NovelToon NovelToon
Pacaran Setelah Menikah

Pacaran Setelah Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:267
Nilai: 5
Nama Author: Angguni

Tolong berhentilah menebar pesona hanya mata terpejam bisa kurasakan, jangan biarkan cahayamu membutakan banyak hati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angguni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perpisahan Sementara

Aku terus berjalan tanpa mengindahkan ucapan narsis dari Bobby. Percaya diri sekali dia. Bobby ternyata sudah berhasil mensejajarkan langkahku menuju tukang gula gula itu.

"Des, Desi.... "

Tak kuhiraukan panggilan dari Bobby.

"Des, labil....! "

Apa? Barusan dia bilang apa? Aku berhenti dan menatap ke arah Bobby. Dia malah memasang senyum maut. Ah.... elaahh! susah marah kalau punya suami ganteng gini.

"Tuh, kan, nengok kalau di bilang labil, hahaha".

" Gak lucu tahu! bang, gula gulanya satu ya".

"Ini, mba, tapi gula gulanya gak semanis mba, hehehe".

" Ah, abang bisa aja ", kataku dengan gaya sok malu malu dan belaga imut sedunia, hahaha.

" Ehhhhmmmm....., Abang gak tahu aja ini mba mba mulutnya pedes ".

Bugggghhhh! ku injak kakinya dengan tenaga dalam, hahaha.

" Aaaawww! Tuh kan, bang, Sadis banget ".

Bobby memasang wajah yang sok teraniaya. Ewwhhh, apa apaan?

" Assalamu'alaikum, Desi.... "

Aku sepertinya kenal suara yang memanggilku. Aku menoleh ke sumber suara. Dan ternyata, tepat sekali dugaanku.

"Eh.... hai,kak Dhika. Waalaikumsalam".

Bobby Pov

" Eh..... hai,kak Dhika. Waalaikumsalam ".

Hiiii, apa apaan? imut banget suaranya. Itu tadi siapa yang di panggil Dhika ya? Eh, Dhika? Aku menoleh. Benar saja, orang ini lagi yang dengan tega mengira aku akan bunuh diri.

" Desi, ngapain di sini sendirian? "

Apa? Dia bilang apa? sendirian? terus, aku ini apa? kapal itu, kan? "

Apa? orang ini bilang apa? aku bocah yang berniat bunuh diri? oh, ya Allah, beri hamba kesabaran menghadapi orang menyebalkan ini. Ku lirik Desi. Wajahnya sudah merah menahan tawa. Huh, awas saja!

"Maaf ya, bang. Gua bukan bocah dan gua gak pernah ada niat bunuh diri. Assalamu'alaikum! "

Aku melangkah pergi . Tapi, tunggu dulu! Desi mana? Aku menengok ke belakang Desi masih tersenyum kepada laki-laki itu. oh, Desiiii!!

"Sayang, ayo buruan! kasian anak kita ntar nangis di rumah".

" Kamu gak demam, kan? "Samar ku dengar suara Desi yang menggemaskan.

Wkwkwk, kupastikan dia makin kesal. Salah sendiri kenapa orang itu berani mengejekku di depan Desi. Kan tengsin, hahaha.

Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman, tepat di bawah pohon rindang. Angin berembus membelai kulit lembut ku. Eh? Ewwwwhhh, apaan sih! Aku jadi sok puitis gini, wkwkwk.

Maksudku, aku mengajak Desi duduk di bawah pohon yang rindang biar dia tidak kepanasan. Dengan wajahnya yang sudah kusut begini, siapa tahu kalau tertiup angin, jadi rada rapi dan tertata. Eh, ini apa sih?

"Aku mau dong, Des"

"Apa? "

"Itu" Aku memajukan bibir menunjuk gula gula di tangannya.

"Ih, dasar Bobby mesummm!!! Ini kan tempat umum".Desi spontan menutup mulutnya dengan tangan kirinya. Salah fokus ini msh di Desi.

" Kayaknya yang mesum kamu deh, sayang. Kan aku nunjuk gula gula, kenapa malah tutup mulut? Emmmm...., atau jangan jangan kamu.... "

"Mas.....!!! Desi mendelik gemas ke arahku.

Hahaha, lucu sekali istriku ini.

Desi Pov

" Emmm, Desi. Kamu seriusan ntar sore balik ke Makassar?.

Baru saja menggodaku, sekarang nada bicaranya sudah berubah serius. Dasar labil!

"Yaelah, mas, kan udah kita bicarakan dari kemaren".

" Iya sih, aku anter ya".

"Apa sih, mas? Gak usah ah.... Kalau mau anter, sampai pelabuhan aja".

" Kenapa gak naik pesawat aja? "

Ku sandarkan kepalaku di bahunya. Bobby selalu begini, khawatir berlebihan.

"Aku kan udah bilang, mas, aku pengen naja sekali lagi ada di selat Sunda untuk mengenang semuanya. Dari sana, aku belajar banyak sampai bisa kayak sekarang ini".

Kurasakan Bobby menarik napas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Aku hafal, dia sedang menekan egonya saat ini.

"Ya, oke, terserah kamu. Tapi janji..... jangan nangis lagi di Sana. Janji kamu harus selalu bahagia ya".

. Aku merasa Bobby mengecup puncak kepalaku dengan lembut.

" Apaan sih, mas? Melow banget, hahaha ".Aku berlari meninggalkannya.

" Dasar abege meseum! "Aku mencabik. " Udah yuk, buruan balik! "

Bobby mensejajarkan langkahnya denganku. mengenggam tanganku, dan mengisi celah jemariku.

Angin laut berembus kencang. Bobby dan Desi berjalan beriringan di jembatan pelabuhan dalam keheningan. Tidak satu pun ingin membuka suara. Mereka asyik dengan kesedihan masing-masing. Sedih dengan perpisahan yang di rencanakan. Perpisahan yang terlahir dari kecerobohan, bermula dari kasih sayang yang mendalam.

Hari ini, perpisahan memang harus terjadi. Rasanya cinta sedang di uji, kesetiaan dalam menanti, cinta terhadap Nya yang harus di junjung tinggi. Langkah membawa mereka semakin mendekat pada selat pemisah raga, tapi tidak dengan hati da rasa. Jemari masih bertaut, seakan mengisyaratkan bahwa mereka tak menginginkan adanya perpisahan, tak ingin ada yang pergi ataupun di tinggalkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!