Season 1.
Kisah cinta antara bangsawan buta dengan seorang pelayan.
Alex Smith, seorang bangsawan raya yang mengalami kebutaan karena kecelakaan. Sialnya lagi, ia ditinggalkan oleh calon istrinya yang tidak mau menerima keadaan Alex.
Pada akhirnya, Alex menikah dengan Kinara Lee, seorang pelayan biasa yang menjadi pengantin pengganti. Kinara rela menikah dengan laki-laki yang tak mencintainya hanya karena tawaran yang menggiurkan.
Namun, benarkah hanya itu alasan mereka untuk menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biru Samudera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Mandi Bersama?
"Jangan ucapkan janji yang tak bisa kau penuhi," sanggah Alex. Tangan kirinya memegang tepi mangkuk, sedangkan tangan kanannya mulai menyuapkan sup ke dalam mulut.
"Saya tidak akan ingkar janji," tegas Kinara, "Untuk membuktikan keseriusan saya, mari kita mandi bersama."
"Uhuk!" Alex Smith tersedak, semua kuah dan potongan daging ayam yang baru masuk ke dalam mulutnya kembali tersembur keluar.
"Oh, astaga!" Kinara menepuk-nepuk punggung tuan mudanya dengan panik. Pria itu tak berhenti terbatuk.
"Anda baik-baik saja?" tanya Kinara setelah napas Alex Smith mulai stabil.
"Apa maksudmu dengan mandi bersama?" Alex menggeram, gadis di hadapannya ini entah polos atau benar-benar bodoh.
"Ah, itu ... saya akan memandikan Anda mulai hari ini," jawab Kinara tanpa merasa bersalah.
Sementara Alex Smith, seluruh tubuh pria itu mendadak terasa panas dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Apa gadis ini sedang mencoba menggodaku?
"Kau sadar dengan apa yang kau ucapkan itu?" tanya Alex.
"Tentu saja sadar. Saya sudah memikirkannya sejak kemarin. Anggap saja--"
"Aku bisa mandi sendiri. Kedua tanganku bukannya tidak bisa digerakkan," sergah Alex, "Dari mana datangnya pemikiran konyol itu?"
"Benar. Anda memang masih bisa mandi sendiri, tapi kemungkinan untuk melukai diri Anda sendiri juga lebih besar. Atau paling tidak, biarkan saya menemani Anda di dalam kamar mandi. Membantu Anda memilih baju juga boleh. Lagi pula, kita akan menikah, sudah merupakan tugas seorang istri untuk--"
"Baiklah," potong Alex Smith, "Lakukan apa pun yang kau suka."
Kinara tersenyum lebar. Ia merasa sangat bersemangat. Akan ia tunjukkan kesungguhannya pada tuan muda Smith, yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
"Anda suka supnya? Kalau suka, akan saya buatkan lagi besok."
"Lumayan," jawab Alex.
Kinara berbinar, menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Melihat pria itu menikmati apa yang dimasaknya membuat hatinya terasa hangat. Lagi pula, setelah dilihat-lihat, tuan muda Smith memang sangat tampan, mungkin merupakan pria paling tampan di planet ini. Dan lagi, karakternya tidak terlalu buruk.
Aiih, Kinara, sadarlah!
Kinara menepuk pipinya sendiri lalu senyuman bodoh itu hilang dari wajahnya. Ia melihat mangkuk sup yang sudah kosong, mengambilnya dan meletakkan dalam nampan. Gadis itu cepat-cepat mengembalikan mangkuk kotor ke dapur, lalu kembali ke ruang kerja. Ia menghampiri kursi roda Alex Smith dan mendorong pria itu ke kamarnya. Seluruh ruangan langsung terang benderang ketika Kinara menekan tombol sakelar di dekat pintu.
"Apa yang Anda butuhkan sekarang, Tuan?" tanya Kinara setelah mendorong kursi roda ke sisi ranjang.
"Aku ingin mandi."
"M-mandi?"
"Kenapa? Sudah berubah pikiran?" cibir Alex.
"T-tidak! Kata siapa?" Kinara me*emas kedua tangannya dengan gugup.
Sial. Apa yang harus kulakukan sekarang?
"Kalau begitu, tunggu apa lagi?" Sudut-sudut bibir Alex berkedut. Rasanya sangat menyenangkan bisa membuat gadis bodoh itu salah tingkah seperti ini.
"Mmm ... di mana handuknya?"
"Kamar mandi."
"Ah ... oke. Anda ingin memakai shower atau bathtub?"
"Menurutmu?"
"Saya akan menyiapkan airnya dulu."
Kinara buru-buru melarikan diri dari hadapannya tuan mudanya. Ia mengisi bathtub dengan air hangat dan sabun. Setelah dirasa cukup, ia keluar dan menghampiri tuan muda Smith.
"Kenapa lama sekali?" tanya Alex.
"Benarkah? Sepertinya tidak lama," balas Kinara.
"Apakah Anda sudah tidak sabar dimandikan oleh saya?" goda Kinara.
Gadis itu meraih pegangan kursi roda dan mendorong benda itu sampai depan pintu kamar mandi. Ia menyeringai lebar ketika melihat Alex Smith terdiam dengan wajah memerah. Namun, jika ia tahu kebahagiaan itu hanya bertahan sesaat, pasti ia tidak akan berani menggoda tuan muda Smith seperti itu.
Kamar mandi sudah dirancang khusus agar bisa dimasuki kursi roda, jadi Kinara tidak mengalami kesulitan yang cukup berarti. Cobaan datang ketika Kinara hendak membantu tuan muda Smith melepas pakaian. Ia menunduk, membuka kancing kemeja paling atas. Sial. Jarak mereka terlalu dekat. Kinara bisa merasakan embusan napas tuan muda Smith tepat di keningnya. Gerakan tangan gadis itu menjadi kacau, kancing baju sialan itu seakan terbuat dari besi.
"Anda bisa membuka kemeja ini, Tuan?" Akhirnya Kinara menyerah. Ia khawatir tuan muda Smith bisa merasakan debaran jantungnya yang terasa hampir meledak.
"Sesulit itu, hum?" goda Alex Smith dengan seringai menyebalkan di wajahnya. Ia bisa merasakan tangan Kinara yang gemetar ketika mencoba membuka bajunya tadi. Jemarinya bergerak pelan, melepaskan kancing baju satu per satu lalu menarik lepas kemeja itu.
Kinara terpaku sesaat. Dalam jarak pandang sedekat ini, semua lekuk tubuh tuan mudanya terlihat dengan sangat jelas. Otot lengan yang kekar, dada bidang dan ... astaga, rambut-rambut halus di bawah pusar itu membuat tubuh Kinara seakan tersetrum.
"Apa lagi yang kau tunggu?" Suara Alex Smith terdengar tidak sabar. "Bantu aku melepaskan celana ini."
"Aa-apa? Oh, sebentar."
Kinara buru-buru menunduk, hendak melakukan apa yang dikatakan oleh tuan muda Smith. Namun, karena gugup dan terkejut, gadis itu bergerak terlalu cepat. Ia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke arah Alex Smith.
"Kyaa!" Kinara menjerit kencang, kedua tangannya bergerak-gerak di udara, mencari pegangan.
Alex ikut terkejut mendengar teriakan itu. Refleks, ia mengulurkan kedua tangan ke depan untuk menangkap tubuh Kinara.
Bruk!
Tubuh Kinara mendarat dengan sempurna ke atas kedua tangan Alex Smith. Pria dan wanita itu sama-sama tertegun, tak ada yang berani bergerak. Satu detik, dua detik ... Kinara menatap wajah Alex yang hanya berjarak sekitar tiga sentimeter dari ujung hidungnya. Rahang pria itu terlihat mengejang, kaku dan keras. Suara giginya yang bergemerutuk terdengar jelas oleh Kinara.
Alex merasa lega berhasil menangkap tubuh Kinara Lee. Ia baru saja akan memarahi kecerobohan Kinara ketika menyadari bagian tubuh yang dipegang olehnya terasa begitu pas dalam genggaman. Seluruh tubuh pria itu tiba-tiba menegang, bulu kuduknya meremang. Seluruh tubuhnya terasa bagaikan tersengat.
Ooh ... sialan! maki pria itu dalam hati.
"T-tuan, i-ini ...." Kinara terbata-bata, ingin berdiri tapi terlalu takut untuk bergerak.
Manik bulat gadis itu perlahan bergerak, menatap lurus pada kedua telapak tangan kekar yang menyangga tepat di dadanya.
"Bangunlah sebelum aku mencekikmu sampai mati," geram Alex. Ia ingin melepaskan kedua tangannya, tapi takut gadis bodoh itu justru akan jatuh dan menimpanya.
Kinara benar-benar ingin menangis. Ia sangat ingin berdiri, tapi seluruh tulangnya terasa seperti jelly, tak ada tenaga sama sekali. Gadis itu mengulurkan tangan, mencoba menumpu tubuhnya pada sandaran kursi roda. Lututnya gemetar ketika ia berusaha bangun.
"Cepatlah!" desak Alex tak sabar. Semakin lama, gumpalan kenyal dalam tangannya terasa semakin panas dan membakar. Seluruh sel-sel dalam tubuhnya meronta kepanasan.
*Sial!
Sial!
Sialan*!
Semakin ia berusaha melupakan apa yang sedang terjadi, otak kotornya justru semakin memvisualisasikan bentuk dan bagaimana rasa ... argh! Stop it, Alex!
Kinara berhasil berdiri, meski belum sempurna. Ia sangat ingin menampar pipinya sendiri. Sungguh memalukan! Posisi mereka saat ini sangat ambigu meski dilihat dari sudut mana pun. Bagaimana jika tiba-tiba ada yang masuk dan ....
"Oh, ya ampun. Apa yang sedang kalian berdua lakukan?"
Alex terlonjak ketika mendengar suara Billy bergema dalam ruangan itu. Tanpa sadar, ia mendorong tubuh Kinara hingga hampir terjungkal ke belakang. Untunglah gadis itu sempat meraih tembok sebelum terempas ke lantai.
"Hei ... hei, easy, Bro!" tegur Billy, "Jangan khawatirkan aku, kalian teruskan saja. Aku ikut senang melihat kalian memiliki kehidupan yang harmonis."
Kinara meringkuk di sudur ruangan. Kehidupan yang harmonis apanya ....
"Ini tidak seperti yang kau--"
"Pantas saja kupanggil sejak tadi tak ada yang menyahut. Aku akan keluar. Silakan lanjutkan." Billy menyeringai sebelum keluar dan menutup pintu.
Aku pasti mati sekarang. Tamat. Habislah aku. Kinara menggigit bibirnya kuat-kuat, bersiap menghadapi badai yang akan datang.
***
Haii,maaf baru sempat update....
jangan lupa like yaa,makasih😍
Alex- Nara cuma di kasi bareng ga sampe 2 th.. Kasian Alex..
ya ampuuun skrg baca lagi, ttp mewek jugaaa😭😭