COVER FROM PINTEREST
Cerita pernah dipublishkan di Wattpad dan republish serta kontrak dengan MangaTonn setelah melakukan beberapa revisi
Namanya Lolita, otaknya LOLA! Dia terlalu lamban dan tidak pantas jadi istriku. Seandainya bukan karena pernikahan bisnis. Aku tidak sudi menikahinya! Aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku ke depannya harus tinggal satu atap dengan wanita ini! Dia hanya merepotkan hidupku saja dan sangat memalukan saat bersamanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzieraHill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22: Possessive Husband
***NOTED: Sebelumnya mau ngasih tahu IDIOT di sini sesuai dengan judul punyaku yang pakai bahasa inggris ya. Jadi jangan tanya\, kok LOLI-nya kayak gak idiot? hihiihihi. Idiot dalam bahasa inggris itu artinya orang bodoh. Di sini penulis menggambarkan LOLI sebagai sosok yang agak LOLA (loading lama) dan polos. Jadi jangan dipatokkan idiot yang kalian pikirkan^^ ***
SELAMAT MEMBACA^^
Axel POV
“Lolita!” aku berlari menyusul Lolita yang lari ke arah tangga.
Kedatangan Reyes memang benar-benar menyebalkan. Kenapa juga dia harus tinggal di sini dengan kami.
“Lolita,” aku mengetuk pintu kamar. “Aku masuk ya,” kataku, tapi tidak ada tanggapan. Aku pun membuka pintu kamar tanpa persetujuan Lolita. Aku lihat, dia sedang berada di balkon menatap ke luar sana.
Aku segera mendekat ke arahnya dan memeluk tubuhnya dari belakang. “Udara malam tidak bagus untukmu. Kau tidak ingat, kalau kau punya alergi udara dingin? Kau bisa sesak nafas lagi seperti di Bali waktu itu.”
Lolita menggelengkan kepalanya. “Tidak selalu seperti itu. Hanya di saat aku benar-benar kelelahan saja kambuhnya.”
Aku pun memeluknya semakin erat. Menempelkan daguku ke atas bahu istriku. “Aku sudah mencoba bolu buatanmu. Rasanya sungguh enak. Aku rasa, aku akan semakin menyukaimu jika istriku pintar masak.”
Lolita tiba-tiba membalikkan tubuhnya dengan wajah semringah. “Benarkah? Apa kau sangat suka wanita yang pintar masak?” tanyanya dengan mata berbinar. Sementara aku merasa gemas dengannya. Tidak ada wanita yang sangat cepat merasa baik setelah marah, tapi Lolita sungguh beda. Aku sadar, kini setiap kali aku menatapnya, aku akan terus merasa jatuh cinta padanya.
“Axel ih! Aku sedang bertanya denganmu,” katanya menggoyangkan tanganku.
Aku tersenyum seraya kembali melingkarkan tanganku di pingganngnya.
“Iya, aku sangat suka dengan wanita yang pintar memasak.” Kataku dan Lolita terlihat tersenyum sangat lebar.
“Kalau begitu, aku akan terus belajar memasak. Kalau aku sudah pintar memasak, kau akan menyukaiku kan?” tanyanya membuatku langsung mencubit pipinya.
Dia memang benar-benar lola yang kukenal. Wanita bodoh yang tidak tahu kalau pria di depannya ini sungguh sudah dia buat jatuh cinta padanya.
“Axel, sakit!” kata Lolita mengusap pipinya.
“Coba mana aku lihat,” kataku dan dia pun menunjukkan bagian yang tadi aku cubit.
Tak butuh lama lagi untukku berpikir mencium pipinya. Dia nampak terkejut, tapi aku bisa melihat wajah Lolita yang malu-malu.
“Axel!” katanya memukul dadaku pelan.
Aku mengacak rambutnya dan menariknya masuk ke dalam kamar.
“Udara malam tidak bagus untukmu. Jadi, jangan terlalu sering berdiri di balkon jika sudah malam, mengerti?”
Lolita mengangguk pelan dengan wajahnya yang malu-malu tadi. Aku pun menutup pintu balkon dan berjalan ke arah meja di mana semua pekerjaanku masih terlihat menumpuk karena hari ini aku pulang cepat.
“Istirahatlah, aku masih ada kerjaan.” Kataku pada Lolita, tapi Lolita segera berlari pelan ke arahku.
“Aku ikut, aku tidak mau ditinggal sendiri. Nanti kalau Reyes kesini lagi bagaimana?”
Aku tersenyum mendengarnya. “Aku hanya di ruang kerja sebelah. Kau bisa teriak jika dia macam-macam.” Kataku memberi perngertian, tapi Lolita memegang lenganku sangat erat.
“Loli ikut meskipun hanya ke sebelah,” katanya membuatku menatap tangannya yang memegangku sangat erat. Nampaknya, Lolita benar-benar takut dengan Reyes.
“Yasudah ayo, tapi Lolita…,” aku mengingat sesuatu yang rasanya belum aku katakana padanya.
“Ada apa?” tanya Lolita padaku.
“Jangan pernah menerima ajakan Reyes apapun itu. Jangan terlalu dekat dengannya. Aku tidak suka jika kau dekat dengan pria lain. Baik itu dengan laki-laki lainnya atau Reyes, Adikku sekalipun,” ucapku sungguh-sungguh padanya.
Lolita nampak terdiam. Aku tidak tahu dia mengerti atau tidak, tapi aku sungguh tidka mau membayangkan kalau Lolita bersama pria lain, bahkan Reyes sekalipun.
“Kau mengerti?” tanyaku.
Lolita mengangguk seraya tersenyum ke arahku. Aku pun menarik tangannya hingga kami bergandengan menuju ruangan kerjaku.
…………………………………………………………………
Pukul 12 malam. Lolita tertidur di atas sofa ruang kerjaku. Dia terlihat kelelahan karena memang hari ini adalah hari pertamanya ikut kelas memasak. Pasti cukup sulit beradaptasi dengan orang baru, tapi aku rasa dia melaluinya dengan baik.
“Lolita,” bisikku menyentuh lengannya.
“Hemm, Axel sudah selesai?” tanyanya seraya mengucek mata. Aku mengangguk seraya menyingkirkan rambutnya yang menutupi wajah.
“Kita pindah yuk ke kamar,” kataku.
Lolita pun berusaha bangun dari tidurnya, tapi aku tak tega yang melihatnya berjalan sempoyongan. “Dug!” bahkan dia menabrak pintu membuatku terkekeh.
“Awww sakit,” ringisnya mengusap-usap keningnya.
Aku pun berjalan ke arahnya dan mengangkat tubuhnya seketika. “Aku sangat ngantuk,” ucapnya. Aku mengerti karena dia memang terlihat sangat kelelahan.
Aku membawanya ke kamar dan membaringkannya perlahan. “Axel, jangan pergi,” ucap Lolita seraya menggenggam tanganku erat.
“Tidak, aku akan tidur bersamamu, tapi aku haus. Aku ambil minum sebentar yah.”
“Minta saja pada Bi Tikah,” katanya lagi seakan benar-benar tidak mau aku tinggal.
“Bi Tikah sudah tidur, Sayang. Sebentar saja ya.” Kataku memberi pengertian.
Lolita pun mengendurkan pegangannya dan aku menarik selimut sebatas dadanya. Lalu mencium keningnya membuat Lolita memejamkan matanya perlahan.
Tak membuang waktu karena rengekan Lolita tadi, aku segera keluar kamar menuju dapur untuk mengambil air minum, tapi di meja makan aku melihat seseorang sedang merokok.
“Kau merokok di dalam ruangan.” Kataku padanya seraya membuka kulkas untuk mengambil minum.
“Udara malam tidak bagus untukku karena aku alergi dingin.” Aku mengernyitkan alisku begitu mendengar kata-katanya yang tak asing.
“Kau menguping kami, heuh?” ucapku seraya meneguk air minum yang kudapat. Sementara Reyes menekan sisa rokok yang dia nikmati tadi di atas meja makan berbentuk kaca itu.
Dia berdiri dari bangkunya dan berjalan ke arahku seraya merebut air minum yang kupegang sampai habis.
“Aku jadi semakin ingin merebutnya darimu, bolehkah?”
Mendengar itu aku langsung menarik kerah bajunya dengan amarah yang entah kenapa tiba-tiba merebak begitu saja datang melanda hatiku.
“Coba saja kalau kau bisa, tapi kau harus ingat kalau aku tak pernah merebut siapa pun dari hidupmu dan Lolita bukan wanita yang sama dengan di luar sana. Dia wanita yang berbeda.”
“Jelas saja berbeda. Dia sedikit…,” aku lihat gerakan jari telunjuknya yang memutar di sebelah kepalanya. “Gila? Lola? Idiot? Bodoh? Kau pilih kata-kata yang mana untuk mengambarkan istrimu?” tanyanya membuatku langsung memukul rahangnya.
Aku benar-benar tidak suka dengan apa yang dia katakan tadi. Aku pun langsung meninggalkannya begitu saja. Melihatnya lebih lama hanya membuat otakku kacau. Lebih baik aku kembali ke kamar saja. Aku takut jika Lolita terbangun dan mencariku.
“Axel,” baru saja aku masuk ke dalam kamar. Aku mendengar suaranya yang memanggilku.
Tapi aku lihat dia masih memejamkan matanya. Dia pasti memimpikanku.
“Axel,” lirihnya lagi membuatku langsung berjalan cepat ke arah ranjang. “Jangan pernah tinggalkan aku. Aku takut sendiri. Aku tidak punya siapa-siapa,” ucapnya di dalam tidur. Aku melihat dia meneteskan air matanya.
Aku tidak tega melihatnya seperti ini. Kini, setiap kali dia menangis. Aku merasa ada ribuan belati yang menusukku.
“Sutt tenanglah, aku di sini,” bisikku padanya. Aku menarik Lolita ke dalam pelukanku dan mencium ubun-ubunnya supaya merasa tenang.
Aku rasa dia sering mimpi buruk. Mimpinya pun tak jauh dari cerita dia ditinggalkan oleh orang orang terdekatnya dan kini dia sering memimpikanku.
“Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Sampai kapanpun, kau istriku dan kau tidak bisa pergi dri hidupku tanpa seizinku. Kau, milikku.” Bisikku dan memeluknya amat erat.
udh bbrpa kali ku baca msih ttp seru
btw ada yg tau judul novel
kalo gak salah namanya Amera
dia juga lola, menceritakan tentang anak perempuan suka sama most wanted di sekolah nya tapi otaknya agak lemot juga
kalo gak salah ibu nya jualan gorengan.
gitu deh
kalo ada yg tau tolong info in yah
benar yg di katakan oleh ibu nya axel seorang ibu yg baik akan selalu menyayangi dan mencintai anak nya seperti apa pun anak. .. bahkan meski bandel, ,, nakal, ,, dan sulit di atur pun karena rasa sayang ibu ke anak nya lebih dari apa pun. ..