Setelah kembali dari luar negeri, Keira Adelina Oliver terpaksa harus menikah dengan seorang pria asing untuk membantu perusahaan ayahnya yang diambang kebangkrutan.
Xavier Grayson Chester seorang pria tua berumur 34 tahun, dibuang oleh keluarganya setelah kecelakaan mobil yang dialaminya. Yang mana membuat kedua kakinya menjadi lumpuh. Dan sebagai imbalan atas kerja kerasnya, keluarganya mencarikannya seorang istri untuk menemaninya di pengasingan.
Dan bagaimana jika seorang wanita yang mirip dengan Keira muncul di tengah-tengah pernikahan mereka.
Apa hubungannya?
penasaran dengan ceritanya? yuk baca.
jangan lupa like and comment ya 🥰
ini karya ku yang pertama, jika ada kesalahan mohon maaf.
Terima kasih 🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selenophile, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Entahlah saya masih nyaman seperti ini," ujar xavier tenang sambil mengisap rokok di tangannya.
"Ya ya terserah, anda Bos anda punya kuasa."
David sudah lelah menghadapi bos yang selalu seenaknya seperti ini.
"Tapi Tuan saat kami menangkap sopir itu di gudang terbengkalai, orang-orang yang menjaganya hanya organisasi biasa bukan organisasi besar seperti yang lainnya. Dan dari penyelidikan yang saya dapat, mereka adalah geng kriminal yang suka merampok dan mencuri," ungkapnya saat mengingat sesuatu.
"Juga saat kami menghabisi mereka semua, saya terlebih dahulu mengintrogasi salah satu dari mereka yang masih sadar. Dan katanya mereka disuruh oleh seseorang, tapi mereka tidak tau siapa dan yang tau siapa orangnya hanyalah John, ketuanya."
"Jadi kamu sudah menangkap ketuanya?" tanya Xavier sembari menghembuskan asap rokok itu ke udara
"Sayangnya saya tidak bisa menangkapnya dia berlari dan bersembunyi terlalu cepat meski telah kami hajar." Sesal David, jika saja dia bergerak lebih cepat mungkin mereka akan tau siapa dalangnya.
"Tapi Tuan, apa Tuan pernah mencurigai seseorang yang sangat memungkinkan menjadi dalang semua ini?" tanya David penasaran.
Karena dia tau, bosnya mempunyai banyak sekali musuh, namun meski begitu tidak ada yang berani bertindak melawannya. Karena mereka semua takut pada bosnya yang kejam dan sadis dalam melawan musuh-musuhnya.
Selama berada di sisi bosnya, David sudah melakukan banyak pertumpahan darah bersama anggota lainnya. Semua anggota yang direkrut bosnya adalah orang-orang putus asa yang mencoba bertahan hidup di dunia yang kejam ini.
Dan mereka dinamai SEVEN KILLER yang dikenal dengan keberingasannya, kebrutalannya,dan kekejamannya dalam menghajar musuh-musuhnya. Mereka adalah orang-orang yang sangat bertalenta di bidang mereka masing-masing. Dan disebut SEVEN KILLER, karena anggotanya hanya berjumlah tujuh orang yang tidak bisa dianggap remeh.
Semua orang mungkin mengetahui siapa saja anggota SEVEN KILLER itu, tapi tidak semua orang tahu siapa bos sebenarnya yang menjadi pemimpin mereka. Banyak yang mengira mungkin dia adalah seorang pria paruh baya dengan penampilan yang gemuk dan jelek yang tidak ingin diekspos karena penampilannya seperti itu.
Jika tuannya tau bagaimana semua orang menilainya sebagai pria paruh baya yang gemuk dan jelek, mungkin dia akan marah dan langsung mengirim bom peledak pada orang yang menyebarkan rumor.
Membayangkannya saja membuat dia bergidik ngeri apalagi melihatnya secara langsung. Meskipun mereka sudah banyak melakukan pembunuhan, tapi lain cerita jika bos yang sudah turun tangan. Siapa saja yang melihat kebrutalan bos dalam menghabisi musuhnya akan bergidik ngeri.
Mendengar perkataan dari asistennya, mata hitam Xavier menyipit berbahaya jari-jarinya yang panjang dan lentik mengetuk meja hingga menimbulkan bunyi yang sangat nyaring di ruang kerja yang sunyi.
David yang mendengar suara ketukan meja tuannya hanya menelan ludah kasar. Dia seperti mendengar ketukan pengadilan untuk dijatuhi hukuman mati.
"Curiga ya… kalau begitu periksa dia," perintah Xavier sambil melemparkan sebuah foto ke atas meja.
Melihat foto yang dilemparkan tuannya, David segera mengambil foto itu dan melihatnya secara teliti.
"Bukankah dia…." David menjeda kalimatnya saat melihat foto yang sangat ia kenal. Dia mengangkat kepalanya menatap tuannya dengan bingung.
"Benar, aku sebenarnya sudah curiga sejak lama. Karena hanya dia yang berani berhadapan denganku diantara musuh-musuh lainnya," jelas Xavier.
"Kalau begitu aku akan pergi dulu dan meminta mereka untuk membantu menyelidikinya."
"Hm."
Setelah mendapat persetujuan tuannya, David segera berbalik dan berjalan keluar, namun sebelum membuka pintu dia menoleh sebentar ke belakang.
"Bos, kapan Bos akan pergi ke markas?"
"Nanti malam," jawab Xavier saat mendapat pertanyaan dari asistennya.
"Apa perlu saya jemput Bos?" tanyanya kembali sambil menatap kaki tuannya dengan penuh arti.
Memicingkan matanya berbahaya, Xavier menatap David seraya tersenyum lembut.
Melihat senyum lembut dari tuannya, tubuh David langsung kaku, kakinya tiba-tiba terasa lemas.
"B-bos… saya pergi dulu."
David langsung membuka pintu ruang kerja dan alangkah terkejutnya saat dia mendapati sosok Keira yang tengah berdiri di luar pintu.
"Astaga Nyonya!" kagetnya sambil mengelus dada.
"Kenapa Nyonya berdiri di sini dan tidak mengetuk pintu."
"Aku mau ketuk pintu tapi pintunya sudah terbuka sendiri," jelas Keira.
"Karena kalian sudah selesai, yuk kita makan," ajak Keira
"Maaf nyonya, saya harus segera pergi. Masih ada urusan yang harus saya tangani." Sesal David dengan raut wajah menyesal.
"Memang tidak bisa ditunda?"
"Tidak bisa Nyonya ini benar-benar sangat penting."
Melihat interaksi antara istri kecilnya dan pria lain membuat Xavier merasa cemburu, dia menatap punggung asistennya dengan tatapan membunuh seolah ingin mencincangnya.
Merasakan hawa dingin di belakang punggungnya, tanpa mencari tahu pun dia sudah mengetahuinya asalnya.
"Nyonya saya pergi dulu, selamat tinggal."
Tanpa tinggal lebih lama, David segera melarikan diri dari sana. Hanya menyisakan mereka berdua.
Keira yang ditinggalkan berdua saja bersama Xavier merasa canggung terutama saat mengingat kembali perkataan Karina.
"Seharusnya aku bawa Shaka," gumam Keira pelan, merutuki kebodohannya sendiri.
"Kenapa masih berdiri di sana, sini masuk,"ujar Xavier lembut saat melihat istrinya yang masih berdiri di depan pintu.
"Hah? Oh iya."
Keira melangkahkan kakinya masuk ke ruang kerja Xavier. Ini pertama kalinya dia masuk ke ruang kerja Xavier setelah mereka menikah. Keira mengamati interior ruang kerja xavier, ruangannya didominasi dengan warna hitam dan abu, tampak sederhana. Juga, terdapat beberapa rak buku yang berjajar rapi dan rak lain untuk menyimpan berkas-berkas penting. Ada juga satu set sofa yang berhadapan langsung dengan meja kerja Xavier.
Keira berhenti tepat di depan meja Xavier, baru kali ini dia melihat wajah serius Xavier saat sedang fokus bekerja, terlihat sangat tampan dan berkharisma.
Dengan kacamata yang bertengger manis di hidung mancungnya, jari-jarinya yang panjang dan lentik membolak-balik dokumen yang ada di tangannya.
Meski umurnya sudah kepala tiga, namun itu tidak mengurangi kadar ketampanannya dan malah terlihat lebih tampan dan lebih dewasa.
"Sudah puas mengagumiku, hm?" ucap Xavier tiba-tiba dengan nada serak dan magnetis.
Xavier mengangkat kepalanya dari dokumen, menatap istrinya yang sudah tersipu malu.
Terciduk karena menatapnya, Keira memalingkan mukanya yang memerah ke samping.
"Ehem…si-siapa juga yang melihatmu," elak Keira cepat matanya berkeliaran ke mana-mana.
Xavier terkekeh pelan saat melihat tingkah istri kecilnya yang menggemaskan.
"Dasar pembohong kecil."
"Ayo pergi."
"Emm…."
Keira berjalan ke arah Xavier dan membantunya mendorong kursi roda, namun pandangannya tanpa sengaja melihat foto seorang perempuan di laci yang sedikit terbuka.
Deg!
"Siapa wanita itu?"gumamnya pelan.