"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Sedetik Cinta di tanah nabi
Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit
Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..
Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Berita Viral
Sambutan meriah dari kolega Rani yang ada di rumah sakit itu membuat wanita bercadar ini sangat terkesan. Namun tidak sedikit diantara rekannya yang sangat cemburu dengan Rani.
"Selamat datang Bu Hajjah...!" goda sahabat Rani seraya memberikan buket bunga yang sangat cantik untuk Rani.
"Terimakasih Sherin. Apakah pasien ku semuanya baik?" tanya Rani karena beberapa pasiennya di handle oleh dokter Sherin.
"Mereka begitu cerewet saat aku melakukan USG pada kandungan mereka. Mereka selalu komentar dengan penanganan ku. Katanya tanganku kurang cekatan lah, kurang adem lah, kurang ini itu. Tidak sama seperti dokter Rani. Dan itu membuat ku kesal. Dan terlebih lagi ada yang tidak mau di operasi olehku dan mau menunggu dokter Rani," curhat Sherin membuat Rani terkekeh.
"Biasalah...! Bawaan ibu hamil itu manja banget. Jadi dinikmati aja keluhan mereka. Hitung-hitung nambah pahala sabar," ucap Rani.
"Aduh....! Ada jamaah haji Indonesia sedang viral ini. Katanya pelukan sama pangeran Arab. Kok mirip dokter Rani ya....!" celetuk Nova melihat ke arah Rani dan Sherin yang sedang ngobrol.
Rani tercekat namun sedetik kemudian ia bisa menguasai perasaannya. Ia pun tidak mau menanggapi berita itu karena benar adanya.
Bersamaan dengan itu panggilan telepon masuk dari Khalid membuat Rani segera menjauhi teman-temannya.
"Apa kabar bidadari bercadar ku...!" tanya Khalid begitu kedua saling mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Sepertinya kurang baik, Khalid," ucap Rani.
"Apakah kamu sakit?" tanya Khalid kuatir.
"Bukan sakit tapi sangat terganggu dengan berita viral tentang kita," sahut Rani.
"Tidak usah kuatir. Berita itu tidak akan bertahan lama dalam satu hari ini karena akan dihapus dan diblokir oleh Kominfo Indonesia. Aku sudah meminta mereka melakukan pemblokiran pemilik akun-akun yang jahil itu," ucap Khalid.
"Tapi, bagaimana dengan media? pasti mereka juga akan menyebarkan berita ini kalau tahu aku dekat dengan siapa," ucap Rani.
"Kenapa harus merasa terganggu dengan berita viral itu sayang? kita tidak sedang melakukan hal yang memalukan dan aku akan membuat mereka lebih iri padamu karena aku akan menikahi mu secepat mungkin biar beritanya tambah viral," ucap Khalid.
"Aisshh ...! Kau ini selalu memudahkan tiap masalah," ucap Rani.
"Aku harap berita ini tidak membuatmu setres. Karena mereka yang tidak suka padamu akan membuat mu seakan seperti pelaku maksiat. Ayolah sayang...! Mana tawa renyah mu itu, hmm? Aku sangat kangen," hibur Khalid.
"Baiklah. Semoga saja aku bisa melewati bullying dan nyinyiran mereka padaku hari ini," ucap Rani.
"Sayang. Menghadapi orang toxic itu hanya satu yaitu diam. Dengan kamu hanya berdiam saja itu adalah sesuatu yang lebih menyakitkan mereka karena kamu tidak memberi mereka panggung untuk mengolok-olok dirimu," nasehat bijak Khalid.
"Betul juga katamu sayang. Tidak sia-sia aku menerima mu sebagai calon suami ku," balas Rani disertai tawa renyah nya yang sangat disukai Khalid.
"Nantikan keberuntungan dariku selanjutnya sayang. Kamu tidak sendiri dan jangan takut berhadapan dengan orang toxic. Mereka hanya ingin bermain-main denganmu agar gonggongan mereka di dengar olehmu. Anjing sendiri akan mati kutu saat melihat orang yang ia gonggong tidak bergeming mendengar gonggongan nya," ucap Khalid.
"Jadi kamu mau bilang padaku kalau aku harus menganggap mereka seperti anjing?" tegas Rani.
"Kenapa tidak? Janganlah hatimu dengan bersikap tegas pada mereka. Dengan begitu kau tidak akan mudah disakiti oleh mereka," lanjut Khalid.
"Kadang kita tidak bisa mendeteksi mana teman yang tulus maupun yang toxic. Kadang mereka menepuk pundak kita dengan menyimpan belati di belakangnya," lanjut Khalid.
"Baiklah. Akan lebih sehat lagi jika hatiku dijaga langsung oleh suamiku. Lalu kapan kamu akan menemui Daddy ku, Khalid?" tanya Rani diujung kalimatnya membuat Khalid harus menarik nafas panjangnya. Ia tidak menyangka Rani akan menanyakan hal seserius itu.
"Nanti sayang kalau pekerjaan ku lebih longgar. Untuk saat ini aku masih sibuk," ucap Khalid memberi alasan logis pada Rani yang hanya bisa mendesah resah.
"Ok, semoga Daddy menerimamu Khalid atau aku akan di jodohkan dengan pria pilihannya," ucap Rani sendu.
"Jangan berpikir buruk seperti itu. Doakan agar hubungan kita di ridhoi Allah dan selanjutnya daddy mu bisa aku taklukkan. Insya Allah." Keduanya mengobrol beberapa hal lain lalu berakhir dengan salam sayang untuk mengakhiri obrolan mesra mereka.
...----------------...
Beberapa hari kemudian berita viral itu berhembus begitu saja dari layar ponsel netizen Indonesia. Namun berita itu sempat terdengar oleh tuan Farouk.
Ia meminta asistennya Darwis untuk menyiapkan jet pribadinya. Darwis tampak bersemangat karena ia juga sangat merindukan Rani.
"Tuan...! Ada tamu untuk anda," ucap sekertaris tuan Farouk membuat tuan Farouk mengernyitkan dahinya.
"Bukankah aku sudah katakan padamu kalau aku mau menemui putri ku di Jakarta?" geram tuan Farouk.
"Tapi pria itu memaksa ingin menemui anda karena tawaran anda yang ingin menggantikan tuan Darwis sebagai asisten pribadinya tuan, bukan?" ucap nona Paula.
"Baiklah. Suruh dia masuk...!" titah tuan Farouk lalu menghubungi lagi Darwis untuk menunda keberangkatannya dua jam lagi.
Tuan Farouk baru ingat kalau dia sendiri ingin mencari asisten pribadinya yang jujur dan amanah. Sementara Darwis akan ia nikahkan dengan putrinya Rania. Ia sudah mengamati perangai pria itu yang sangat cocok dengan kriteria nya.
"Assalamualaikum...!" sapa pria yang sangat tampan itu pada Farouk yang masih sibuk dengan ponselnya.
Ia memberi isyarat pada pemuda yang baru masuk itu untuk duduk di hadapannya." Perkenalkan dirimu sedetail mungkin agar aku yakin kamu pantas untuk menjadi asisten pribadiku...!" titah tuan Farouk.
"Baik tuan! dengan senang hati." Pemuda itu menjelaskan biodata dirinya dan ilmu apa saja yang bisa ia kuasai untuk bisa menjadi asisten pribadi seorang mafia. Tuan Farouk menatap dengan tenang wajah teduh nan tegas pria di hadapannya itu. Menyimak setiap ucapan lembut dan tertata dengan baik.
Tuan Farouk yakin kalau pria tampan dihadapannya ini bukan datang dari kalangan orang biasa. Apalagi seorang mafia yang sudah berpengalaman dalam dunia yang keras membuatnya mudah membaca watak seseorang.
"Jadi kamu bisa menguasai 15 bahasa dari berbagai negara?" tanya tuan Farouk karena pemuda itu menyebutkan bahasa Indonesia yang sangat ia dalami.
"Baiklah. Aku senang sekali kamu bisa menguasai bahasa Indonesia karena aku sendiri yang pernah menikahi seorang wanita Indonesia tidak begitu fasih bicara bahasa tersebut.
"Tuan silahkan diminum kopinya...!" ucap sekertaris Paula yang begitu terpesona dengan kehadiran tamunya tuan Farouk.
"Silahkan di minum...!" ucap tuan Farouk sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Terimakasih tuan. Tapi apakah saya boleh tanya sesuatu tuan?" ucap pemuda itu santun sambil memegang cangkir kopinya.
"Silahkan....!"
"Mengapa anda mencari asisten pribadi lagi? Apakah asisten anda sebelumnya sudah tidak mau bekerja dengan anda atau memang sudah anda pecat?" tanya pemuda tampan itu kepo.
"Oh itu. Kebetulan sekali aku ingin pulang ke Indonesia untuk menikahkan putriku dengan asisten pribadiku itu. Namanya Darwis," ucap tuan Farouk membuat sang pemuda tidak sengaja menumpahkan kopinya di atas pahanya.
"Astagfirullah....!" pekik pemuda itu merasa pahanya seakan terbakar.