Zira Azizah tidak pernah mempunyai keinginan sedikit pun untuk menikah diusianya yang masih muda namun apa daya sang ayah tiba-tiba meminta nya untuk menikah padahal ijazah sekolah SMA pun belum ia terima .
Ikuti kelanjutan nya dan jangan lupa mohon dukungan nya 🙏🙏🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Hardianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 ~ Seranjang
Zira sudah siap untuk menjemput mimpi nya , tak lupa Zira pun sudah memakai rangkain skincare yang membuat ia terlihat tambah cantik dan wangi.
Zira bersandar di headboard seraya bermain ponsel , tangannya asik membalas chat dengan teman-teman , tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka .
" Belum tidur dek ? " , tanya Gaffi seraya kembali menutup pintu kamar .
" Belum " , jawab Zira singkat dan kembali fokus dengan ponselnya.
Gaffi berjalan menuju lemari mengambil selimut tebal dan juga bantal , lalu ia berjalan mendekat ke arah sofa siap-siap untuk istirahat.
" Ayo tidur dek ! , nanti besok kesiangan lagi bukan nya mau ke kampus ? " , ujar Gaffi seraya membaringkan tubuhnya disofa .
" Iya " , jawab Zira seraya mematikan ponselnya , lalu menyimpannya diatas meja dekat tempat tidur .
Zira menatap ke arah Gaffi , rasa nya kasihan harus melihat Gaffi tidur disofa apalagi ia kurang enak badan ditambah sebenarnya kasur besar ini milik Gaffi namun ia malah mengalah dan memilih tidur disofa.
" Abang " , panggil Zira pelan .
" Apa dek ? " , tanya Gaffi seraya menatap Zira .
" Mmm mulai malam ini Abang tidur dikasur aja lagian kasur disini ukurannya lebih besar dari pada punya Zira " , tutur Zira pelan.
" Apa ? , serius kamu dek ? " , tanya Gaffi tak percaya.
Zira hanya mengangguk sebagai jawaban.
" Yes " , senang Gaffi dan ia langsung membawa selimut dan bantalnya ke tempat tidur.
" Tapi ingat ya jangan berbuat yang aneh-aneh dan ini sebagai pembatasnya ! " , ucap Zira lagi seraya meletakan bantal ditengah-tengah mereka .
" Tenang aja dek Abang gak bakal berbuat yang aneh-aneh kok , Abang bakal sabar menunggu sampai kamu siap dan menyerahkan diri kamu sama Abang" , balas Gaffi panjang lebar seraya tersenyum.
" Blush " , kedua pipi Zira langsung memerah .
Zira langsung memalingkan wajahnya dan kembali berbaring dengan membelakangi Gaffi .
Gaffi tersenyum melihat Zira yang salah tingkah , ia pun ikut berbaring dan menghadap ke arah Zira menatap punggung istrinya.
Tiba-tiba Gaffi teringat dengan rambut Zira yang hitam dan berkilau namun kini ia tidak pernah melihatnya lagi karena Zira selalu memakai kerudung sekali pun itu tidur .
Zira mengganti lampu kamar dengan lampu tidur .
" Selamat istirahat dek , mimpi indah sayang " , ucap Gaffi seraya memejamkan kedua matanya .
Zira tidak menjawab ia terdiam seraya menyembunyikan rona malu diwajahnya , selang beberapa menit akhirnya Zira mendengar suara nafas teratur Gaffi , perlahan ia mengubah posisi berbaringnya menghadap Gaffi .
Dan benar Gaffi sudah tertidur , Zira menatap lekat wajah Gaffi .
" Kamu itu ganteng , baik tapi kenapa mau sama wanita kaya aku gini bang ? " , batin Zira bertanya-tanya.
" Kenapa kamu mau menerima perjodohan itu bang ? " , batin Zira lagi .
" Makasih untuk semuanya , makasih kamu udah sabar, udah perhatian sama Zira , maaf kalau Zira belum bisa jadi seorang istri seutuhnya " , batin Zira lagi dengan kedua mata berkaca-kaca.
Cukup lama Zira memperhatikan Gaffi yang sudah tertidur pulas sampai tak terasa ia ikut memejamkan kedua matanya menyusul Gaffi ke alam mimpi .
#
Setelah sarapan pagi Gaffi dan Zira langsung berangkat , iya Gaffi berisi keras ingin mengantarkan Zira ke kampus dengan dalih sekalian ia berangkat kerja .
" Dek ini ambil buat kamu jajan atau siapa tau kamu butuh sesuatu " , ucap Gaffi menyodorkan uang berwarna merah muda dan juga biru beberapa lembar .
" Abang ini kebanyakan " , tolak Zira sedikit kaget ketika melihat banyaknya uang yang Gaffi sodorkan.
" Gapapa ambil aja kalau ada sisa bisa kamu simpan lagian Abang gak ngasih tiap hari " , jawab Gaffi enteng .
" Makasih banyak abang " , balas Zira malu-malu.
" Iya sama-sama kalau kurang jangan sungkan minta lagi sama Abang karena sekarang kamu tanggung jawab Abang sepenuhnya " , timpal Gaffi seraya tersenyum.
" Iya " , jawab Zira tersenyum.
Tak lama mobil Gaffi berhenti sedikit jauh dari kampus .
" Abang Abang udah berhenti disini ! " , ucap Zira mendadak .
Gaffi langsung reflek menginjak rem dan mobil pun berhenti mendadak .
" Dugh " , kepala Zira terpentok .
" Kenapa sih dek ? , kok minta berhenti mendadak kaya gitu bahaya tahu ? " , tanya Gaffi seraya menatap Zira .
" Maaf " , jawab Zira dengan menundukan kepalanya dan satu tangannya mengusap-usap kepala nya yang kepentok .
" Untung Abang lagi ada dipinggir kalau ditengah bisa ditabrak pengandara lain " , ujar Gaffi lagi , ia tidak marah namun Gaffi hanya memberi pengertian pada Zira .
" Iya maaf Abang , habisnya disana teman Zira sudah nunggu nanti kalau mereka lihat kita gimana ? " , jawab Zira yang terus menundukan kepada nya .
" Hmmm jadi karena itu " , balas Gaffi menghela nafas .
" Sekali lagi maafin Zira , Abang " , ucap Zira sungguh-sungguh .
" Iya Abang maafin , kepala kamu gapapa kan dek ? " , jawab Gaffi sekaligus bertanya dan satu tangannya mengelus lembut kepala Zira .
" Gapapa kok cuman kepentok sedikit " , jawab Zira jujur .
Zira langsung berpamitan kepada Gaffi ,ia mencium punggung tangan Gaffi dengan takdzim yang dibalas oleh Gaffi mencium keningnya dengan lembut tak lupa tangannya terus mengelus lembut kepala Zira .
" Ingat jangan deket-deket dengan laki-laki, kamu harus jaga jarak ! " , tegas Gaffi mengingatkan .
" Iya siap boss " , jawab Zira seraya memberi hormat.
" Assalamualaikum " , salam Zira seraya membuka pintu mobil .
" Wa'alaikum salam " , jawab Gaffi .
" Dek " , panggil Gaffi lagi .
" Apa ? " , tanya Zira sebelum menutup pintu mobil .
" I Love you " , ucap Gaffi seraya tersenyum lebar .
" Blush " , Zira langsung salah tingkah .
" Udah ah Zira mau ke kampus " , pamit Zira salah tingkah.
" Ya udah iya hati-hati ya jaga diri baik-baik " , balas Gaffi terkekeh sendiri .
" Iya Abang juga " , timpal Zira malu-malu dan ia langsung menutup pintu mobilnya .
Zira berjalan menghampiri teman-teman nya dan Gaffi ia setia memperhatikan Zira didalam mobil bahkan sampai Zira benar-benar masuk ke area kampus , lalu barulah ia melajukan mobilnya ke kantor.
Sementara itu Zira diintrogasi oleh teman-temannya karena melihat Zira berjalan kaki dari jarak yang masih aga jauh dari kampus .
" Kenapa kamu jalan kaki Ra ? , kamu gak diantar ? " , tanya Venti seraya celingukan .
" Diantar kok cuman sengaja berhentinya di sana soalnya bang Ziddan ada urusan urgent" , jawab Zira berbohong.
" Yah padahal kita mau lihat bang Ziddan , udah lama banget gak liat abang ganteng " , timpal Sofi sedih .
" Iya bener banget , lagian biasanya diantar suka sampai depan pintu gerbang kok " , balas Venti merasa aneh .
" Jangan-jangan ada yang kamu sembunyikan ya Ra ? " , tuduh Sofi seraya menunjuk .
" Iya bener ni " , Timpal Venti yang ikut-ikutan.
" Apaan sih jangan mikir yang aneh-aneh deh " , balas Zira seraya salah tingkah.
" Udah ah ayo katanya mau lihat-lihat kampus " , Ajak Zira seraya mengalihkan obrolan mereka .
" Ya udah ayo " , jawab Sofi dan disetujui juga oleh Venti.
~