Aak Preman Aku Padamu

Dugaan Deren benar. Ada seseorang yang mendekati kamar Aisyah. Langkah langkah kaki itu terdengar beriringan. Mungkin tak hanya satu, bisa jadi tiga atau empat orang.

Deren masih tetap siaga. Beruntungnya orang-orang itu tak masuk ke kamar Aisyah. Mungkin mereka hendak pulang setelah menyelesaikan nonton barengnya.

Deren menempelkan telinganya di ubin, mencari tahu apakah mereka sudah jauh atau masih di sekitaran sini.

Deren tersenyum karena tak mendengar suara langkah kaki itu lagi. Dia melihat jam di tangannya. Waktu yang diberikan Joker padanya hampir habis. Inikah yang di maksud Joker. Jam tanyang sepak bola sudah usai, pertanda semua penduduk yang lagi nonton bareng akan pulang kerumah masing masing.

Ahhh ... Biarkan saja, batin Deren.

Deren pun kembali keluar dari tempat persembunyiannya dan duduk di sisi ranjang kekasihnya berbaring.

"Dek," panggil Deren. Aisyah pun membuka matanya. Deren kembali membuka penutup mulut Aisyah.

"Iya Ak," balas Aisyah.

Aisyah mencoba bangun, Deren pun membantunya.

"Dek, Aak longgarin ya ikatannya," ucap Deren. Aisyah pun menganggukkan kepalanya tanda menyetujui usul Deren.

Rambut panjang Aisyah sedikit menganggunya. Maka Deren pun menyibaknya lagi. Merapikan dan mengelus rambut itu.

"Kamu cantik sekali Dek," puji Deren. Senyum merekah indah diantara keduanya. Aisyah sangat malu mendapatkan pujian seperti itu.

"Harusnya Aish nggak membuka ini di depan Aak. Maafkan Aish ya Ak," ucap Aisyah sedih.

"Aak ngerti sayang, keadaan inilah yang memaksamu melakukan ini. Kamu nggak usah takut. Aak nggak ada perasaan macem-macem kok sama kamu," jawab Deren.

"Aish takut Aak punya fikiran macam-macam soal Aish,"

"Tidak sayang, bagi Aak kamu luar biasa sayang. Bukan hanya wajahmu yang cantik, hatimu juga mempesona gadisku," puji Deren lagi. Aisyah bertambah tersipu. Duh si Aak bisa-bisaan dah sekarang.

"Aak juga tampan," balas Aisyah. Aisyah terlihat sangat malu, Deren sangat pandai menggetarkan perasaannya. Dia pun menundukkan kepalanya lagi. Aisyah sungguh tak berani menatap mata sang pujaan hati.

"Dek, Aak mau jadi yang pertama dan terahir buatmu," ucap Deren. Aisyah kembali mengumpulkan keberaniannya untuk menatap mata Deren. Mata elang itu benar-benar membuat Aisyah sukar mengungkapkan kata hatinya.

"Doain Aish bisa jaga mahkota Aish sampai Allah menakdirkan kita bersama ya Ak, dan saling memiliki secara halal tentunya" jawab Aisyah.

"Jika pria itu berani menyentuhmu maka Aak akan ledakkan kepalanya. Aak janji Dek," janji Deren. Tanpa Deren sadari ucapannya malah membuat Aisyah semakin takut tak bisa menjaganya. Aisyah sangat tahu bagaimana perangai pria yang hendak dijodohkannya dengannya itu.

"Aak, maukah Aak memelukku. Mungkin ini akan jadi pelukan terahir kita," ucap Aisyah tiba-tiba. Deren pun menatap gadis itu, tak percaya dengan apa yang barusan Asiyah ucapkan.

"Aak nggak mau peluk kamu Dek kalau kamu pesimis begitu. Kamu sudah tahu siapa Aak kan. Aak akan terus berjuang sampai nafas terahir Aak untuk menyelamatkanmu, menyelamatkan abahmu Aak janji. Tapi, kalau kamu pesimis gini. Aak mana bisa semangat," ucap Deren menggebu. Aisyah tak menjawab ucapan Deren, dia malah nekat dan mengecup bibir Deren.

Deren diam terpaku, tak mampu melanjutkan ucapannya. Kejutan yang Aisyah berikan hampir membuat jantungnya berhenti berdetak sementara. Gadis yang dikenalnya mampu menjaga semuanya ini tiba-tiba menyerahkan bibirnya dalam sekejap mata. Ada apa dengan Aisyah. Mata Deren terbelalak tak percaya, Aisyah sungguh berani.

Aisyah melepaskan kecupanya, Deren masih diam terpaku, dalam hati Aisyah dia tak menyesal melakukan ini. Yang ada dipikirannya saat ini iyalah dia bisa memiliki Deren seutuhnya. Sebelum pria bajingan itu mendahuluinya. Satu lagi yang menghantui Aisyah, kalaupun saat ini Deren mengambil mahkotanya dia pasti iklas.

"Dek," ucap Deren dalam rasa tegangnya. Bagaimana tidak ini yang pertama untuknya.

"Biarkan Aish memilikimu untuk malam ini saja Ak. Aish takut tak bisa kembali padamu," ucap Aisyah. Air mata Aisyah kembali membanjiri pipinya. Membayangkan betapa ngerinya nanti saat Deren tak ada lagi di sampingnya. Tak ada lagi cinta di hatinya. Mungkin kisah mereka hanya akan tinggal kenangan. Pikiran itulah yang membuat Aisyah berani.

"Dek," bisik Deren lagi. Ucapan Aisyah sungguh membuat Deren gelap mata. Deren pun tak mampu lagi menahan perasaanya. Dorongan untuk saling memiliki begitu kuat. Aisyah sudah memberikan lampu hijau padanya. Lalu apa lagi yang Deren tunggu.

Deren pun menangkap kedua pipi sang kekasih dan mulai mengecup bibir Aisyah dengan cintanya. Aisyah membuka sedikit bibirnya, untuk memberikan sedikit celah pada Deren untuk melepaskan keinginannya.

Rasa cinta dan rindu telah mereka salurkan. Benteng pertahanan itu seketika luntur. Deren lebih berani mempererat pelukannya. Mereka pun hilang kendali, Aisyah menangis dalam pelukan pria yang dicintainya. Jujur bersama Deren Aisyah merasa sangat aman dan terlindungi.

Deren melepaskan pelukannya. Aisyah teringsut malu. Deren pun sama.

"Maaf ya Dek," ucap Deren. Aisyah diam. Tiba-tiba ada rasa menyesal di dalam jiwanya. Aisyah melanggar prinsipnya, bagaimana ini.

"Pergilah Ak, Jangan bahayakan dirimu untukku!" ucap Aisyah.

"Tidak Dek, Aak mencintaimu. Aak akan memperjuangkanmu. Tolong bangkitkan semangat Aak sayang. Tolong jangan menyerah, percayalah sekali ini saja sama Aak Dek. Jangan biarkan apa yang Aak lakukan sia-sia. Aku mencintaimu calon ratuku," ucap Deren meminta amunisi semangat pada sang kekasih.

"Aak, Aish cinta sama Aak. Sampai kapanpun itu Ak. Bahkan jika boleh memilih Aish akan memilih mendampingimu sampai kita menua bersama Ak," balas Aisyah mesra.

"Mulai sekarang tenangkan dirimu ya. Ingat pesan Aak yang tadi. Oia kamar abah di sebelah mana. Sepertinya Aak harus menyelamatkan abah dulu. Baru kamu. Oke," ucap Deren.

"Itu Ak, kamar paling depan sebelah kamar tamu persis," jawab Aisyah.

"Oke, makasih infonya. Aak tunggu ibu dan abangmu lengah dulu ya. Soalnya diluar banyak sekali anak buah pria jahanam itu," balas Deren.

"Hati-hati ya Ak. Dia kejam sekali," ucap Aisyah memeperingatkan.

"He em, Aak pergi dulu ya honey, sepertinya situasinya sudah aman," ucap Deren.

"He em, Aak hati-hati ya," balas Aisyah.

"Kamu juga ya," Deren kembali menatap mata gadis pemilik cintanya. Mereka kembali saling melempar senyum.

"Ingat kalung ini jangan sampai dilepas ya, apapun yang terjadi. Mengerti!" ucap Deren mengingatkan.

"Baiklah Ak," jawab Aisyah paham.

"Aak bahagia mengenalmu Dek," ucap Deren.

"Aish juga Ak,"

"Boleh peluk sekali lagi, biar Aak semangat Dek," pinta Deren. Aisyah tersenyum dan mengangguk pertanda memberi izin Deren untuk memeluknya lagi.

Kini mereka sudah tak malu-malu lagi. Sepertinya Deren tak mau kehilangan kesempatan langka ini. Dia terus mengisi penuh semangat juangnya. Asiyah telah memberi amunisi juang untuk Deren tanpa dia sadari.

Bersambung....