Ketika Istriku Tak Lagi Manja

Sudah beberapa hari berlalu sikap Siska berubah drastis menurut Haikal. Wanita itu tampak dingin dan wajahnya masam bila berhadapan dengan Haikal. Sangat tak seperti Siska yang dia kenal.

Entah ke mana perginya istri BUCIN nya? Selepas pulang kerja, tak lagi Siska menunggu nya pulang. Saat berangkat kerja, tak lagi wanita itu memasang wajah manis dan bertanya kapan dirinya pulang.

Saat tidur pun wanita itu membelakangi nya. Bahkan, saat berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk program hamil pun Siska pergi sendiri tanpa menunggu Haikal.

"Apa kamu sedang punya masalah?" tanya Haikal datar menatap punggung Siska. Malam sudah larut dan pria itu tidak bisa tidur memikirkan sikap istrinya yang sangat-sangat berubah menurutnya.

"Tidak ada." Siska membalas singkat. Wanita itu mencengkram erat bantal nya. Siska memutuskan untuk balik menghadap sang suami. Sebab teringat nasehat dari Fatimah.

Dia harus bisa mendapatkan cinta sang suami seutuhnya.

Flashback on.

Di pagi setelah perdebatan panjang Haikal dan Siska. Wanita itu mendatangi rumah Fatimah untuk curhat. Dia tidak bisa memendam rasa sakit sendirian. Wanita itu butuh teman curhat selain mertua nya. Dia tidak punya lagi orang tua.

"Saya mau cerita, Buk! Ini tentang suami sayang. Tapi, saya mohon jangan cerita sama yang lain yah?"

Siska menggenggam tangan Fatimah. Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya.

"Suami saya kelihatannya selingkuh di luar sana, Buk. Saya juga belum punya bukti kuat, tapi, naluri istri itu kuat, 'kan, Buk? Kita sebagai istri pasti punya perasaan tidak enak kalau suami macam-macam di luar sana."

Siska bercerita pada Fatimah. Wanita paruh baya itu mendengar dengan baik.

"Boleh saya memberi pendapat, Buk?" tanya Fatimah pada Siska.

"Silahkan, Buk. Saat ini saya sedang butuh saran dan nasehat agar saya bisa tetap waras."

Fatimah menghela nafas berat. Dia harus memberi nasehat sekaligus kritikan untuk Siska.

"Kalau menurut saya, wajar Pak Haikal selingkuh!" ujar Fatimah membuat Siska terkejut bukan main.

Matanya langsung berkaca-kaca menahan air matanya agar tak tumpah. Segera saja Fatimah menggenggam erat tangan Siska.

"Mohon maaf, Buk. Saya harus jujur dan netral! Segala sesuatu yang terjadi pasti ada namanya sebab akibat. Mungkin kalau saya jadi Pak Haikal pasti akan selingkuh. Meski selingkuh itu tidak di benarkan, namun punya istri yang tidak bisa apa-apa. Bahkan, hanya sekedar membuat kopi saja tidak bisa akan membuat seorang suami bosan dan jenuh!"

"Sekarang kita balik, bagaimana kalau Buk Siska menjadi istri yang baik, bisa segalanya. Tapi, Pak Haikal bukanlah suami yang baik. Dia pemalas, tidak bekerja dan tidak mau memberi nafkah untuk, Buk Siska. Apakah Buk Siska bisa bertahan?" tanya Fatimah membuat Siska merasa tertampar.

Wanita itu menundukkan wajahnya, menyembunyikan air mata yang sudah luruh membasahi pipinya.

"Berubah lah, Buk. Jadilah istri terbaik dalam segala hal. Meski dalam agama Islam, istri itu tidak diwajibkan membuatkan kopi atau menyiapkan makanan enak untuk suami. Tetapi, Islam mewajibkan setiap istri harus menyenangkan hati suami."

"Kalaupun Pak Haikal selingkuh di luar sana. Jangan sampai Anda menggugat cerai, karena bagaimanapun secara tak sadar Buk Siska juga ikut andil dalam hal ini. Sekarang tugas Buk Siska menjadi istri baik dalam melayani suami, hingga Pak Haikal kembali ke dalam pelukan, Buk Siska."

"Jangan biarkan pelakor itu menang!"

Flashback off

Siska membelai pipi Haikal, pria a tampan itu menatap dalam bola mata istrinya. Bola mata hitam itu tampak indah dan menyejukkan hati juga jiwa.

"Kamu sedang punya masalah?" tanya Haikal dengan suara sedikit lembut.

"Tidak ada. Hanya saja aku ingin minta izin sama kamu!" balas Siska lembut seraya membelai bibir tebal dan seksi suaminya.

"Minta izin untuk apa hemm?" Haikal bertanya dengan suara serak menahan hasrat nya. Sentuhan lembut Siska membuat pria itu ingin melakukan lebih dari sekedar sentuh menyentuh.

"Aku ingin kerja." Siska membalas singkat. Mampu mengejutkan Haikal. Pria itu menatap kaget istrinya, tidak pernah ia sangka kalau sang istri ingin bekerja. Tujuh tahun menikah dan dua tahun berpacaran, tak pernah sekalipun Siska ingin bekerja.

Haikal terkekeh geli mendengar nya. Dia menatap sinis sang istri.

"Kamu yakin mau kerja? Emang sanggup? Bukannya kamu itu tidak suka kerja dan sukanya belanja sama ngumpul-ngumpul bareng temen sosialita mu itu!"

Haikal meremehkan niat sang istri. Dia sendiri tidak yakin kalau Siska serius ingin bekerja. Dia tahu betul karakter istrinya yang manja tidak ketulungan lagi.

Namun, Haikal lupa kalau manusia itu unik. Bisa berubah-ubah. Hari ini suka, besok bisa benci, hari ini malas, besok bisa rajin. Hari ini kaya, besok bisa miskin.

Siska merasa sedih. Sorot matanya menyimpan luka, perkataan suaminya sangat menggores hati. Tidak ada hal yang paling menyakitkan selain diremehkan oleh orang yang kita cintai.

"Tidak ada salahnya mencoba. Pokoknya aku sudah minta izin sama kamu kalau aku ingin kerja, titik."

Siska membalikkan tubuhnya, dia meneteskan air matanya. Haikal pun tertawa pelan, dia masih meremehkan keinginan sang istri.

"Tapi, aku belum izinin kamu!" tukas Haikal lalu menindih tubuh Siska. Tatapan keduanya bertemu, Haikal mengusap air mata Siska.

"Cengeng," desis Haikal pelan seraya mencubit hidung istrinya. Bukannya diam, Siska malah semakin menangis. Dia menutup matanya.

"Gimana nggak cengeng, istri mau kerja, bukannya di dukung, malah diremehin sama suami sendiri. Giliran nggak kerja, di bilang nggak mandiri! Aku capek … hiks … aku capek, Mas. Hiks … kamu nggak bakal ngerti jadi aku gimana rasanya."

Siska meluapkan emosi nya. Dia memukul dada bidang Haikal. Sang suami mendengarkan keluhan istrinya dengan baik. Entah apa yang di rasakan oleh Haikal, di satu sisi dia meremehkan keinginan istrinya. Namun, di sisi yang lain dia merasa takut kalau Siska bekerja.

Haikal menghela nafas berat.

"Biarkan saja dia bekerja, palingan cuma sanggup sehari saja. Nanti juga bakal ngeluh dan jera," batin Haikal berkata.

Pria itu pun mengecup sudut bibir istrinya. Lalu ia kecup mata Siska, membuat sang istri terdiam.

"Aku izinin kamu kerja dengan satu syarat!" ujar Haikal membuat Siska mengalihkan atensi nya pada Haikal.

"Syarat apa?" tanya Siska dengan suara serak.

"Berikan aku service terbaik," bisik Haikal dengan suara serak membuat pipi Siska merona.

Dalam hati wanita itu menggerutu kesal, suaminya memang sangatlah egois, istri lagi nangis malah di suruh beri service.

Ayolah … jangan lupakan Haikal si pebisnis handal. Dia tidak mau rugi sedikitpun, segala sesuatu harus ada keuntungan nya.

Haikal tidur terlentang. Siska malu-malu naik ke atas tubuh suaminya. Tangan Haikal membelai pipi dan leher sang istri. Lalu turun ke lengan dan perut rata istrinya.

"Do it," titah Haikal tersenyum tipis membuat Siska merona malu.

Pada malam itu, Siska benar-benar memberikan servis terbaik untuk Haikal. Seperti kata Fatimah, laki-laki kalau hasratnya terpenuhi, maka kemungkinan selingkuh itu sangatlah sedikit.

Suara mendayu-dayu dan suara derit ranjang terdengar memalukan untuk para kamu jomblo dan jomblowati.

Nafas Siska dan Haikal tersengal-sengal. Keduanya baru saja sampai puncak yang ketiga kalinya.

"Aku izinin kamu kerja! Kalau butuh apa-apa katakan padaku!" ujar Haikal dengan suara parau memeluk erat tubuh keringat Siska.

"Hemmm." Siska hanya bergumam pelan tak mampu lagi berbicara sebab suaranya sudah hampir habis karena berteriak oleh junior suaminya.

"Tapi, kamu mau kerja apa?" tanya Haikal bingung membuat Siska tersenyum samar.

*

*

Maaf baru update lagi 🥺🥺 jangan marah yah!! 🙏🙏🥺🥺😭

Bersambung.

Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰

Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️🙏