezat... ini buat aku yang lagi sakit, kenapa kamu makan semua. Awas minta lagi."
"Pelit amat."
"Kamu kan bisa minta buatin sama Manda, jangan makan yang ini."
"Kamu juga tau Manda pintarnya bikin anak timbang masak Vin." Goda Ferdy pada Kevin yang sudah memasang wajah di tekuk tujuh.
Bersambung...
#Readers... lope-lope deh sama kalian.
Tiap hari slalu dapat komen lucu dan menarik, sumpah itu mood bosterku beuut.
Jangan kasih kendor yaah
Ntar sore ku up lagi dehh biar kalian juga makin senang.
OTW menuju 'uwu'
❤️❤️❤️
.. Ma nyak...😁😁😁