Menikahi Pria Culun

Niat hati ingin memperburuk diri di depan calon mertua, Alicia malah terjebak oleh permainan nya sendiri. Gadis berusia 18 tahun itu menggeram kesal di dalam kamarnya, dia berdiri di atas ranjang dengan tangan yang memukul - mukul bantal, anggap saja jika bantal itu adalah Mama mertuanya yang aneh bin ajaib.

Bayangkan saja, Alicia sudah bersikap kurang ajar, tidak sopan, bahkan terkesan sombong di hadapan camer nya itu, tapi apa yang dia dapat justru pernikahan nya di majukan. What? Dua minggu lagi. Membayangkan statusnya yang akan berubah dua minggu lagi membuat nafas Alicia tercekat, bagaimana bisa dia menikah dan berbagi kehidupan dengan pria yang bahkan dia sendiri saja tidak kenal.

Pertemuan keluarga yang tadinya satu minggu lagi justru di majukan menjadi tiga hari lagi. Alicia terus mondar mandir tidak menentu sembari memutar otak nya.

Bagaimana caranya untuk menggagalkan pernikahan itu?

Bagaimana caranya dia bisa bebas?

Bagaimana caranya agar dia bisa melarikan diri?

Tapi setelah di pikirkan, bukankah lebih baik jika Alicia mengetahui wajah dari calon Suaminya. Akhirnya, setelah pusing memikirkan semua itu, Alicia menyambar tas nya dan keluar kamar.

Saat berjalan menuju luar, dia berpapasan dengan Ayesha yang baru kembali setelah kencan bersama Angga. Kencan. Lebih tepat nya Ayesha yang menganggap itu.

"Kak Alicia mau kemana?" Tanya Ayesha melihat kegelisahan di wajah Alicia.

Saat Alicia hendak menjawab, matanya terpaku dengan jaket yang di pakai oleh Ayesha, jaket nya tidak asing, itu sama seperti milik gadis yang bersama Angga di lampu merah."Itu jaket siapa?"Tanya Alicia curiga."Gue gak pernah lihat."

Ayesha tersadar, dia lupa mengembalikan jaket milik Angga."Ini punya aku kok, beberapa hari yang lalu aku beli."Kilah Ayesha, jantung nya berdegup kencang.

"Oh," Alicia hanya ber-oh saja, mungkin dia salah lihat."Gue ada urusan sebentar, kalo Bunda nyari bilang aja, Gue lagi pergi sama temen."

"Bunda mana?"

"Bunda lagi pergi sama temen nya, Gue duluan." Alicia pergi ke garasi, menyalakan mobil dan meluncur ke suatu tempat.

Sejak di perjalanan, dia sudah menghubungi seseorang tapi sambungan dari sana malah mati, Alicia menyerah, lebih baik dia bertemu langsung dengan orang itu.

Setelah menempuh perjalanan 25 menit, Alicia tiba di sebuah rumah mewah meski tidak seluas rumah nya. Tapi rumah itu terbilang cukup mewah, apa lagi kawasan nya ada di perumahan elite. Dan yang tinggal disana hanya orang - orang yang memiliki dompet tebal.

Alicia membunyikan klakson, security yang mengenal mobil Alicia langsung membukanya."Sore menjelang malam, Non Alicia."Seru Security dengan senyum ramah.

"Sore Pak Wido, Mama ada di dalam?" Tanya Alicia sopan.

"Semuanya ada kok, silahkan masuk saja, Non."

"Oke kalo begitu." Alicia memasukkan mobil dan memarkir nya di halaman.

Alicia turun dan langsung membuka pintu seperti yang biasa dia lakukan." I'm COMING, SPADA, YUHUUU,"Teriak Alicia heboh mengalihkan perhatian semua penghuni rumah itu."Mama?!"

Seorang wanita yang sudah berkepala empat, sedang duduk santai di sofa, di depan nya ada banyak foto beberapa wanita yang ingin dia jodohkan untuk putranya. Tapi suara hebat Alicia membuyarkan konsentrasi nya.

"Astaga Alicia, suaramu bisa merobohkan rumah ini." Sambil menggeleng - gelengkan kepala.

Alicia hanya menyengir kuda."Halo Mama, "Alicia menyalami saudara dari Ibu nya."Mama sehat?"

"Tadinya sih sehat, tapi setelah mendengar suara kamu sepertinya penyakit darah tinggi Mama kumat." Seloroh Citra, Alicia mengerucutkan bibirnya sebal.

"Ck, perasaan suara aku gak terlalu keras deh," Alicia memberengut, dia melirik banyak foto wanita seksi di meja."Widih, cantik - cantik bener nih, Mama mau cari madu buat Ayah."Celetuk Alicia yang mana membuat Citra meradang.

"Sembarang," Citra sudah melotot, Alicia hanya tertawa tanpa rasa bersalah."Mama lagi nyari jodoh buat Abang kamu, masa udah mau umur 27 belum juga punya pacar. Jangankan pacar, bawa cewek ke rumah aja gak pernah, Mama takut kalo Abang kamu jadi bujang lapuk."Alicia terkekeh mendengarnya.

"Percuma Ma," Alicia bicara santai sambil mengambil satu per satu foto itu."Bang Vino gak akan tertarik sama cewek - cewek ini, secara Bang Vino itu udah suka sama cewek lain."Tanpa sadar Alicia berucap, tapi dia segera menutup mulut nya.

"Jadi, Vino udah punya pacar?" Tanya Citra menyelidik.

"Enggak, bukan," Alicia menggeleng cepat."Maksud nya, Bang Vino kan sebelas dua belas sama Bang Leo, muka kulkas, dingin banget sama cewek. Sekalinya jatuh cinta, pasti akan setia. Kecuali di khianati."

"Masa sih?" Citra menyipitkan mata, mencari kebohongan dalam ucapan Alicia."Kamu bohong ya?"Tuding Citra.

"Ye, sih Mama, mana pernah aku bohong. Lagian ngapain sih Mama sibuk sama urusan Bang Vino, mending Mama urusin aku aja, lagi galau nih." Tiba - tiba Alicia memasang wajah sendu nya.

"Galau kenapa? Habis di tolak cowok?" Alicia melotot tak Terima dengan perkataan Mamanya.

"What?! Alicia Margaretha Erlangga di tolak. Hahahaha," Alicia tertawa sumbang."Gak ada dalam sejarah nya. Mana ada cowok yang bisa nolak pesona aku."

"Ya terus kamu galau kenapa?"

"Aku gak ada urusan sama Mama, aku dateng mau cari Bang Vino." Seru Alicia menyapu sekeliling rumah yang sangat sepi, mungkin hanya ada beberapa maid yang lewat untuk bekerja.

"Ck, salah tempat kamu. Rumah dia kan di perusahaan Daddy mu. Mana pernah jam segini Vino ada di rumah, paling - paling pulang kalo gak tengah malam ya dini hari."Citra memberengut, merasa frustasi sama putranya itu.

"Ya, gagal dong." Alicia menjadi lesu. Tapi detik kemudian, matanya berbinar saat melihat Vino yang baru dateng."Nah, itu Bang Vino?! "Alicia menunjuk Vino.

Citra mengikuti arah telunjuk Alicia, lalu dia mencibir." Inget rumah kamu, kirain udah lupa sama jalan pulang."

Vino memutar bola mata malas, pandangan nya beralih sama Alicia."Cia, kamu kenapa ada disini?"

Alicia bangkit dengan semangat dan menghampiri Vino, langsung menggandeng lengan pria itu."Aku ada urusan sama Abang."Tanpa aba - aba, Alicia menarik Vino menjauh, dia ingin berbicara empat mata sama Vino.

Mereka tiba di ruang baca, Alicia menutup pintu rapat. Vino memasang wajah curiga."Mau ngomong apa, cepetan!"

Alicia mendengus kesal."Dasar muka tembok,"Gumam nya pelan, tapi masih bisa di dengar oleh Vino."Oke, langsung ke intinya aja, aku minta foto calon Suami aku?!"

Vino menautkan alis, bingung."Kenapa minta ke Abang, kamu lupa siapa Abang?"

"Karena aku tau siapa Abang, makanya aku minta tolong. Secara Abang kan asisten kepercayaan Daddy, jadi pasti Abang tau siapa cowok yang mau Daddy jodohkan sama aku." Alicia memelas, dia sudah mencari foto keluarga Widiatama di internet tapi hanya ada pemimpin nya saja, sementara foto pewaris ( anak keluarga itu) sudah di hapus atas perintah Al. Alhasil, Alicia tidak tau tampang wajah nya.

Vino duduk santai disana."Kamu salah tempat, Abang gak tau apa - apa."Vino berbohong, jelas saja. Mana mungkin dia berani melawan Al.

"Oh gitu," Alicia menganggukan kepalanya beberapa kali."Ya udah, kalo Abang gak mau jujur, aku akan bongkar rahasia Abang ke Daddy."

Vino menatap Alicia dengan heran."Rahasia?Sejak kapan Abang punya rahasia?"

"Oh ya, jadi Abang masih mengelak. Oke, aku akan kasih tau Daddy alasan kenapa Bang Vino gak pernah punya pacar."

"Maksud nya?" Vino masih tidak mengerti.

Alisia mengetuk kuku jari telunjuk nya di dagu."Kira - kira reaksi Daddy gimana ya, kalo tau Bang Vino mencintai adek nya."

Mata Vino membulat sempurna."M-makaud nya?" Kali ini Vino sangat gugup, suasana menjadi mencekam.

"Aunty Rara... Bang Vino suka kan sama Aunty Rara," Vino menelan ludah susah paya, Alicia tersenyum melihat wajah Vino yang merah."Aunty Rara tau gak ya, kalo Bang Vino dalang di balik perceraian nya."

Vino kembali di buat terkejut."K-kamu?"

"Aku tau, Bang Vino kan yang udah kirim foto perselingkuhan Suaminya Aunty Rara biar Aunty bercerai dan Bang Vino punya kesempatan buat deketin Aunty Rara," Alicia menaik turunkan alisnya, melangkah semakin dekat dengan Vino."Gimana kalo kita bekerja sama!"