Seorang wanita bernama Tania dijodohkan dengan teman masa kecilnya bernama Ikrar Abraham. Mereka berdua sama - sama saling mencintai. Namun, mereka mulai terpisah saat Ikrar melanjutkan pendidikannya di luar negri.
Saudara tiri Tania yang menginginkan semua milik Tania termasuk Ikrar, lelaki yang dijodohkan Tania, berusaha memisahkan mereka berdua. Bahkan demi melancarkan niat jahatnya itu. Ia dan ibunya mengusir Tania dari Rumah besarnya.
Saat Ikrar kembali untuk menikahi Tania, ia sudah tidak mendapatkan Tania di rumah besar keluarga Tania. Demi perjodohan antar keluarga, Ikrar harus bertunangan dengan Belinda, saudara tiri Tania.
Sementara Tania kini hidup sebagai wanita miskin yang tidak punya apa - apa.
Untuk mendapatkan uang biaya hidupnya, ia harus bekerja apa saja bahkan ia rela mengubah penampilannya menjadi wanita culun saat mulai bekerja sebagai asisten Ikrar. Tidak sampai disitu saja, Ikrar bahkan sering menghina dirinya sebagai wanita bodoh, pengganggu dan wanita penggoda.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Tania sampai ia harus menyembunyikan jati dirinya dari semua orang?
Apa yang akan dilakukan Ikrar saat ia tahu kalau wanita yang sering ia hina adalah wanita yang sangat ia cintai?
Simak yuk.
IG: @dewimutiawitular922
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 Surat pengunduran diri
Keesokan harinya.
Manda yang tahu kejadian Tania kemarin, mendatangi rumah Tania dan Galang. Ia merasa tidak enak hati dengan Galang, karena kejadian kemarin yang tidak bisa membela Tania. Ia datang bersama Axel yang saat itu memaksanya untuk ke rumah Tania, apalagi Axel sebenarnya ingin tahu dimana Tania tinggal selama ini, karena ia hanya tahu Toko Bunga Galang saja.
Manda mengetuk pintu rumah Galang.
Galang yang mendengar suara ketukan pintu dari Manda, berjalan menuju pintu rumahnya. Ia pun membuka pintunya, dan terlihat marah melihat kedatangan mereka berdua.
“Kenapa kalian berdua datang kesini?” tanya Galang.
“Aku datang untuk meminta maaf pada Tania. Aku sungguh tidak bisa melakukan apapun kemarin!” kata Manda dengan wajahnya yang terlihat sedih.
“Lalu, kenapa kau membawa pria ini datang kesini?” tanya Galang menatap dingin Axel.
“Aku mau lihat keadaan Tania. Biarkan aku masuk ke dalam!” sahut Axel menatap Galang.
“Tidak bisa. Kau tidak bisa bertemu dengan Tania. Lagi pula, kami berencana untuk pindah dari kota ini. Tidak ada gunannya kami ada disini!” tegas Galang menolak mereka.
“Galang, kenapa kau harus pindah? Bukannya, rumah ini masih dalam batas kontrak satu tahun. Ini hanya sia – sia saja!” sahut Manda.
“Aku tahu, tapi aku tidak mau Tania sampai depresi lagi, karena masa lalunya itu. Dia sudah cukup menderita tinggal disini. Aku berencana pindah ke kota lain, tempat dimana tidak ada yang akan tahu tentang Tania. Dan seharusnya aku lakukan ini sejak lama!” kata Galang serius.
“Tapi, Tania masih bekerja di Perusahaan Abraham. Dan dia bekerja di sana agar bisa mendapatkan uang!” balas Manda.
“Aku tahu, Manda. Dia akan mengundurkan diri di sana. Aku sudah katakan padanya agar tidak memikirkan hal itu lagi. Kami cukup hidup tenang saja, itu sudah jauh lebih baik. Aku dan Tania tidak membutuhkan apapun!” jelas Galang.
“Maaf, tapi ... apa kau bisa-
“Kakak!” panggil Tania. Axel langsung menghentikan ucapannya mendengar panggilan Tania.
“Tania, kenapa kau keluar?” tanya Galang mengerutkan keningnya melihat Tania.
“Aku mau memberikan Mbak Manda surat pengunduran diriku!” jawab Tania.
Axel yang terlihat senang melihat wajah Tania, berjalan untuk menghampiri Tania, namun Galang menahan dada Axel untuk menghentikan Axel menghampiri Tania, sampai Axel hanya bisa berdiri menatap Tania.
Axel melirik Galang tajam, dan mereka pun saling melihat satu sama lain dengan tatapan tidak suka.
Axel kembali melihat Tania, kemudian berkata: “Tania, apa kau baik – baik saja? Aku minta maaf karena tidak bisa menolongmu dari Belinda. Aku juga minta maaf karena perkataan ibuku kemarin. Aku sungguh minta maaf!” kata Axel yang terlihat menyesal dengan kejadian kemarin.
“Aku baik – baik saja, tidak usah meminta maaf. Itu bukan salahmu. Seharusnya aku memang tidak datang kesana,” jawab Tania sambil tersenyum palsu, menunjukkan pada Axel kalau ia baik - baik saja.
“Tania ... jangan bicara seperti itu. Belinda dan ibuku memang sudah keterlaluan. Sudah sepantasnya aku meminta maaf, karena aku yang membawamu kesana!” kata Axel.
Tania tersenyum menatap Axel, lalu menghela nafasnya mendengar Axel yang terus menyalahkan dirinya sendiri.
“Baiklah, terserah padamu. Aku memaafkanmu. Jangan meminta maaf lagi. Oke!” balas Tania.
Axel menganggukkan kepalanya sambil tersenyum senang melihat Tania.
Dan Tania kembali menoleh melihat Manda, kemudian menyodorkan surat pengunduran dirinya pada Manda.
“Berikan ini pada Tuan Ikrar. Kemarin aku sudah mengundurkan diri. Mungkin sekarang dia sudah menunggu surat pengunduran diriku!” jelas Tania.
Manda meraihnya, kemudian berkata: “Tania, kau benar – benar mengundurkan diri. Padahal sebentar lagi batas kerjamu selesai. Setelah itu, kau bisa bekerja sebagai karyawan tetap di Perusahaan Abraham, meskipun di bagian lain!” kata Manda.
“Aku tidak mau muncul lagi di sana mbak. Kejadian kemarin membuatku sadar kalau aku sama sekali tidak ada tempat di kehidupan mereka!” kata Tania.
Axel langsung maju dan memegang tangan Tania, kemudian berkata: “Tania, apa kau tidak menganggapku sebagai temanmu?”
“Aku tetap temanmu, Axel, selamanya. Tapi, aku hanya mau hidup tenang saja bersama keluargaku sekarang!” jawab Tania.
“Baiklah kalau itu yang kau inginkan. Aku hormati keputusanmu, tapi biarkan aku menemuimu kalau aku merindukanmu, Tania!” kata Axel dengan ekspresi sedihnya menatap Tania.
“Tentu saja,” jawab Tania tersenyum.
Sementara Manda yang diam mendengarkan mereka berdua bicara, sesekali melirik Galang yang terlihat tidak tahan dengan keberadaan mereka. Ia merasa tidak enak hati pada Galang yang seakan mengganggu ketenangannya.
Manda pun kembali bicara pada Galang dan Tania.
“Sebaiknya kami pulang sekarang. Tania pasti butuh istirahat, kan? Ayo ... Axel!” ajak Manda menarik tangan Axel.
“Baiklah!” balas Axel.
Manda dan Axel pun berpamitan pada Tania dan Galang untuk kembali pulang. Mereka pergi dari rumah Tania dengan hati yang sedih, bahkan mereka tidak menerima sambutan ramah dari Galang yang terlihat tidak suka dengan kehadiran mereka.
Sementara di Kediaman Abraham.
Seorang pelayan mendatangi Gressia, dan memberikan sebuah kalung yang ia temukan di lantai. Gressia mengambil dan melihat kalung yang di berikan pelayannya itu. Ia memandang kalungnya lama dan menyadari kalau kalung yang di temukan pelayannya adalah milik Tania. Namun, Gressia berpikir kalau yang menjatuhkan kalung itu adalah Ikrar.
Tidak ada pikiran dari Gressia kalau kalung itu dijatuhkan sendiri oleh pemiliknya. Apalagi ia tahu kalau Tania sudah meninggal, pasti kalungnya itu di pegang Ikrar. Gressia pun berencana mengembalikan kalungnya pada Ikrar, kakaknya.
Gressia segera menuju kantor Ikrar untuk memberikan kalung Tania. Gressia berpikir kalau Ikrar pasti sedang mencari - cari kalung milik Tania, karena ia tahu bahwa barang peninggalan Tania sangat penting baginya.
Di perjalanan menuju kantor Ikrar, Gressia mencoba menghubungi Ikrar agar Ikrar tidak merasa khawatir kalau barang pentingnya masih ada dan tidak hilang.
"Halo, kakak. Ini aku!"
"Ada apa Gress?" tanya Ikrar.
"Apa kakak mencari kalung Tania?" tanya Gressia.
"Kalung Tania, apa maksudmu?" tanya Ikrar yang terdengar bingung.
"Iya, kalung Tania. Kalungnya ada padaku sekarang. Tadi pelayan menemukannya di lantai. Kakak pasti menjatuhkan, kan?" tanya Gressia.
Di Ruangan CEO.
Ikrar langsung berdiri ketika mendengar ucapan Gressia di telfon. "Apa kau bilang. Kalung Tania. Gress, jangan bermain - main denganku!" Ia sangat terkejut sampai ia berdiri dengan mata melotot.
"Benar kak, makanya aku menghubungimu agar kau tidak khawatir dengan barangmu ini. Aku sekarang berada di jalan menemuimu!"
"Datanglah cepat. Aku mau melihatnya sekarang!" perintah Ikrar.
"Oke!"
Gressia pun menutup kembali telfonnya setelah bicara pada Ikrar. Ia menyuruh supir pribadinya melajukan mobilnya dengan cepat menuju kantor Ikrar.
Sementara Ikrar yang berada di kantornya terlihat mondar - mandir berpikir tentang kalung Tania. Kenapa bisa ada di rumahnya? Seingatnya, ia tidak pernah mengambil kalung Tania.
.