GAIRAH TEMAN SUAMIKU

Selama perjalanan, Rega sama sekali tidak mengajak Nayla bicara. Nayla merasa jika Rega cemburu pada Ryan. Tapi bagus juga jika Rega masih memiliki perasaan cemburu, itu artinya Rega masih mencintainya. Ia akan berusaha membuat perhatian Rega seutuhnya hanya tertuju padanya. Begitupun dengan Rega, ia akan menggunakan kesempatan pura-pura sakitnya ini untuk mendapat perhatian penuh dari Nayla, agar Nayla tidak sampai terpincut oleh Ryan.

Kini mereka sampai di rumah. Rega lekas membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur seraya mengeluh kesakitan.

"Aaa .. Perutku sakit sekali, sayaang .. Aaa .."

Rega sampai guling-guling sembari memegangi perutnya dengan lutut yang sengaja di tekuk hingga hampir menyentuh bagian dagunya. Nayla sedikit cemas, lantaran sebelumnya Rega tidak pernah mengeluh kesakitan seperti itu.

"Ya sudah kalau begitu kau minum obatnya, ya. Kau tunggu di sini, aku mau ambil minum air hangat dulu."

Nayla bergegas pergi dari kamar menuju dapur. Sementara Rega bangun dan mengulas senyum.

"Yess .. Akhirnya berhasil. Nayla kelihatan sayang sekali sama aku, buktinya dia khawatir. Maaf ya, sayang. Aku hanya ingin perhatian dan seluruh perasaanmu itu untuk aku seorang saja," ucap Rega dalam hati.

Mendengar derap langkah kaki mendekat, dengan cepat Rega kembali ke posisi awal. Meringkuk dan mengeluh kesakitan.

"Aaaaa .. Sakiittt .."

Nayla sedikit berlari dan duduk di tepi ranjang. Ia mengambil obat di tas kecilnya dan memberikannya pada Rega.

"Sayang, minum dulu obatnya, ya."

"Aaaa .. Sakit, sayaaang .."

"Iya, makanya kau harus minum obatnya. Kalau belum reda juga sakitnya, nanti kita ke klinik saja, ya."

Rega mengangguk patuh. Nayla membantu membangunkan Rega dan memberinya obat tersebut, ia ambil segelas air putih hangat yang sebelumnya ia taruh di atas nakas.

"Minum, sayang." Nayla memberikan gelas tersebut pada Rega.

Pria itupun meminum obat tersebut. Meski ia hanya pura-pura sakit perut, ia rasa tidak akan terjadi apapun jika ia minum obatnya beneran.

Nayla neletakan gelasnya ke tempat semula. Dan membantu suaminya untuk berbaring kembali.

"Sekarang kau tidur, ya. Siapa tahu besok pagi perutmu sudah lebih baik."

"Iya, sayang."

Nayla menyelimuti tubuh suaminya sampai ke leher. Jujur ia tidak tega melihat Rega kesakitan seperti ini. Sementara Rega menyembunyikan senyumnya, ia berhasil membuat Nayla khawatir padanya.

"Sayang, aku boleh tidur di pangkuanmu?" pinta Rega dengan nada bicara sedikit manja.

"Iya, sayang. Boleh. Sini."

Nayla membenarkan posisi duduknya, lalu Rega menempatkan kepalanya di pahha Nayla. Ia peluk pinggang wanita itu seraya menghirup dalam-dalam aroma perut dan bagian bawah perut istrinya yang gemoy.

Nayla membelai lembut rambut sang suami dengan perasaan penuh cinta dan kasih. Rega kesenangan. Ia berharap malam ini bisa tidur nyenyak meski ia batal ketemuan dengan Billa. Ia masih punya waktu besok.

Saat rasa kantuk mulai datang, tiba-tiba saja Rega merasakan perutnya sakit beneran. Kedua matanya kini terbuka lebar menahan mulas yang terasa melilit.

"Sial! Kenapa jadi sakit perut beneran?" umpat pria itu seraya menahan sakit.

"Apa karena aku minum obatnya tadi? Jadi aku sakit perut beneran? Obat sialan!" gerutu Rega dalam hati.

Perutnya terasa semakin melilit dan ia sudah tidak tahan lagi untuk segera pergi ke kamar mandi. Ia bangun dan bergegas turun dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Nayla yang baru saja memejamkan mata karena mengantuk sedikit di buat terkejut.

"Sayang .. Perutnya masih sakit?" teriak Nayla akan tetapi tidak di respon oleh Rega.

Pria itu menutup pintu kamar mandi dengan sangat keras akibat terburu-buru. Hingga Nayla mendengar suara sesuatu yang membuatnya ia bergidik.

Breettt Brewekwekwek

Brooottt ..

Nayla bergidik sendiri mendengarnya.

_Bersambung_