Arini gadis 25 tahun menjadi pewaris tunggal . Ayahnya meninggal 1 tahun yang lalu. Arini sejak kecil sudah diasuh oleh ibu tirinya dan juga kedua saudara tirinya. Selam ini keluarganya baik kepadanya dan penuh kasih sayang.
Siapa sangka ternyata di balik semua itu ada rencana, satu persatu kebusukan ibu tirinya dan kedua saudaranya terungkap, Arini mendapatkan pengkhianatan dari kekasihnya dengan adanya perselingkuhan.
Tabiat laki-laki yang dia pikir selama ini mencintainya, juga sudah mulai terungkap ketika Arini memberikan posisi Direktur di Perusahaan.
Arini mulai dicampakkan ketika aset keluarganya memiliki saudara tirinya dan calon suaminya. Arini bahkan dibuang dan mendapat caci maki dari orang-orang akibat jebakan yang dari keluarganya.
Sampai akhirnya Arini kembali bangkit dari keterpurukan untuk membalas semua dendamnya. Dari mengambil seluruh apa yang telah menjadi miliknya dan menjadikan orang-orang yang telah menghancurkannya saling menusuk satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 Lagi dan Lagi
"Walau kedua orang tua kamu sudah tiada, tetapi kamu masih memiliki dua saudara dan juga ibu tiri. Bukankah kamu juga pasti merasa bahagia dan baik-baik saja bersama mereka," sahut Nenek.
Arini merespon dengan senyuman penuh arti.
"Ada apa Arini? Apa hubungan kamu dengan saudara tiri kamu dan juga ibu tiri kamu tidak baik-baik saja?" tebak Lena.
"Entahlah, Saya juga tidak bisa memahami Bagaimana hubungan kami yang sebenarnya. Saya hanya mensyukuri saja apapun yang terjadi," jawab Arini.
Lagi-lagi jawabannya tidak menekankan apapun.
"Saya tidak ingin ikut campur terlalu banyak tentang hubungan kamu dan keluarga kamu, itu sudah menjadi urusan kalian dan saya hanya berdoa semoga semuanya diberi kebaikan," sahut Lena.
"Terima kasih Nenek untuk doa yang tulus," sahut Arini dengan tersenyum dan sementara Aditya sejak tadi hanya diam saja menikmati makanannya dan pasti juga mendengarkan pembicaraan kedua orang tersebut.
Aditya mungkin mengetahui sedikit demi sedikit bagaimana hubungan Arini dengan keluarganya.
"Lalu apa kegiatan kamu saat ini?" tanya Nenek.
"Saya tidak memiliki kegiatan apapun, hanya menjadi Sekretaris di Perusahaan keluarga saya," jawab Arini.
"Bagaimana mungkin kamu menjadi Sekretaris di Perusahaan keluarga kamu sendiri. Bukankah orang tua kamu sudah tiada dan seharusnya kamu yang memimpin Perusahaan?" tanya Nenek.
"Benar! tetapi itu sudah menjadi takdir dari kecerobohan saya. Saya sangat terpukul atas kematian ayah saya dan selama ini saya tidak mengerti tentang bisnis. Tetapi ketika beliau tiada saya harus menggantikan posisi beliau untuk memimpin Perusahaan, saya mengalami masalah tentang hubungan asmara dan akhirnya membuat pikiran saya kacau mengorbankan Perusahaan dan membuat saya ditendang dari Perusahaan saya sendiri," jawab Arini curhat kepada Lena.
"Itu pasti kesalahan fatal yang kamu lakukan sampai orang-orang yang ada di Perusahaan kamu tidak menginginkan kamu berada di sana?" tanya Lena.
"Benar. Nek," jawabnya dengan tersenyum.
"Maka dari itu saya kembali bangkit dan berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik, memahami masalah bisnis dan alhamdulillah saya bisa menjadi Sekretaris di Perusahaan saya sendiri walau mendapatkan posisi itu juga sangat sulit, tetapi itu menurut saya awal yang baik untuk bisa kembali memimpin perusahaan agar membanggakan kedua orang tua saya,"
"Nenek doakan saya agar kembali pada posisi saya dan membuat orang-orang percaya kembali kepada saya. Dalam tiga hari ke depan ini akan diadakan rapat dan semoga mereka percaya kepada saya untuk posisi saya kembali pada saya," ucap Arini dan matanya melihat ke arah Aditya dengan Aditya juga melihat ke arahnya.
"Saya hanya mengharap ada seseorang yang bisa membantu saya dan memberi saya kesempatan untuk memimpin Perusahaan keluarga saya," lanjut Arini.
"Nenek sudah pasti akan mendoakan yang terbaik untuk kamu. Nenek percaya kepada kamu dan semua akan baik-baik saja," sahut Lena membuat Arini menganggukkan kepala.
"Aku sangat berharap makan malam hari ini tidak sia-sia, aku akan secepatnya mendapatkan hakku kembali," batin Arini.
****
Setelah makan malam selesai dan Arini berpamitan pada Lena, Arini dan Aditya melangkah menuju mobil mereka yang terparkir di depan rumah.
"Kamu tumben sekali bawa mobil?" tanya Aditya.
"Apa kak Aditya selama ini memperhatikan saya membawa atau tidak mobil saya atau jangan-jangan karena saya selalu menumpang dan membuat Kakak berpikiran bahwa saya tidak membawa mobil kemanapun?" tanya Arini.
Aditya mendengarnya mendengus dengan tersenyum miring.
"Saya padahal tidak memikirkan hal seperti itu," sahut Aditya.
Arini juga tiba-tiba saja tersenyum dengan memperhatikan wajah pria tersebut baru pertama kali dia lihat tersenyum seperti itu.
"Kak Aditya jangan khawatir, Arini tidak akan meminta diantarkan pulang hari ini," ucap Arini.
"Tetapi ini sudah malam dan jalanan di tempat ini sangat sepi. Kamu yakin tidak mau diantarkan pulang dan berkendara sendirian di tempat sepi?" tanya Aditya sepertinya sedikit khawatir.
"Saya takutnya dicap sebagai tukang tumpang," sahut Arini.
"Saya sudah mengatakan tidak pernah memikirkan hal seperti itu sama sekali. Kamu terlalu berlebihan Arini," sahut Aditya dengan tersenyum geleng-geleng.
"Baiklah, saya sedikit merasa khawatir jika harus pulang sendirian. Tadi awalnya saya sangat berani tetapi karena sudah ditakut-takuti, nyali saya jadi menciut," sahut Arini.
Aditya tidak merespon dan membuka pintu mobil di bagian sebelah kursi pengemudi.
"Masuklah! Mobil kamu aman parkir di sini dan besok kamu bisa menjemputnya, saya akan antarkan kamu pulang," ucap Aditya.
"Wau diantarkan pulang yang artinya akan ada pertengkaran dan ketakutan lagi terjadi di depan mata," batin Arini merasa selalu beruntung ketika semua rencananya berjalan dengan lancar.
"Arini!" tegur Aditya saat melihat Arini hanya bengong.
"Baiklah," sahut Arini dengan tersenyum dan kemudian memasuki mobil itu dan disusul oleh Aditya.
Aditya menyetir seperti biasa dengan serius tetapi saat ini beberapa kali dia menoleh ke arah Arini.
"Saya juga heran kenapa orang lain menjadi Direktur di Perusahaan dan sementara kamu tidak berada di sana. Apa ini karena masalah yang terjadi 1 tahun lalu?" tanya Aditya tiba-tiba saja membuka obrolan membuat Arini menoleh ke arahnya.
"Benar! Saya tidak dipercayai karena kesalahan fatal yang saya lakukan, saya juga masih terlalu muda untuk memimpin Perusahaan dan tidak mengerti dan terlalu mudah percaya kepada orang lain. Jadi berita yang ada satu tahun lalu benar-benar terjadi dan mungkin hal yang sangat aneh keluarga mendirikan perusahaan yang begitu besar dan ternyata penerus terakhirnya tidak bisa memegangnya," jawab Arini.
"Kamu tidak berusaha untuk mengambil posisi kamu kembali?" tanya Aditya.
"Saya hanya akan mengecewakan kedua orang tua saya ketika membiarkan orang lain berada di posisi itu. Saya saat ini berusaha untuk mengambil posisi itu, tetapi juga butuh dukungan dari orang lain," jawab Arini.
Aditya tidak merespon, tetapi dari ekspresi wajahnya terlihat bahwa dia sedang memikirkan sesuatu. Mungkin saja dia memberikan simpatik kepada Arini atas masalah yang dihadapi.
Tiba-tiba saja mobil itu berhenti di pinggir jalan yang sangat sepi membuat Arini kebingungan.
"Ada apa. Kak?" tanya Arini.
"Hmmm, saya juga tidak tahu tiba-tiba saja mati. Kamu tunggu sebentar dan jangan kemana-mana. Saya akan lihat sebentar," ucap Aditya membuat Arini menganggukkan kepala.
Aditya membuka sabuk pengaman dan akhirnya keluar dari mobil tersebut. Arini hanya melihat pria tersebut membuka mesin mobil dan tiba-tiba saja hujan turun.
"Astaga...." lirih Arini dengan wajahnya terlihat begitu panik.
Arini tidak bisa membiarkan Aditya sendirian dalam keadaan basah seperti itu membuat Arini keluar dari mobil dan sebelumnya tidak lupa mengambil payung yang kebetulan ada di jok belakang mobil.
"Ada apa kak?" tanyanya dengan suara sedikit keras karena angin yang tertiup kencang. Arini juga begitu erat memegang payung tersebut agar tidak terbawa angin.
"Arini untuk apa kamu keluar, kamu tidak lihat hujan deras seperti ini hah!" ucap Aditya.
"Bagaimana mungkin saya bisa berada di dalam dan sementara Kakak hujan-hujanan dalam keadaan seperti ini," jawabnya terlihat begitu panik.
"Saya tidak apa-apa Arini. Kamu sebaiknya masuk!" titah Aditya membuat Arini menggelengkan kepala.
Dia tidak akan membiarkan pria itu sendirian basah-basahan dan sementara dirinya bersantai di dalam mobil. Arini tetap berusaha memayungi Aditya yang masih memperbaiki mesin mobil tersebut.
Bersambung....