🥉Juara 3 lomba Wanita Kuat.
IG= Erna Less22
FB= Erna Liasman
EKLUSIF HANYA DI NOVELTOON, JIKA ADA DI TEMPAT LAIN ATAU DENGAN AKUN BERBEDA BERARTI PLAGIAT! LAPORKAN!!
Dewi Maha Putri adalah nama seorang wanita yang jago bela diri, kuat, tangguh dan dingin, ia punya pengikut yang banyak. Ia sudah terkenal di penjuru dunia. Siapa yang tidak mengenalnya?
Ia sering mengikuti kompetisi-kompetisi bergengsi Internasional, bahkan tuan rumah di setiap Negara memanggilnya master. Baik itu preman jalanan, geng kecil maupun besar menjulukinya sebagai Dewi pembunuh, karena ia sangat kejam. Ia bahkan pernah mengusir teroris dari suatu negara di pukul mundur di buatnya dan ia juga pernah membantai bos mafia besar hanya dengan dirinya sendiri.
Sayangnya, ia mati di jebak oleh musuhnya yang tidak ia kenali. Akan tetapi di dalam mobil itu ternyata terpasang bom alarm, di situlah ia mati dengan tragis.
Dewi di beri kesempatan kehidupan kedua dan ia pun berpindah ke tubuh seorang gadis malan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Dewi tidak mempedulikan mereka yang sedang bertengkar itu, ia berjalan menuju dapur untuk mencari makanan untuk mengajak perutnya.
"Bik Inah," sapa Dewi tersenyum duduk di meja makan.
"Eh Nona Dewi, Nona mau makan apa?" tanya Bik Inah.
"Apa saja asalkan enak," jawab Dewi membaringkan kepalanya di meja makan.
"Oke, Bibi buatkan spaghetti bolognese saja ya," ucap Bibi mengambil bahan makanan di dalam kulkas.
"Iya," angguk Dewi. Bibi menyiapkan peralatan masakan dan membuatkannya.
"Nona, maaf jika Bibi bertanya, tapi nggak punya maksud ikut campur kok, cuma tanya aja," ucap Bibi sedikit ragu-ragu.
"Ada apa?" tanya Dewi menekuk alisnya.
"Tadi Bibi dengar ada keributan di luar, memangnya ada masalah apa?" tanya Bibi penasaran.
"Oh itu gara-gara mobil yang ketinggalan di kampus, dan juga dari yang aku lihat si Surya itu bucin banget sama Lena, dia itu nggak ada tegas-tegasnya, tapi kenapa dia sangat benci sama aku ya, apa Bibi tau kenapa?" tanya Dewi melihat ke arah Bibinyang sedang sibuk itu.
"Nona kan tau jika pernikahan antara Tuan dan Nyonya, ibu Nona adalah pernikahan karena bisnis, tidak ada rasa cinta di antara mereka, akan tetapi lahirlah Nona suatu saat nanti untuk menjadi pewaris perusahaan, meskipun begitu Nona bukanlah anak yang tak di inginkan Tuan," jawab Bibi karena ia sudah lama bekerja di sini.
Ibu Dewi meninggal akibat depresi saat melahirkan Dewi beberapa hari, Bik Inah lah yang mengasuhnya sedari kecil. Sedangkan Ayahnya sama sekali tidak peduli, alasan Dewi masih tinggal bersama Ayah karena saham milik Dewi ada 50%, maka dari itu, Lena ingin mengambil saham itu dan membuat Dewi perlahan-lahan melupakan masalah saham itu, dan itu di setujui oleh Surya karena ia sangat tidak menginginkan Dewi.
"Ck ck ck, begitu rupanya, aku akan mengambil saham itu secepatnya," ucap Dewi.
"Tenang saja Nona, Bibi pasti akan bantu mencari tahu masalah ini," bisik Bibi sambil meletakkan piring yang berisi spaghetti di meja.
"Benarkah? Kalau begitu nanti kita bagi hasil jika bibi bisa menemukan sesuatu dan tidak perlu kerja di sini," ucap Dewi menaik turunkan alisnya. Mereka mengaitkan jari kelingkingnya sebagai tanda perjanjian atas kerja samanya.
"Ya udah, di makan Nona," ucap Bibi tersenyum.
"Hm … baunya sangat enak, masakan bibi sangat enak," ucap Dewi melahap makanannya.
Terlihat dari kejauhan Anita keluar dari rumah dengan wajah kesal, ia berdiri di depan teras sambil menelpon.
"Halo Luna, kamu bisa jemput aku bentar nggak?" tanya Anita lewat panggilan.
"Memangnya ada apa?" tanya Luna.
"Aku mau jemput mobil di kampus, gara-gara anak sialan itu membuat aku harus menjemputnya di sana, kita habisi nanti malam," ucap Anita mendengus kesal.
"Oke aku ke sana sekarang," ucap Luna memutuskan panggilannya.
"Heh! Mereka pasti merencanakan sesuatu malam ini, he-he-he aku sangat ingin melihat apa yang mereka lakukan," ucap Dewi menyengir.
"Nona mau minum apa?" tanya Bibi.
"Jus jeruk saja," jawab Dewi sambil mengunyah makanannya sambil melihat Anita di luar, ia terlihat sangat kesal, berjalan sambil bolak balik dan ia akhirnya duduk, memegang kepalanya dan membuang nafasnya.
"Nona, Kenapa nggak dari dulu saja Nona seperti ini, jadi tidak perlu lama Nona di tindas," ucap Bibi.