NovelToon NovelToon
Skandal Cinta Tuan Muda

Skandal Cinta Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Berondong / Office Romance
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: itsclairbae

Nadira Elvarani yakin hidup pahitnya akan berakhir setelah menerima lamaran Galendra, lelaki mapan yang memberinya harapan baru.
Tapi segalanya berubah ketika ia terlibat skandal dengan Rakha Mahendra—anak bos yang diam-diam menginginkannya—menghancurkan semua rencana indah itu.
Di antara cinta, obsesi, dan rahasia, Nadira harus memilih: hati atau masa depan yang sudah dirancang rapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon itsclairbae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 — Sebelum Semua Terlambat

Galendra tidak tinggal diam setelah Nadira menghilang. Ia mencari ke semua tempat yang diketahuinya, bahkan memarahi Keira habis-habisan karena telah mengatakan hal yang tidak seharusnya.

Namun, sekeras apa pun usahanya, Nadira tetap tidak ditemukan. Galendra mulai putus asa karena hari pernikahan mereka semakin dekat, sementara mempelai perempuan justru menghilang entah ke mana.

Di tengah keputusasaannya, seseorang tiba-tiba masuk ke ruangannya dan meletakkan sebuah amplop cokelat di atas meja.

"Kamu harus lihat ini," ujar orang itu—Keira, yang datang setelah menemukan sesuatu yang bisa membuat Galendra menyesal telah memarahinya.

Galendra semula tidak berniat membuka amplop yang disodorkan Keira, tetapi begitu tahu isinya berkaitan dengan Nadira—calon istrinya—rasa penasarannya pun tumbuh.

"Kamu mau tahu di mana calon istrimu, kan?" tanya Keira.

Dengan cepat, Galendra membuka isi amplop itu. Ia tidak tahu dari mana Keira mendapatkannya, tetapi jika menyangkut Nadira, ia tidak bisa begitu saja mengabaikannya.

"Apa ini?" tanya Galendra begitu melihat isinya.

Di dalam amplop itu terdapat banyak foto Nadira. Namun, Nadira tidak sendiri. Di sampingnya berdiri seorang lelaki, dan mereka tampak sangat bahagia.

“Kamu lihat saja itu apa,” ucap Keira dengan nada sinis. Perempuan yang menjadi alasan Galendra memarahinya ternyata sedang menjalin hubungan dengan lelaki lain—bahkan tinggal bersama dalam satu vila.

“Kamu pikir calon istrimu baik? Dia bahkan lebih buruk dari aku!” lanjutnya, sengaja agar Galendra meragukan Nadira dan rencana pernikahan mereka.

Padahal, alasan di balik putusnya hubungan mereka di masa lalu adalah karena Keira berselingkuh—bahkan sampai tidur dengan pria selingkuhannya. Namun kini, Keira berbicara seolah dirinya jauh lebih baik daripada Nadira.

“Di mana Nadira?” tanya Galendra, mengabaikan ucapan Keira.

Ia mungkin terluka melihat Nadira bersama lelaki lain, tetapi ada juga rasa lega yang tidak bisa ia jelaskan—karena setidaknya Nadira terlihat baik-baik saja di dalam foto itu.

“Di vila daerah Pangandaran, tapi dia—”

Belum sempat Keira menyelesaikan kalimatnya, Galendra sudah lebih dulu bangkit. Lelaki itu berniat pergi—menuju tempat di mana calon istrinya berada.

“Dia bersama lelaki lain, Galen!” teriak Keira, kesal. Ia mengira Galendra akan marah dan membatalkan niat untuk bertemu Nadira. Namun, kenyataannya justru sebaliknya—Galendra ingin menyusulnya.

“Haish, sial!” umpat Keira frustasi. Ia sudah bersusah payah mendapatkan foto-foto itu, tapi kini Galendra justru akan menemui calon istrinya, dan pernikahan mereka mungkin saja tetap terlaksana.

Meski kemungkinannya kecil, kemungkinan tetaplah kemungkinan. Keira tidak ingin usahanya menggagalkan pernikahan Galendra dengan calon istrinya berakhir sia-sia.

“Kalau dia masih luluh dan kembali pada Galen, akan kupastikan nama baiknya hancur,” gumamnya, lalu melangkah keluar dari ruang kerja Galendra.

***

Sementara itu, Nadira tengah menikmati kebersamaannya dengan Rakha. Tidak satu pun dari mereka menyadari bahwa selama beberapa hari terakhir, seseorang diam-diam mengamati—dan memotret mereka untuk dikirimkan kepada Keira.

“Apa kamu tidak memikirkan Galen sama sekali?” tanya Rakha tiba-tiba.

Ia memang merasa bahagia selama beberapa hari terakhir—karena Nadira selalu berada di sisinya. Namun tetap saja, ada yang terasa ganjil. Rasanya mustahil jika Nadira tidak memikirkan calon suaminya, atau setidaknya memikirkan pernikahan yang seharusnya berlangsung empat hari lagi.

“Maksud kamu, aku merindukan Galen atau tidak?” tanya Nadira, merasa ambigu dengan pertanyaan Rakha dan ingin memastikan apa yang sebenarnya ingin lelaki itu ketahui.

Rakha berdeham. Ia tidak menyangka Nadira akan menanggapi sejauh itu. Yang ia tanyakan hanyalah apakah Nadira tidak memikirkan Galendra—bukan tentang apakah ia merindukannya atau tidak.

“Jadi, kamu merindukan Galen?” tanya Rakha, berusaha tampak tenang meski hatinya terasa sedikit terbakar oleh pembahasan tentang Galendra—dan rindu.

Nadira tersenyum, menyadari perubahan kecil pada wajah Rakha. Ia tidak mengerti, mengapa Rakha harus membahas Galendra jika ternyata masih sesensitif itu terhadap topik yang mereka bicarakan.

“Aku tidak memikirkan ataupun merindukan dia,” ucap Nadira akhirnya. Ia lalu memeluk lengan Rakha, berharap gestur kecil itu bisa mengubah suasana hati lelaki itu yang mungkin memburuk akibat pembicaraan mereka.

Rakha hanya tersenyum—atau lebih tepatnya, memaksakan senyum di depan Nadira. Ia ingin bersikap biasa saja, tetapi entah mengapa, hatinya tidak pernah benar-benar tenang setiap kali menyangkut Galendra. Ia tahu, tadi dirinya sendiri yang memulai pembahasan itu, dan kini ia menyesal.

Nadira sadar bahwa apa yang ia lakukan belum sepenuhnya membuat Rakha tenang. Ia bisa melihatnya. Perubahan sikap Rakha setelah mereka membahas Galendra memang hanya sedikit, tetapi Nadira yang memahami detail ekspresi lelaki itu bisa merasakannya.

“Aku benar-benar tidak merindukan Galen, Rakha. Kalau yang kamu maksud apakah aku memikirkan pernikahan yang kemungkinan batal, aku juga tidak terlalu memikirkannya,” jelasnya.

Nadira melirik Rakha sekilas, mencoba memastikan apakah ia perlu melanjutkan pembicaraan itu atau tidak. Dan akhirnya, ia memilih untuk melanjutkannya.

“Aku sempat berpikir bahwa seharusnya aku tidak mempermasalahkan masa lalu Galen—tentang dia yang pernah tidur dengan mantannya—karena itu hanya bagian dari masa lalu.”

“Maksud kamu, kamu sempat berpikir untuk tetap melanjutkan pernikahan kalian?” tanya Rakha, menyela pernyataan Nadira.

Refleks, ia menjauhkan diri dari Nadira. Pikirannya dipenuhi kemungkinan bahwa waktu yang telah mereka habiskan bersama selama ini tidak berarti apa-apa—karena Nadira rupanya masih mempertimbangkan untuk tetap menikah dengan Galendra.

Namun, Nadira dengan cepat menggeleng, berusaha menyangkal asumsi itu.

“Bukan itu maksudku. Aku tidak pernah berpikir untuk melanjutkan pernikahan kami—justru sebaliknya. Aku memikirkan hal lain.” Ia menatap Rakha dalam-dalam, berharap lelaki itu mau mendengarkan penjelasannya.

“Aku sadar... aku tidak seharusnya marah atau kecewa. Karena kenyataannya, aku sama saja dengan Galen. Bahkan, kita—aku dan kamu—melakukannya saat aku masih dalam persiapan menikah dengan Galen,” ucap Nadira, penuh harap agar Rakha mengerti maksudnya kali ini.

“Kamu melakukannya karena pengaruh obat yang aku masukkan ke dalam minumanmu,” ucap Rakha pelan. Ia tidak hanya mengingatkan, tapi juga secara tidak langsung memberi ruang bagi Nadira—jika memang ingin kembali pada Galendra tanpa rasa bersalah.

Meskipun dalam hatinya, ia tidak benar-benar menginginkan hal itu terjadi.

Namun Nadira menggeleng perlahan, tatapannya tetap pada Rakha.

“Tapi yang terjadi setelahnya... bukan karena pengaruh obat,” ucapnya tegas, menolak anggapan bahwa semua yang terjadi di antara mereka hanyalah akibat paksaan atau keadaan yang dimanipulasi.

Rakha menghela napas pelan.

“Aku juga memaksa menciummu,” ujarnya lagi, menyebut hal lain yang tidak pernah benar-benar Nadira inginkan, tetapi tetap terjadi karena paksaan darinya.

“Tapi aku menikmatinya,” ucap Nadira, menyangkal bahwa semuanya hanyalah paksaan. Tidak semua yang terjadi di antara mereka lahir dari keterpaksaan. Bahkan saat terpaksa pun, Nadira tetap menikmatinya.

Setelah itu, keheningan menyelimuti mereka. Rakha tidak menyangka bahwa Nadira akan mengakui telah menikmati paksaan darinya.

1
Syaira Liana
lanjutt kak
Rian Moontero
mampiiir🖐🤩🤸
Syaira Liana
awas aja keira 😡😡😡😡
Syaira Liana
sebel banget sama keira 😡😡😡
ALRININGSIH ALRININGSIH
awal cerita yang bikin penasaran 😊
Clair Bae: Makasih udah mampir ❤
total 1 replies
Asphia fia
mampir
Clair Bae: Terimakasiu sudah mampir, semoga suka sama ceritanya 🙏
total 1 replies
Syaira Liana
lanjuttt kaka
Syaira Liana
Luar biasa
Clair Bae: Terimakasih sudah memberi ulasan ❤
total 1 replies
Susanti
semangat
Clair Bae: Terimakasih banyak ❤
total 1 replies
Trà sữa Lemon Little Angel
Jangan sampai ketinggalan!
Diva Rusydianti
Seru banget! Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya!
Beerus
Suka banget sama buku ini. Jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!