Putri Ceria gadis cantik yang harus menyandang status janda di usia muda. Saat berumur 19 tahun Putri menikah dengan pemuda dikampung tempat tinggalnya. Namun pernikahan yang baru seminggu itu harus kandas.
Setahun menjanda tidak mudah baginya. akhirnya Putri merantau ke kota. Di kota pun hidupnya penuh lika-liku.
"Bagaimana kalau aku yang membayarmu 1M," ucap kakek yang baru saja menolongnya.
Bagaimana kisah si janda muda hidup di Kota? Siapa kakek yang akan membayarnya 1 M?
Penasaran bagaimana kisah si janda muda, yuk langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom yara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Ayo kita coba!
Sakti menatap sang bos yang menyunggingkan bibirnya ke atas, senyuman yang sangat jarang sekali untuk dilihat, tapi saat ini sang bos tersenyum setelah menerima kunci. Catat hanya sebuah kunci.
"Apa Anda sedang jatuh cinta bos?" tanya Sakti yang merasa ada yang sedikit aneh dari sang bos. Buakankah orang jatuh cinta biasanya seperti itu, selalu hilang kendali bahkan seperti bukan dirinya sendiri.
Hardian menatapnya tajam, senyum yang tadi merekah hilang seketika.
"Keluarlah!" titah Hardian sebelum asistennya itu menjatuhkan harga dirinya. Seketika Sakti menundukkan tubuhnya lalu keluar dari ruangan sang bos.
Sepertinya bos menyukai Putri, meskipun mereka sering bertengkar tapi benih cinta mulai tumbuh.
*
*
Putri merebahkan tubuhnya di atas ranjang setelah sampai di apartemen. Kepalanya terasa berat, seperti ada karung besar yang menimpa kepalanya. Permintaan kakek membuatnya frustasi nyaris stress.
Menikah lagi, hal yang belum ingin ia lakukan. Pernikahan yang gagal atas dasar perjodohan dan sekarang pernikahannya pun karena perjodohan. Ia tidak punya perasaan pada Raditya dan mungkin juga sebaliknya. Raditya hanya menganggapnya adik.
"Apakah pernikahan ini akan berhasil?" tanya Putri lirih. "Tapi kakek terlalu baik, kakek berhak bahagia di hari tuanya, aku tidak mau menjadi salah satu orang yang mmebuatnya kecewa. Biarlah paman saja yang membuatnya kecewa." Tiba-tiba Putri teringat pada sosok pria yang menjadi putra bungsu kakek. Pria yang belum menikah di usianya yang sudah matang.
"Laki-laki itu, membuatku darah tinggi." Spontan Putri menutup mulutnya. "Bagaimana kalau nanti paman itu menciumku kembali saat aku sudah jadi menantu."
"Eh... Aku kan belum setuju untuk menikah." Putri semakin frustasi. Dia bingung harus mengambil keputusan apa?
Merasa pikirannya buntu, Putri keluar dari dalam kamar.
"Kau disini?" tanya Ratna yang melihat Putri sepagi ini.
"Aku pindah, Kak."
"Maksudmu, kau akan tinggal disini?" Putri pun mengangguk. " Yee, kita bisa tinggal bersama lagi, aku kesepian tanpamu." Ratna memeluk Putri, sementara Putri telihat tak semangat.
"Ada apa denganmu?" tanya Ratna lagi, melihat Putru yang tampak lesu.
"Kakek memintaku untuk menikah dengan cucunya," jawab Putri langsung pada intinya. Tidak ada yang perlu dirahasiakan.
"O... " Ratna hanya ber- oh ria saja. Sedetik kemudian setelah ia mencerna dengan baik jawaban Putri. "Apa?" tanyanya terkejut. "Cucu kakek kaya? Pasienmu?" yang mendapat anggukan kepala dari Putri.
"Aku harus bagaimana, Kak?"
Ratna menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"Janda seperti kita susah untuk laku, lebih tepatnya susah mendapatkan laki-laki yang baik, yang akan tulus mencintai kita, yang bisa menerima kita apa adanya. Jika menurutmu cucu kakek itu baik, kenapa tidak?"
"Tapi kita tidak saling mencintai, Kak."
"Ya, buat saja cerita cinta setelah menikah."
"Semudah itu?"
"Buat apa di bikin ruwet, jika ada yang mudah dan pastikan laki-laki itu setia, itu yang paling penting. Di selingkuhin itu, rasanya nyesek banget. Sakit, hati ini sakit." ucap Ratna mendramatisir sembari memukul dadanya.
Putri menghampiri Ratna lalu memeluknya dari samping. "Tenang, tenang kak."
"Kau tidak akan tahu rasanya, jika tidak mengalaminya sendiri. Tidak kuat Put, melihat laki-laki yang menjadi suami kita bermesraan dengan wanita lain." Ratna mencurahkan isi hatinya, menasehati Putri dengan pengalaman hidupnya sendiri. Ya, Ratna bercerai karena mantan suaminya kethuan selingkuh.
"Ya, Kak. Suatu saat nanti kakak akan mendapatkan laki-laki yang lebih baik, yang akan menerima kakak dengan tulus."
"Kadang aku berpikir, apa yang membuat dia berpaling, padahal wajahku lumayan cantik, tubuh juga tidak gemuk dan juga tidak kurus."
"Kakak sangat cantik, tubuh kakak bagus, mantan suami kakak saja yang tidak pantas bersama kakak."
"Tapi dia sudah bahagia bersama selingkuhannya, Put. Mereka menikah dan punya anak yang lucu. Mereka hidup nyaman, sudah punya rumah, di depan rumahnya juga sudah terparkir mobil."
"Mereka sebahagia itu?"
"Malah sangat bahagia, Put. Sedangkan aku, aku masih sendiri, pekerjaan masih pelayan, rumah masih ngontrak, meskipun beberapa hari ini sudah tinggal gratis di apartemen. Tapi tetap saja hidupnya lebih baik dari pada hidupku." Keluar semua sudah uneg-uneg di dalam hatinya. Ratna pernah melihat mantan suaminya bersama keluarga kecilnya.
"Jadi mereka tidak dapat azab seperti di film-film?"
"Azabnya mungkin sedang istirahat," Jawab Ratna, Wajah sedihnya sudah berubah ceria kembali.
"Begitu dong, Kak. Jangan sedih lagi, move on, kak."
"Kau benar, hanya saja aku terbawa suasana jika ingat masa lalu. Jadi, bagaimana kau sudah mendapatkan jawaban?"
Putri berpikir sejenak. " Aku akan berbicara dulu dengan mas Raditya baru setelah itu memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya."
"Bagus, kita pantas bahagia." Putri mengangguk lalu mereka berpelukan kembali.
Dua wanita yang dipertemukan disaat mereka berada di titik bawah. Saat ini mereka hidup bersama untuk saling mengisi dan saling mendukung satu sama lain.
*
*
Seminggu kemudian sesuai dengan waktu yang diberikan kakek, disinilah mereka berada. Putri, Raditya, kakek dan satu lagi Hardian. Mereka berkumpul di ruang tengah.
"Kakek senang melihatmu," ucap Kakek bahagia, ada harapan di hatinya, wanita itu menerima permintaannya.
"Putri juga senang melihat wajah manis kakek, Putri merindukan kakek."
"Kau menggoda kakek-ku?" tanya Raditya berpura-pura tidak terima.
"Mas Radit juga ingin digoda?" balas Putri.
"Ck." Raditya hanya berdecak.
Sementara Hardian hanya diam saja dengan pikiran yang tidak mudah ditebak. Sebenarnya ia ingin pergi dari situasi ini, dia malas untuk membahas perjodohan itu.
"Jadi, kau sudah punya jawaban?"
"Belum, Kek." Lalu Putri menatap Raditya. " Mas Radit sendiri bagaimana?"
"Aku tidak punya alasan untuk menolak, ayo kita coba!" jawab Raditya pasti.
"Pernikahan kok dicoba," ucap Hardian yang hanya ia ucapkan dalam hati.
Putri menatap kakek. Kakek terlihat tegang menunggu jawaban Putri.
"Putri setuju, Kek. Putri mau menikah."
Hardian mengeraskan rahangnya. Tangannya mengepal kuat di bawah meja. Jawaban Putri membuatnya emosi. Tapi dia tidak punya hak untuk marah.
"Syukurlah." Kakek bisa bernapas lega. "Terima kasih dan kalian akan menikah secepatnya."
"Emmm... Bolehkah Putri mengajukan syarat."
Kakek dan Raditya mengerutkan keningnya.
"Syarat?" Kakek memastikan perkataan wanita itu. Perlahan Putri mengangguk.
"Bisakah pernikahannya tidak perlu diperbesar, cukup lakukan secara sederhana saja, hanya dihadiri oleh keluraga inti saja."
"Baiklah, tidak masalah, toh kita berdua sudah pernah menikah. Kita pasangan janda dan duda." Raditya yang menjawab.
"Kakek ikut kalian saja. Karena tidak ada yang perlu disiapkan maka dua minggu lagi kalian akan menikah."
"Cepat sekali, Kek. Putri juga belum memberitahu orang tua Putri di kampung, Kek."
"Kau tenang saja, itu akan menjadi urusan kakek, kau hanya perlu menjaga kesehatan sampai dua minggu ke depan. Jangan sampai jatuh sakit."
👇👇👇
Terjebak Dalam Cinta Hitam