Evelyn, melihat kekasihnya, Jack, tengah bercumbu dengan wanita lain, saat ia ingin menunjukkan gaun pengantin yang ia pakai. Namun, Evelyn mengabaikannya, karena ia begitu mencintai kekasihnya. Tapi, bukan berarti tidak muncul keraguan di hatinya.
Sampai, hari itu tiba, saat mereka berdiri di altar pernikahan dan siap mengucapkan janji suci, tiba-tiba tempat mereka di serang oleh orang yang dulu pernah menjadi target mereka. Dia adalah Jacob.
Dia datang untuk balas dendam atas apa yang sudah Jack lakukan padanya. Namun, Jacob justru mencari sosok berinisial L.V, sosok yang sudah mengalahkan nya beberapa tahun yang lalu.
Dan, di sinilah Evelyn menyadari, jika Jack tidak pernah mencintainya dan muncul dendam di hatinya.
Bijaklah dalam berkomentar.
Happy Reading 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Evelyn dan Deby pergi menggunakan mobil yang sudah disiapkan oleh sopir. Awalnya, perjalanan terasa normal, tidak ada yang mencurigakan sama sekali Namun, baru beberapa kilometer, mobil mereka tiba-tiba oleng.
Sopir dengan sigap menginjak pedal rem, membuat tubuh keduanya sedikit terhuyung ke depan.
"Ada apa?" tanya Deby dengan nada cemas.
Sopir menoleh sekilas. "Sebentar, saya cek dulu." Sopir turun dari mobil untuk memeriksa. Setelah tahu penyebabnya, ia terlihat mendesah panjang, lalu kembali dengan wajah menyesal. "Maaf, Nona. Ban mobilnya bocor. Saya harus menggantinya lebih dulu, tapi, ini akan memakan waktu cukup lama," ujar sang sopir.
Evelyn menghela nafas panjang, berpura-pura menatap jam di pergelangan tangannya. "Bagaimana kalau kita naik taksi saja?"
Deby tampak ragu. "Tapi, Nona, sebaiknya kita tunggu saja. Lagipula, jika tuan tahu pasti akan ... "
"Deby, jika kita menunggu akan memakan waktu yang lama. Lagipula, sebentar lagi masuk jam makan siang. Jika kita terlambat berbelanja, Jacob akan marah karena kita belum menyiapkan makanan."
Deby menggigit bibirnya. Memang, ucapan Evelyn ada benarnya, karena akhir-akhir ini Jacob lebih sering makan siang di rumah. Jika ia terlambat menyiapkan makanan, bisa-bisa Jacob akan marah besar. Tapi, ia juga ragu menerima usulan Evelyn, karena mereka pergi tanpa sopir.
"Kenapa kau diam, hm? Jika kita terus menundanya, kita tidak akan berbelanja sama sekali," ucap Evelyn.
Deby menarik nafas, lalu, mengangguk patuh. "Baik, Nona."
Mereka pun turun dari mobil, bersamaan dengan sebuah taksi yang kebetulan melintas. Evelyn langsung melambaikan tangan, dan taksi itu berhenti tepat di depan mereka.
Sebelum masuk, Deby berpamitan dengan sopir, lalu menyusul Evelyn yang duduk di kursi penumpang. Dari kaca spion, tatapan Evelyn bertemu dengan mata sopir taksi. Pandangan itu hanya berlangsung sekilas, namun, cukup untuk membuat senyum samar muncul di bibirnya.
Taksi pun melaju, meninggalkan tempat itu. Evelyn berinisiatif memulai pembicaraan. "Kita akan berbelanja di mana? Apa kau membuat daftar belanjaan?" tanya Evelyn.
"Tentu, nona. Saya sudah membuat daftar belanjaan." Deby mengambil sebuah kertas dari dalam tas dan memperlihatkan nya pada Evelyn.
"Baguslah," sahut Evelyn. Lalu, ia mengambil botol minum yang ada di sampingnya, botol minum yang sudah di siapkan oleh sang sopir taksi.
"Cuaca hari ini sangat panas. Kebetulan, aku membawa air minum." Evelyn menyodorkan botol tersebut pada Deby. "Minumlah!"
Deby menggeleng sopan. "Tidak, Nona. Saya tidak haus."
"Sudahlah, tidak perlu sungkan. Tidak ada Jacob atau siapapun yang akan memarahi mu. Lagipula, ini hanya air mineral." Evelyn tersenyum meyakinkan Deby.
Deby ragu sejenak, tapi akhirnya ia menerima botol tersebut. "Terima kasih, Nona." Ia meneguk beberapa kali, lalu menghela napas lega.
Evelyn menatapnya dalam diam, perlahan, bibirnya melengkung tipis. Hanya beberapa menit berlalu, kepala Deby mulai terasa berat. Matanya berkedip pelan, lalu tubuhnya merosot di kursi.
"No-Nona, aku ... " suara Deby melemah sebelum akhirnya benar-benar tidak sadarkan diri.
Evelyn menahan tubuh Deby, agar duduk tegak. "Maaf, Deby," lirihnya.
"Jadi, kemana tujuan kita, nona?" tanya Sopir taksi.
Evelyn melipat kedua tangannya di depan dada. " Kau sangat tahu kemana tujuan ku, Rose," seru Evelyn.
Rose, rekan Evelyn yang menyamar sebagai sopir taksi, hanya menyeringai, lalu memutar arah tujuan mereka. Namun, ekor matanya melirik ke kaca spion dengan alis yang mengkerut tajam.
"Sepertinya, ada yang mengikuti kita," ujar Rose.
Evelyn terdiam. Dia tidak langsung menoleh. " Itu pasti anak buah Jacob, " ucapnya.
Rose menaikkan kedua alisnya. "Apa? Jacob?"
"Nanti, aku ceritakan semuanya. Sekarang, kita harus lolos dari mereka. Aku tidak mau rencana ku gagal."
Rose mengangguk paham. Dia mulai menambah kecepatan dan mengambil jalur yang padat dengan kendaraan. Namun, hal itu tidak membuat Rose mengalami kesulitan. Dengan keahliannya, ia bisa mengambil celah di antara kendaraan-kendaraan yang melaju.
Evelyn menoleh, melihat mobil yang mengikuti mereka tertinggal cukup jauh. Namun, hal itu tidak membuat ia merasa tenang.
"Di depan ada lampu lalu lintas," ucap Evelyn.
Rose menyeringai. "Aku tahu." Ia kembali menambah kecepatan, dan tepat saat ia melewati perempatan, lampu lalu lintas langsung berubah merah, membuat mobil yang mengikuti mereka terpaksa berhenti.
"Sial!" umpat anak buah Jacob, menatap taksi yang semakin menjauh.
"Bagaimana sekarang?"
"Ikuti mereka. Aku sudah mencatat plat taksi itu."
"Baiklah."
Sementara itu, Rose membanting setir, masuk ke dalam gang dan berhenti sejenak. Dia menelan tombol, membuat plat taksinya berubah. Lalu, ia kembali mengendarai taksi nya dan berbaur dengan mobil lainnya.
"Keahlian mu semakin meningkat, Rose," puji Evelyn.
"Tentu saja. Aku tidak pernah berhenti berlatih, kak," seringai Rose.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka sampai di depan rumah yang cukup besar, namun tidak berpenghuni.
Evelyn mengeluarkan tablet nya, kembali meretas cctv di rumah itu. Namun, tiba-tiba ia mengkerutkan keningnya, merasa ada yang janggal.
"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Rose, menyadarkan lamunan Evelyn.
"Oh, itu ... Tidak ada. Maksud ku ... " Evelyn menyimpan tablet nya, lalu memberikan kertas berisi daftar belanjaan pada Rose. "Beli semua yang ada di kertas ini."
"Apa? Kau menyuruhku berbelanja?" pekik Rose tidak percaya.
"Ya, aku tidak ingin Jacob curiga." Evelyn turun dari mobil, lalu membungkuk tepat di dekat Rose. "Ingat! Beli semuanya." Evelyn berbalik, melangkah menuju rumah tersebut.
"Tapi, kak ... " ucapan Rose terhenti saat melihat kepalan tangan Evelyn yang mengacung ke atas. Dia mendengus kesal dan kembali menjalankan mobilnya, meninggalkan Evelyn yang mulai masuk ke dalam rumah tersebut.
Evelyn membuka pintu perlahan. Matanya menyapu sekitar rumah yang porak poranda. Vas bunga yang pecah, meja terguling, buku-buku berserakan, bahkan pecahan botol-botol wine mahal berserakan di lantai.
Evelyn melangkah dengan hati-hati, namun tetap waspada. Lalu, setelah memastikan semuanya aman, ia pergi ke kamarnya.
Namun, saat ia membuka pintu, ia di kejutkan dengan keadaan kamarnya yang lebih parah dari pada ruangan lainnya.
"Sepertinya, kau sudah mencarinya. Tapi, apa kau berhasil menemukannya?" gumam Evelyn
Ia langsung jongkok di lantai, mengumpulkan beberapa buku yang berserakan. Kemudian, ia menyusunnya di lemari buku, berurutan sesuai dengan angka di punggung buku.
Setelah tersusun, ia justru mengubah urutan tersebut, membentuk sebuah sandi. Kemudian, ia menekan buku-buku tersebut lebih dalam, sehingga terdengar suara papan kayu yang bergeser di samping buku tersebut.
Evelyn tersenyum miring, melihat kotak besi kecil yang menyimpan harta Karun nya masih utuh di tempatnya. Lalu, ia membukanya dan mengambil sebuah Flashdisk.
"Aku bodoh karena mencintaimu, Jack. Tapi, kau lebih bodoh karena terlalu percaya padaku, " seringai Evelyn. Dia memasukan Flashdisk tersebut kedalam tas, dan bergegas pergi dari sana. Namun, baru saja keluar dari pintu, tiba-tiba moncong senjata menempel tepat di pelipis nya.
Akankah Evelyn memberi minuman pada Jacob seperti pada Deby 🤔