Azzam Syauqi Atharis pria yang dulunya memilik sifat ceria dan jahil berubah menjadi sosok pria dingin setelah tragedi na'as yang terjadi di dalam keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joelisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Setelah menandatangani kontrak. Kesya dan Leo masih berhadapan. Kesya yang masih duduk di hadapan Leonard Wilson, pria yang namanya saja sudah membuat jantungnya berdegup kencang. Ruangan yang luas dan megah itu terasa semakin sempit di bawah tatapan dinginnya. Udara sekitar seakan membeku. Namun Kesya berusaha mencoba menenangkan diri. Dia tidak bisa menunjukkan kegugupannya,tidak disini, tidak di hadapan pria ini.
Leo dengan rahang tegas dan mata hitam yang tajam, memandang Kesya seolah sedang mengukur setiap inci dari keberadaannya. Tangannya yang besar memegang selembar kertas kontrak yang akan mengubah hidup Kesya selamanya.
Leo bersandar di kursinya, tatapannya lurus kedepan menatap Gadis yang ada di hadapannya.
"Saya butuh seseorang yang bisa menjadi mitra saya, bukan hanya dalam hal bisnis, tapi juga dalam kehidupan. Saya butuh seorang istri yang memahami dunia saya, dan saya rasa anda cocok untuk peran itu. Pernikahan ini akan menguntungkan kita berdua anda akan dapat perlindungan dan sumber daya yang anda butuhkan untuk mengembangkan karir anda, dan saya akan mendapatkan mitra yang bisa saya percaya."
Kesya menatap kontrak itu, pikirannya berputar liar. Ini adalah kesempatan besar, tapi juga resiko yang besar. Kesya mengangguk dia berdiri mengambil kontrak itu, dan berbalik menuju pintu.
"Kesya.."
suara Leo membuatnya berhenti di tempat." Ini bukan hanya tentang bisnis. Ini tentang kekuasaan, tentang membangun sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri. Dan saya rasa, anda memiliki potensi untuk menjadi bagian dari itu."
Kesya tidak menoleh, tapi kata-kata itu terngiang di kepalanya. Dia keluar dari ruangan itu dengan langkah yang berat, kontrak di tangannya terasa seperti beban yang tak tertahankan.
Kesya berjalan keluar pikirannya masih berkecamuk
Dia tak bisa percaya apa yang baru saja terjadi. Kontrak pernikahan? Dengan Leonard Wilson ? Ini seperti mimpi yang tiba-tiba menjadi kenyataan. Tapi di balik kebingungannya ada sesuatu yang menggelitik di benaknya. Ini adalah kesempatan untuk lepas dari budenya dan ia tidak perlu menikah dengan pria tua itu.
Kesya membuka ponselnya,membaca pesan yang belum sempat ia balas. Pesan dari budenya.
"Baiklah, jika ini satu-satunya cara untuk lepas dari pernikahan gila itu, maka aku akan melakukannya."
Dia mengetik pesan singkat pada Leo,tadi ia sudah mendapatkan nomer pria itu.
-Kesya-
Saya ingin mengajukan satu syarat.
Beberapa detik kemudian balasan datang .
-Leo-
Saya mendengarkan.
Kesya menarik nafas dalam-dalam lalu mengetik lagi.
-Kesya-
Saya ingin pernikahan ini di rahasiakan. Tidak ada yang tahu sampai saya siap.
Ada jeda sejenak sebelum balasan Leo muncul.
-Leo-
Setuju. Tapi ingat kesya begitu kita menandatangani kontrak ini, tidak ada jalan kembali.
Kesya menatap layar ponselnya, rasa takut dan keberanian bercampur menjadi satu dia tahu ini adalah langkah yang beresiko, tapi dia juga tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk mengubah hidupnya selamanya.
Tidak ada jalan kembali? Bisiknya pada diri sendiri, sebelum mengetik balasan terakhir.
-kesya-
Saya siap.
Di ruangannya Leo tersenyum puas setelah membaca balasan dari Kesya. Ia memang sudah tertarik dengan wanita itu sejak pertemuan pertama mereka, dan takdir mempertemukannya kembali.
Leo merasa tidak rela saat dengan tidak sengajanya ia mendengar perkataan Kesya tempo hari bahwa ia akan di nikahkan dengan pria yang umurnya jauh di atasnya. Leo sempat berpikir ingin menolongnya secara diam-diam dengan melunasi hutang budenya pada pria itu. Tapi saat ia pulang malam itu dan ibunya bersikeras memintanya untuk menikah,akhirnya ia memilih mengambil langkah ini.
Dengan alasan nikah kontrak, dirinya bisa mendapatkan Kesya sekaligus menyenangkan hati ibunya yang ngebet ingin memiliki menantu.
*
*
*
Keesokan harinya.
Kesya kembali menemui Leo di ruangannya. Karena asisten pribadi Leo menghubunginya setengah jam yang lalu.
Kesya kembali di hadapkan dengan laki- laki dengan aura misterius yang mendominasi, mata yang saling bertemu. Anggukan lembut dari Kesya tanpa kata menandakan persetujuan kesepakatan kontrak yang telah di bicarakan sebelumnya.
"Ayo," ucap pria itu, lalu beranjak pergi dari ruang kantornya.
Kesya buru- buru mengejarnya." Kemana?" Tanyanya dengan langkah tergesa.
Di dalam lift, bersama Leo dan Jonathan asistennya. Kesya mendengar jawaban yang membuatnya terpaku.
" Kantor catatan sipil. Kita menikah hari ini."
Mata Kesya membulat. Pernikahan? Hari ini?! Namun tatapan Leo yang dingin membuatnya sadar bahwa pria itu tak kan menerima penolakan. Tanpa pilihan yang lain Kesya hanya bisa mengikutinya.
Prosesnya berlangsung begitu cepat. Beberapa tanda tangan, beberapa photo, dan tiba-tiba mereka sudah resmi menjadi pasangan suami istri di mata hukum. Semuanya terasa seperti mimpi.
Setelah keluar dari kantor pencatatan sipil, Leo menoleh padanya. "Sekarang kita sudah menikah. Tinggallah bersamaku."
Kesya tertegun.
Leo menyerahkan dokumen pernikahan mereka pada asistennya lalu kembali menatap Kesya." Aku akan menjamin semua kebutuhanmu."
Kesya menghela nafas. ia sadar, tinggal bersama adalah hal yang wajar setelah menikah.
" Baik." Jawabnya singkat.
"Jangan panggil aku dengan sebutan yang bisa membuat orang curiga, apalagi di hadapan kedua orang tuaku." Tegas Leo.
Kesya mengerjap bingung."Apa?"
"Kita ini suami istri. Tidak perlu terlalu formal." Leo menatapnya dalam." Panggil aku, Mas."
Pipi kesya merona. Dengan sedikit tergagap, ia akhirnya berkata." M-mas."
Senyuman tipis tersungging di bibir pria itu." Itu lebih baik."
Detik berikutnya, ia melirik arlojinya."Aku harus kembali ke kantor, kau sendiri mau kemana?"
"Aku harus kembali ke kontrakan untuk mengurus beberapa hal, setelah itu. Aku akan ke tempatmu."
Leo mengangguk." Aku akan mengirimkan alamat rumahku nanti." Ia menambahkan dengan nada serius,"Ingat, sekarang kau adalah nyonya wilson. Jika ada masalah langsung hubungi aku."
Setelah mengatakan itu, Leo pergi.
Di dalam taksi, Kesya menatap kosong keluar jendela."Aku menikah begitu saja."bisiknya dalam hati. Semua terjadi begitu cepat.
*
*
*
Kesya sampai di kosannya, namun baru saja ia hendak membuka pintu kosannya___
"Hai Sya!"
Suara seseorang yang Kesya kenal membuatnya mendesah dalam hati." Ahh,...Sera."
Kesya menoleh tanpa ekspresi. Sera berjalan mendekatinya,dan berhenti tepat di hadapan.
"Sya! Aku mau ngomong sama kamu!"
"Kenapa mencariku?"
Dahi sera berkerut. Biasanya Kesya akan marah atau bahkan mencacinya jika bertemu tapi kali ini...gadis itu bersikap dingin dan tak perduli.
"Kenapa wajahmu begitu?" Kesya bertanya tenang.
Sera menaikan alisnya, ia menyodorkan undangan yang sejak tadi ia pegang kepada Kesya. Dan gadis itu hanya menatapnya tanpa minat.
Melihat Respon Kesya yang diam saja tanpa niat menerima undangan yang dia sodorkan, Sera beralih meletakkan undangan tersebut di atas meja yang ada di depan kamar kos Kesya.
"Datanglah ke pesta ulang tahunku, aku mengundangmu karena bagaimana pun juga dulu kita pernah sangat dekat."
Kesya membuka kamar kosannya, lalu masuk dan langsung menutup pintu tanpa memperdulikan Sera yang mencak-mencak di depan kamarnya.
"Sialan!" Sera menghentakkan kakinya lalu berbalik dan pergi.
Kesya terdiam sejenak, membiarkan keheningan yang mencekam menyelimuti ruangan. Sebenarnya dada Kesya di penuhi emosi yang di sembunyikannya.
Begitu Sera benar-benar pergi, Kesya berjalan menuju jendela kamarnya yang menghadap parkiran dari situ Kesya dapat melihat Sera berlari ke sebuah mobil yang sudah menunggu.
Dari balik kaca depan yang transparan dia bisa melihat Sera memeluk Felix. Bahkan mereka tak malu-malu bertukar kecupan mesra di tempat umum.
"Benar-benar menjijikkan"
Kesya kembali fokus pada niat awalnya untuk berkemas, ia memasukkan barang-barangnya ke dalam koper. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Kesya keluar dari kosan. Mengembalikan kunci kosan pada ibu kos, lalu memanggil taksi.
Sebelum benar-benar pergi Kesya menatap undangan yang masih ada di atas meja. Ia menghela nafas kemudian mengambil undangan tersebut dan memasukkannya ke dalam tas.
" Ke alamat ini, pak." Katanya menyerahkan ponsel pada supir.
" Siap nona."
Baru saja dia bersandar di kursi, sebuah pesan masuk.
-Leo-
Masih lama?
-Kesya-
Dalam perjalanan.
- Leo-
Oke, hati-hati
Dua kata itu membuat Kesya tertegun.
Hati-hati.
Sebuah perhatian kecil yang belum pernah dia dapatkan, bahkan dari Felix.
Jari- jarinya melayang di atas layar.
Ya, terimakasih
Tidak. Terlalu kaku. Hapus.
Kamu juga.
Aneh. Hapus lagi.
Setelah beberapa detik ragu, Kesya akhirnya memutuskan menutup ponselnya tanpa membalas.
Perjalanan memakan waktu sekitar dua puluh menit, saat taksi tiba di depan gerbang perumahan mewah, laju kendaraan mereka di hentikan.
" Ingin kemana?" tanya seorang satpam.
Kesya menurunkan jendela dan menunjukkan alamat." Kesini, pak."
Satpam itu terkejut lalu, menatap Kesya dengan ekspresi bingung." Nona, bisa nyatakan tujuan anda?"
Kening Kesya berkerut. Mungkin ini prosedur keamanan biasa. Maka, dia menjawab dengan tenang."Itu rumah suami saya, Tuan Leonard Wilson."
Untuk memperkuat ucapannya dia mengeluarkan kartu akses rumah Leo yang tadi pria itu berikan.
Mata satpam membelalak. Dia langsung berdiri tegak dan memberi hormat. "S-saya mengerti. silahkan lewat, Nona!"
Kesya mengangguk sopan, lalu taksinya kembali melaju.
Sementara itu, satpam masih kebingungan." Tuan muda Leo sudah menikah?! Ini berita besar!"
Begitu melewati gerbang Kesya menatap takjub deretan rumah mewah di sepanjang jalan. Satu pandangan saja cukup untuk menyadarkan bahwa lingkungan ini di huni oleh orang-orang kelas atas.