Novel ini dalam revisi!
Cinta dalam perjodohan seorang dosen bernama Darren Nicholas dan mahasiswanya Kanaya Syabila.
Dosen muda dengan sejuta pesona tapi terkenal galak dan pelit nilai, menjunjung tinggi disiplin. Dipertemukan dengan Kanaya mahasiswanya yang cerewet, nyablak, seru, gaje. Dan disatukan dalam sebuah pernikahan dengan konflik cinta segitiga yang rumit. Akankah mereka bertahan dengan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Mantu Idaman
Pagi hari di rumah bu Alin seperti biasa mereka sedang sarapan sebelum berangkat dengan aktivitasnya masing-masing. Bu Alin juga nampak sudah rapi padahal biasanya jam segini beliau tidak ada kerjaan.
"Ma udah rapi aja mau kemana?" Tanya pak Dahlan heran.
"Mau jengukin calon mantu pa?"
"Ooh... jadi to ma."
"Ya jadi lah. Mama mau ajak Naya tinggal di sini."
Darren yang baru saja bergabung di meja makan tidak begitu mendengar tentang obrolan orang tuanya.
"Lho Ren kok belum siap, emang hari ini nggak ngajar?"
"Kosong ma, Darren kan emang nggak setiap hari ngajar. Emang kenapa ma?"
"Bagus dong berarti kamu bisa anter mama jenguk Naya."
"Nggak bisa ma, Darren habis ini mau ke kantor Papa."
"Yah... Mama sama siapa dong."
"Tinggal bawa mobil sendiri ma, sekalian anterin Icha ke sekolah."
"Masalahnya Mama nggak tahu tempat kostnya Kanaya, kemarin kan mama sudah bilang anterin, gimana sih."
"Ya maaf ma, Darren sibuk."
"Kok nggak peka sih, Jangan-jangan kamu hari ini juga belum ngabarin Naya ya, tanya Naya lagi apa? bagaimana keadaanya? sudah makan belum?"
Darren menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Belum sih ma, tapi nanti setelah Darren tiba di kantor Darren berencana menghubunginya."
"Kenapa nggak sekarang aja, sekalian bilangin mama mau ke sana."
Gimana cara hubunginya ma, nomer nya aja nggak punya.
"Cepetan Ren, kok malah bengong sih." Pekik Bu Alin tak sabar.
"Ma, Icha bareng Papa aja deh keburu telat nih." Sahut Icha jengah melihat kerempongan mamanya.
"Ya udah sayang sana berangkat."
"Uang saku. Tambahin ma, nanti ada bimbel pulangnya sore."
"Kebiasaan, nih...!" Bu Alin mengeluarkan uang lima puluh ribuan. "Itu sekalian buat ongkos pulang kalau tidak ada yang jemput." Imbuhnya
"Siap ma." Icha berjalan gontai keluar rumah dengan wajah sumringah, Pak Dahlan dan Icha berangkat bersama. Sementara Darren nampak cari cara untuk menghubungi Kanaya.
"Emm.... maaf ma, pulsa Darren habis. Pinjam HP mama."
"Kan ada wifi, kok jadi ribet sih."
"HP Darren nggak ada signal ma, pakai punya mama ya?"
Darren pura-pura mengangkat HPnya dan mengggoyang-goyangkan seakan mencari signal. Bu Alin menyodorkan HP miliknya. Darren agak menyingkir dari Mama Alin dan segera mengirim kontak Naya ke Hpnya tak lupa dia menghapus pesan yang telah di kirim kemudian melakukan panggilan ke nomer Kanaya.
Tut... tut.. di deringan pertama langsung diangkat.
"Hallo assalamu'alaikum..." sapanya setelah telpon tersambung.
Hening, lima detik sepuluh detik.
"Tante....?" sapa Naya dari sebrang sana yang merasa heran tak ada suara.
Tut... tut..
Sambungan diakhiri oleh Darren secara sepihak.
"Mati ma, sepertinya tidak ada signal." Darren mengembalikan ponsel bu Alin kemudian berlalu menuju kamarnya untuk bersiap-siap ke kantor.
Darren sengaja berangkat agak siang, rencananya dia akan meninjau lokasi proyek pembangunan.
Sementara Bu Alin masih sibuk dengan HPnya dia mencoba mengirim pesan karena telfonya tidak diangkat.
"Yah... padahal Mama udah siap-siap malah Naya nya nggak di rumah. Tapi syukurlah itu tandanya dia udah sembuh, apa aku jemput aja ya di kampus." Bu Alin bermonolog.
****
Kanaya baru saja keluar dari kelas, dia memeriksa ponselnya dan melihat beberapa pesan yang terkirim di HP nya. Salah satunya dari bu Alin, wanita paruh baya itu nekat datang ke kampusnya demi bertemu sang calon mantu.
"Gaes... gue duluan ya, jemputan gue udah datang." Seraya berlari kecil meninggalkan Ana dan Vivi.
"Woi... mau kemana loe? buru-buru amat."
"Da... da..." Pamitnya
"Ah nggak asik ah, Naya pakai acara kabur segala."
"Ya paling mau jalan sama Riko."
"Jangan bilang loe juga mau ninggalin gue."
"Nggak cantik...., Udah ah yuk pulang. Hari ini gue mau pulang cepet nyokap sama bokap gue lagi ada di rumah." Ana dan Vivi menuju ke parkiran tempat di mana mobil Ana terparkir, mereka pulang bersama.
Sementara Naya baru saja keluar dari gerbang utama, pandangannya langsung mengedar ke segala penjuru jalan raya, tampak di sebrang sana terlihat wanita yang sudah tidak lagi muda namun masih terlihat modis sedang melambai- lambaikan tangannya. Naya segera menghampiri.
"Tante...?"
"Ayo masuk sayang, panas. Kamu udah sembuh." Sapanya setelah Naya masuk ke mobil duduk di samping bu Alin.
"Udah tante, alhamdulillah." Naya meraih tangan bu Alin dan mencium punggung tangannya sementara bu Alin sesekali mengusap rambutnya.
"Syukurlah, mama sempet khawatir. Apalagi kamu tinggal di kost jauh dari orang tua."
"Naya udah nggak pa-pa kok tan, terimakasih udah perhatian sama Naya."
"Jangan sungkan sayang, sebentar lagi kan kamu jadi anak Mama, panggil mama aja, jangan tante."
"Iya ta... eh Ma."
"Good sayang. Kamu ada acara nggak? kalau temenin mama ke mall mau?"
"Mau ma."
"Oke, siap... berangkat sekarang."
"Sayang... Darren suka main ke tempat kamu?"
"Emm... Darren ya ma, pernah sih, eh maksud Naya sering anter Naya pulang."
Maaf ma terpaksa Naya berbohong. Tuhan... ampuni aku...
"Ooh..." Bu Alin tersenyum manggut- manggut.
Syukurlah semoga mereka sudah saling cocok satu sama lain.
"Alhamdulillah sudah sampai, ayo turun sayang." Bu Alin berbelanja kebutuhan sehari-hari kebetulan stok di rumah juga sudah habis, setelah itu mereka ke toko baju. Bu Alin membelikan beberapa baju untuk Naya dan juga putrinya Icha.
"Ada yang mau di pilih lagi sayang."
"Nggak ma, udah cukup terimakasih."
"Oke kita pulang ya." Mereka pulang dengan membawa berbagai macam belanjaan. Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di pelataran rumah besar dan mewah. Setelah mobil bu Alin terparkir sempurna di garasi rumahnya, mereka segera turun dan masuk ke rumah.
"Emm... ma? ini rumah mama?" kok beda ya...
"Iya sayang ayo masuk."
"Bik ida tolong ambilin belanjaan ibuk di garasi." Bu Alin merebahkan tubuhnya di sofa nampak kelelahan setelah berjam-jam mondar mandir di mall.
"Capek ya ma...?"
"Lumayan sayang, mama mandi dulu ya, kamu bisa santai-santai dulu atau kalau mau istirahat di kamar tamu sebelah sana." Bu Alin menunjuk kamar yang paling ujung kemudian beliau menaiki tangga menuju kamarnya.
Sementara Naya tidak hanya berdiam diri saja, dia malah sibuk membantu bik ida mengemas belanjaan.
"Nggak usah mbak, biar bibik aja."
"Ngga pa-pa bik, ada lagi mana yang mau di kerjain. Biar Naya bantu."
"Bibik mau masak untuk makan malam mbak."
"Ya udah biar Naya bantu."
"Nggak usah mbak, nanti ibuk marah."
"Emang calon mantu mama bisa masak ya?" Tiba-tiba bu Alin sudah di belakang mereka yang sedang berkutat di dapur.
"Eh, mama. Dikit sih ma masih amatir."
"Mama emang nggak salah pilih kamu, pinter, cantik dan bisa masak." Puji mama Alin. "Itu sepertinya Darren dan pa-pa sudah pulang, Mama ke depan dulu ya."
Di depan nampak terdengar suara deru mesin mobil yang masuk ke garasi. Icha pulang bareng Darren, rupanya Darren sekalian jemput Icha di tempat bimbelnya. Beberapa menit kemudian Pak Dahlan menyusul dari belakang.
"Sudah pada pulang?"
"Iya ma." Mereka masuk ke dalam dan berpencar menuju kamarnya masing-masing.
"Bik, Naya mau numpang sholat. Tinggal bentar ya."
"Iya mbak, makasih udah di bantuin bibik jadi selesai lebih cepat."
Senangnya mas Darren punya pacar kaya mbak Naya, udah cantik, mau berbaur dengan kaum bawah, Nggak kaya pacar yang dulu...
***
Sebenarnya Naya sudah mau pamit pulang sedari tadi tapi bu Alin menahannya. Dia ingin sekali Naya menginap di sini lebih-lebih mau tinggal di sini.
"Nanti sayang biar Darren yang anter, kita makan malam bersama dulu." Dengan berat hati Naya menurut, sebenarnya Naya merasa canggung terlebih sikap Darren yang begitu dingin dan hanya melihat sekilas tanpa menyapa.
Seisi rumah sedang melaksanakan makan malam bersama. Mereka menyelipkan berberapa obrolan ringan di sela-sela makannya.
"Kak bobo di sini aja." Rengek Icha yang tak rela Naya pulang, bocah itu senang karena merasa ada temannya.
"Lain kali kakak main lagi ya. Pamit dulu Ma, om. Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam..." Naya pulang di anter Darren.
Di perjalanan hening, tak ada yang buka suara. Mereka memilih untuk saling diam, lebih tepatnya bingung mau ngomong apa.
Citt....
Darren tiba-tiba menghentikan mobilnya, dia menatap tajam mata Kanaya.
....
Ayo beri semangat author, tinggalin jejak di bawah ini....
💕💕💕