bagaimana menurut kalian tentang semua kisah yang mungkin tak akan kalian lihat dan alami selagi di dunia ini.
kisah yang mungkin tak akan di percaya banyak orang, tapi berbeda dengan satu wanita ini.
Dia adalah Mak Ijah, seorang wanita sepuh yang terkenal sebagai seorang pemandi Jenazah yang ada di kampung Sugihdadi.
wanita yang menjadi saksi bagaimana seorang meninggal dunia dan mendapatkan sebuah balasan.
bagaimana dia bisa menjalani aktivitas nya setiap hari?
bagaimana Mak Ijah menghadapi semua yang dia lihat, yang di alami para jenazah yang dia tangani?
ikuti kisahnya dalam novel baru author ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon meidina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tak wajar ya
suasana pagi ini sangat tidak enak, ada hawa dingin dan menusuk yang tak seperti biasa.
Sekar sudah memakai kalung yang di berikan oleh suaminya, dan dia juga mendapatkan doa sebelum pergi melayat.
Zaka juga melayat tapi tak bisa lama karena dia ada tugas piket pagi itu, yang meninggal kalo ini adalah seorang janda yang memang sudah cukup tua.
jadi saat dia meninggal dunia tak ada yang curiga, tapi Mbah Tejo tak terlihat santai saat ini.
"Ada apa Mbah, kenapa kok kelihatannya kok ada yang aneh," tanya anak dari wanita itu.
"tidak ada le, sudah siap tempat untuk memandikan jenazah ibu mu? karena tak baik terus menundanya lagi," kata Mbah Tejo.
"iya Mbah sudah, adik juga sudah mau sampai jadi tak perlu menunggu lagi,"jawab pria itu.
"baguslah, Hudi dan Junaidi, tolong bantu anak Bu Menik untuk mengangkatnya," perintah Mbah Tejo.
"iya pak," jawab keduanya.
mereka pun bergegas ke tempat Bu menuk di semayamkan, tapi batu juga masuk ke dalam rumah.
tiba-tiba aroma menyebar ke seluruh ruangan, pak Junaidi dan pak Hudi menyiapkan mental mereka.
bagaimana tidak, rasa mual dan aroma tak sedap itu seperti menjadi kesatuan yang tidak bisa di tahan
tapi demi menghargai sosok yang meninggal dunia, akhirnya mereka pun terpaksa menahan segalanya.
saat akan mengangkat tubuh wanita itu, tiba-tiba pak Hudi merasakan sesuatu yang lengket dan berlendir.
"astaghfirullah.... apa ini," gumamnya
"sudah mas, angkat saja," jawab pak Junaidi yang langsung mengangkat bersamaan dengan pak Hudi dan yang lain.
pluk...
ternyata sebuah cairan yang begitu lengket dan licin, dan memiliki Ayoma tang sangat menyengat.
terlebih cairan itu berwarna kehijauan yang semakin menimbulkan aroma yang tak sedap.
"huk..." suara pak Hudi yang baru kali ini tak bisa menahan rasa mual.
padahal dia sering memandikan jenazah yang sudah tiga hari atau lebih, tapi aromanya tidak semengerikan ini.
"cepat kita baw ke tempat pemandian," kata pak Junaidi.
mereka pun berjalan menyamping karena tak bisa jika berjalan maju, cairan itu terus menetes.
dan setelah sampai di tempat untuk memandikan, mereka berempat muntah sejadi-jadinya.
bahkan pak Junaidi memuntahkan semua isi perutnya, dan bergegas pulang untuk mandi.
"tolong minta air sabut tujuh drum dan jangan lupa di campur kapur Barus ya," perintah Mak Ijah.
"siap Mak," jawab Nur yang bergegas menyiapkan apa yang di minta Mak Ijah.
wanita sepuh itu pun mulai membersihkan cairan yang seperti tak ada hentinya.
Sekar memakai sarung tangan karet yang di belikan suaminya dan langsung membantu untuk menggosok tubuh Jenazah dengan sabun di bagian lipatan agar bersih.
bahkan Sekar juga membersihkan rambut yang sudah sangat kusut seperti jarang di cuci.
saat Sekar menyiramkan air ke tubuh jenazah, tiba-tiba seperti puluhan jarum berjatuhan.
"sepertinya ini yang memberatkan," kata Mak Ijah.
"iya Mak," jawab Sekar.
Mak Ijah pun meminta nur untuk mulai menyiramkan air yang tadi dia minta, tentu sudah di taruh daun kelor juga.
setelah itu air itu di guyurkan di tangan Mak Ijah yang masih memastikan semuanya bersih.
dan benar saja, ternyata juga ada barang yang tak seharusnya, nur dan Sekar pun tak menyangka akan melihat ini.
setelah duduk di area in**m itu di keluarkan, kini Mak Ijah memastikan jenazah tak akan mengeluarkan kotoran lagi.
baru kemudian di mandikan dan di sucikan, ya memandikan mayat kali ini bisa di bilang cukup lama.
di tambah wanita itu memang dulu di kenal sebagai wanita panggilan, untungnya itu bukan penyakit menular seksual.
tapi sepertinya teguran, setelah bersih, jenazah di angkat untuk di kafani.
beruntung saat di kafani tak ada masalah yang berarti, setelah itu jenazah pun di bawa ke pemakaman.
di pemakaman ternyata terjadi hal yang aneh lagi, dari pengakuan pengali kubur jika lubang itu sangat sulit di gali.
sebab banyak kerikil dan batu, belum lagi tanah berlumpur itu sangat menyulitkan bahkan salah satu cangkul sampai putus dan bogang.
suang itu Mak Ijah, Nur dan Sekar duduk menunggu para pria selesai mengantar jenazah ke Pemakaman.
Nur melihat Sekar dan Mak Ijah bergantian, wanita itu seperti ingin mengatakan sesuatu tapi seperti orang takut.
"kamu ingin bertanya sesuatu?" tanya Mak Ijah.
"sebenarnya iya Mak, aku baru tadi mtligat hal seperti tadi, tapi aku takutkan adalah yang terjadi sebenarnya," jawab nur.
"kenapa takut, selama kita hidup dengan baik dan tak melakukan yang aneh-aneh, kita tak harus takut," Jawab Mak Ijah yang berusaha membuat wanita itu tenang.
"Mak yakin, karena melihat Bu Menik yang selama ini begitu baik meninggal dengan cara seperti itu, membuat ku merinding membayangkannya saja," jawab nur.
"memang kamu tau sepak terjangnya saat bekerja, kamu taunya dia baik di desa saja, saat bekerja kan kita tak tau," jawab Mak Ijah.
"iya juga ya Mak, kita tak bisa menilai semuanya dari kata orang, karena yang sebenarnya terjadi pasti tuhan lebih tau segalanya," jawab Nur.
Mak Ijah mengangguk dan wanita itu pun membuka amplop yang di berikan, ternyata isinya ada uang lima puluh ribu.
tentu saja Nur sangat senang, terlebih ini adalah uang yang di berikan karena mereka tadi sudah bekerja cukup keras.
maaf ya thor
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
aku ampe lupaa
cuma updtenya kurang lncr ajah 🙏
Ayo lanjut lagi ceritanya