THE PRINCE'S OBSESSION

"Itu dia masalahnya Ridwan, nyatanya Nia sama sekali tidak ada masuk ke dalam rumah!"

Untuk beberapa saat Ridwan terdiam memikirkan banyak kemungkinan di otaknya, "Baiklah om, Ridwan kesana sekarang kita cari Nia sama-sama."

"Mm..." jawab Arka panggilan pun terputus.

Di posisi Nia dia masih saja menangis dengan wajah yang terus dia simpan di atas lututnya sedikit pun dia tidak berani mengangkat pandangan, Nia sadar sekarang waktu magrib, waktu yang tidak ramah untuk berada di alam lepas seperti ini tapi apa hendak di buat kini Nia harus kembali terjebak di situasi yang sulit ini.

Cukup lama dia di posisi itu sampai akhirnya Nia teringat akan hpnya, lekas Nia merogoh tasnya dan menemukan hpnya dalam keadaan tidak ber sinyal, Nia bingung bagaimana ceritanya dia bisa sampai ke tempat ini bukankah ini cukup jauh dari rumahnya?

Suasana sekitar mulai tidak kondusif, angin berhembus cukup kencang seketika membuat nia menggigil kedinginan.

Dia menyalakan senter hpnya, disini dia mulai mengumpulkan ranting kering dan berencana ingin membuat api, namun saat itu juga dia mendengar suara lowongan srigala, glek nia meneguk ludah kasar bohong jika dia tidak takut bahkan kini kakinya sudah gemetar, disini dia juga mendengar sesuatu yang mendesis dan suara daun kering yang terseret...Nia memegang. tubuhnya kaku bagaikan patung, jantungnya berdegup sepuluh kali lebih kencang, air matanya kembali jatuh tanpa suara.

Di posisi pangeran Ly dia baru saja tiba di kosan nya namun saat hendak membuka pintu, suara jeritan minta tolong dan tangis Nia terdengar jelas di telinganya.

Setelah menoleh ke kiri dan ke kanan memastikan tidak ada orang di sekitar pangeran Ly kembali melesat cepat meninggalkan kosannya, sesekali dia berhenti untuk sekedar mendengarkan dengan jelas dari mana arah suara Nia berasal, saat mendapatkan sinyal pangeran Ly kembali melesat.

Di posisi Nia, dia berlari sekencang mungkin yang dia bisa, di belakangnya ular sebesar betis mengejarnya.

"Tolong........!" Nia terus berlari sambil sesekali berteriak minta tolong, hingga akhirnya Nia pun tersandung dan jatuh tersungkur di tanah dan kepalanya terbentur akar pohon membuat Nia pingsan tidak sadarkan diri.

Tiba-tiba ular tadi berhenti di dekat kaki Nia, dan... wujudnya pun berubah, ular yang tadi terlihat begitu mengerikan kini menjelma menjadi sosok seorang laki-laki tampan yang juga menggunakan baju kerajaan dan mahkota di kepalanya.

Kini dia berjongkok dan mengendus aroma tubuh Nia, "segar sekali, siapa gadis ini dia seperti manusia tapi aromanya begitu segar beda dari manusia yang selama ini ku temui." ucapnya sambil tetap menatap lekat wajah Nia.

Tangannya terangkat menuju kearah wajah Nia, pelan tapi pasti tangannya membelai pipi putih dan mulus Nia. Rasa yang teramat dingin itu spontan membuat Nia tersadar, dia membuka mata dengan perlahan dan saat itu juga matanya tak mampu lagi berkedip saat menatap laki-laki yang kini berjongkok menaunginya.

Lidahnya terasa kelu tak mampu lagi untuk berteriak hanya air matanya saja yang menetes, melihat air mata Nia tangan laki-laki itu kembali terayun ingin menyentuh pipi Nia,

Namun.....brak!

Terjangan dari samping membuat laki-laki itu terpental. Pangeran Ly kini berdiri tegap di samping Nia, tapi kini pangeran Ly sudah lengkap dengan pakaian kerajaannya.

"Beraninya kau menyentuh permaisuri ku bangsat, detik ini juga kau harus mati di tanganku!"

"Pangeran Lysander ternyata dia istrimu." pangeran ular itu tersenyum sinis, lalu kembali berkata, "aku tidak takut mari kita buktikan siapa diantara kita yang akan menang, jika aku kalah kau bisa membawa istrimu itu pergi dari tempat ini tanpa halangan sedikit pun, tapi kalau kau yang kalah istrimu harus menjadi milikku!"

Pangeran Ly diam menatap datar pangeran ular itu, lalu dia menjawab, "istriku bukan barang taruhan, aku datang kesini untuk membawanya pergi, bagaimana pun itu caranya sekalipun aku harus mati tak kan pernah aku menyerahkan istriku pada siapa pun, bahkan disini kau yang harusnya bersiap menyambut kematianmu, karena sudah dengan lancang nya mengusik milikku!" jawab pangeran Ly, dia berucap dengan suara lantang.

Nia terdiam mendengar penuturan pangeran Ly, jujur dia senang di sini pangeran Ly menghargainya sebagai seorang wanita yang memang tak seharusnya di jadikan bahan taruhan.

"ternyata berita tentang keangkuhan dan kesombongan mu itu benar adanya pangeran Ly, dan hari ini mulut besarmu itu akan ku bungkam selamanya!" jawab pangeran ular yang bernama Pancasena itu.

"coba saja kalau bisa!" tantang pangeran Ly.

Kini mereka saling pasang kuda-kuda, dalam hitungan ketiga mereka pun sama-sama berlari mengikis jarak yang ada dan.........

Bug... suara pukulan yang saling membentur terdengar jelas di kesunyian hutan yang gelap malam itu, pukulan dan tendangan saling keduanya lepaskan membidik masing-masing tubuh lawan, lama adegan itu berlangsung, tak jauh dari sana Nia berdiri menatap perkelahian keduanya, di sini Nia tak lagi takut bahkan kini dia menatap takjub perkelahian keduanya, hingga terbesit lah di hatinya untuk ingin juga bisa seperti itu.

pertarungan berlangsung kurang lebih sekitar 1 jam dan diakhiri dengan suara raungan pangeran panca ketika pukulan pangeran Ly yang berbentuk bola kristal merah menghantam kuat dada pangeran panca dan menciptakan letusan dan pangeran panca pun hancur menjadi debu.

Glek.... Nia meneguk ludah kasar. namun bertepatan dengan saat itu juga pangeran Ly mendekat.

"apa kamu terluka?" tanyanya lembut.

Nia langsung memeluk pangeran Ly, "terimakasih pangeran, sudah dua kali kamu menyelamatkan nyawaku, tadinya aku pikir hidupku akan berakhir dan aku takut sekali, tapi kamu kembali datang menolong ku terimakasih pangeran."

"Selama jantungku masih berdetak tak kan kubiarkan siapapun menyakitimu istriku."

Kata istriku ah... entahlah nia tidak tau harus berkata apa. Dia melepaskan tangannya dari tubuh pangeran Ly, nia teringat akan pandi pemisah itu.

"Pangeran apa status pernikahan itu belum selesai?"

"tidak akan pernah selesai." jawab pangeran Ly dengan tegas.

"Pangeran aku ingin hidup tenang, tidak bisakah kamu melepaskan ku?"

"Dan membiarkanmu menikah dengan laki-laki itu sementara statusmu adalah istriku?"

Nia terdiam menatap lekat manik mata pangeran Ly.

Pangeran Ly kembali berkata, kamu tidak akan bisa hidup normal seperti yang kamu inginkan nia karena di dalam tubuhmu juga mengalir darah yang tidak biasa, jadi terima saja takdirmu."

"apa maksudmu aku tidak mengerti?"

"kamu bisa menanyakannya nanti kepada orang tuamu, sekarang kemarilah ulur kan tangan mu aku akan mengantar mu pulang!"

Nia menurut dan mengulurkan tangannya kepada pangeran Ly, pangeran Ly menyambutnya lalu berkata, "pejamkan matamu dan jangan di buka sebelum aku memintanya!"

Nia pun mengangguk patuh.

1 detik 2 detik 3 detik 4 detik 5 detik 6 detik 7 detik hingga tibalah di detik ke 15 pangeran Ly berkata. "bukalah matamu!"

Lekas nia membuka mata dan betapa kagetnya dia saat kini sudah mendapati dirinya di dalam kamar nya sediri.