NovelToon NovelToon
Dendam Si Kembar

Dendam Si Kembar

Status: tamat
Genre:Anak Kembar / Identitas Tersembunyi / Cinta Murni / Romansa / Tamat
Popularitas:146.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Freya Alana

Gadis dan Dara adalah sepasang gadis kembar yang tidak mengetahui keberadaan satu sama lain.

Hingga Dara mengetahui bahwa ia punya saudara kembar yang terbunuh. Gadis mengirimkan paket berisi video tentang dirinya dan permintaan tolong untuk menyelidiki kematiannya.

Akankah Dara menyelidiki kematian saudaranya? Bagaimana Dara masuk ke keluarga Gadis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Freya Alana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hampir Celaka

“Babe, nanti Dara langsung ke lokasi. Kita ketemu di sana.”

“Ente jangan naik ojek online. Tempatnya jauh, nanti masuk angin.” Babe mengingatkan.

Dara terkekeh.

“Nggak, Dara naik mobil kantor.”

“Nah gitu, Engkong lu pasti demen kalo ente nurut. Ya udah ketemu di sana ye.”

Dara menyiapkan berkas kerja sama. Pertemuan Babe dengan para investor Anantara di Restoran Nalaya waktu itu membuahkan kerja sama baru.

Sebuah lahan yang dipersiapkan untuk menampung sampah kota. Tidak banyak orang yang memikirkan ini, betapa tempat penampungan sampah saat ini sudah delapan kali lipat melebihi batas maksimal.

Pemerintah langsung menanggapi positif. Kerja sama penyewaan lahan dan pengolahannya telah disepakati. Anantara akan menjadi pengelola tempat pembuangan sampah bekerja sama dengan perusahaan yang akan mengolah sampah daur ulang dan sampah plastik.

Kini Dara akan ke sana untuk mempersiapkan seremoni pengumuman kerja sama. Bersama satu bodyguard dan driver, Dara berangkat menggunakan mobil kantor yang sudah disiapkan.

Hapenya berbunyi.

“Dara, hari ini Davina absen dan belum ada kabar. Opa mau minta tolong, kalau besok Davina masih belum masuk kerja, apakah kamu bisa menggantikan?”

“Oh … in syaa Allah, bisa, Opa. Tumben Kak Davina nggak ngabarin.”

“Iya, nih. Kamu udah mau berangkat? Pakai mobil, kan? Nanti yang mewakili Opa adalah Oom Adrian dan Askara, ya.”

“Siap! Pakai mobil, sama Bang Amir juga yang giliran jagain Dara. Drivernya Pak Sadi.”

“Okay! Sukses, Dara.”

“In syaa Allah, Opa. Makasih.”

Siang hari, seusai acara, Dara gegas kembali ke kantor karena Darius sangat kerepotan. Menurutnya sekretaris pengganti sama sekali tidak handal.

Dara terkekeh mendengar omelan panjang pendek Darius.

“Bukan sekretaris yang nggak mampu, Opa yang banyak mau,” celetuk Dara.

“Hah, udah cepetan Dara ke kantor. Bisa bludrek, Opa di sini. Sekarang lagi dibantu sama sekretaris Adrian.”

“Okey, Opa. Pak Sadi, buruan ke kantor ya. Gaskeun.” Dara memberi order pada drivernya. Mereka sudah berangkat dari lokasi.

Adrian dan Askara sudah lebih dulu berangkat karena tadi Babe minta Dara untuk mengambil oleh-oleh yang disiapkan istri-istrinya untuk Dara dan Darius.

Dara tak bisa menahan tawa ketika Babe masih dengan muka tembok memintanya untuk jadi istri ke empat. Anehnya tiga istri yang lain malah ikut memintanya. Dara cuma bisa menggeleng dan langsung mengambil langkah seribu.

“Non, kita masuk tol aja, ya. Biar cepet. Kalau lewat jalan biasa lebih deket tapi jam segini macet.” Pak Sadi menunggu persetujuan Dara.

“Dara ikut Pak Sadi aja mau lewat mana.”

Menikmati perjalanan sambil sesekali memeriksa pekerjaan lewat hape, Dara juga tidak lupa menghubungi Davina.

“Kak, kok tumben nggak diangkat,” gumamnya.”

“Astaghfirullah. Non, pakai seatbealt!” Suara Pak Sadi terdengar panik.

Dara terkejut tapi langsung memesang seatbealt. Bang Amir dengan sigap berpindah ke kursi belakang.

“Ada apa, Pak? Bang?”

“Remnya blong. Bismillaah ya Allah, jaga kami.”

“Innalilaahi. Ya Allah.”

Dara langsung pucat pasi.

“Saya akan lindungin, Nona. Maaf jika tangan saya nanti tak sengaja menyentuh.”

Dara hanya mengangguk. Tegang melihat ke jalan. Beruntung tadi Pak Sadi tidak memacu kencang kendaraannya dan jalan tol tidak terlalu padat siang itu.

Dengan lihai, Pak Sadi menggunakan rem tangan untuk mengurangi kecepatan sedikit demi sedikit. Salah tarik, maka kendaraan mereka bisa berjumpalitan.

Bulir-bulir keringat membasahi ketiga penumpang yang terancam keselamatannya. Dara melihat Pak Sadi terus mencoba menginjak rem tapi benda itu sudah tidak berfungsi.

Dara tidak berhenti berdoa. Di benaknya berkelebat pikiran bahwa seseorang berniat mencelakakan mereka.

“Ya Allah, jaga kami, aaaah!”

Semua berteriak ketika Pak Sadi hampir menabrak sebuah mobil yang tiba-tiba berpindah ke lajur mereka. Bang Amir langsung menyilangkan tangan ke depan Dara, mencegah agar tidak membentur kursi depan.

Mereka terhindar dari tabrakan namun masalah belum selesai. Di depan, jalan tol sedikit menurun.

Pak Sadi sudah menyalakan lampu hazard tanda mereka mengalami kesulitan. Namun belum ada pengemudi lain yang sadar.

Dara terus berdoa untuk keselamatan mereka. Dari samping sebuah G Wagon hitam menyalip. Dara melihat kesamping.

“Kak Askara …”

Dara merinding, teringat dalam halusinasinya ia melihat mobil besar hitam mendorong kendaraan Dara.

Mobil yang dikemudikan Askara menyalip ke depan mereka.

“Tuan Askara … ya Allah. Jangan di depan,” seru Pak Sadi sambil membunyikan klakson.

Mobil Askara tetap di depan, malah makin melambatkan kecepatan.

“Nona, bersiap. Kita akan tabrakan.”

Tak sadar, air mata mengalir di pipinya.

“Laa ilaahaillallaah … laa ilaahaillaallaah … laa ilaahaillaallaah,” gumam Dara mengucapkan kalimat tahlil. Jika sampai di sana umurnya, ia berharap mati dalam keadaan beriman kepada Allah.

Bang Amir sudah menyilangkan tangannya ke depan Dara.

Mobil mereka menabrak kendaraan Askara dengan kencang. Tangan Bang Amir menahan Dara.

Askara tidak menambah kecepatan malah semakin memelankan kendaraannya. Kini dua mobil saling menempel.

Pak Sadi terus lihai mengendalikam kecepatan dengan rem tangan. Askara terus memelankan kendaraan lalu menyalakan lampu sign ke kiri menuju bahu jalan. Pak Sadi mengikuti. Kendaraan mereka saling bertempelan.

Askara terus memelankan kendaraan. Mereka bertiga terkejut ketika Askara membunyikan klakson dan menyalakan lampu sign ke kanan.

“Ya Allah!” Seru Pak Sadi. Dengan sigap mengikuti mobil Askara. Ternyata ada truk mogok berhenti di bahu jalan. Kini posisi mobil mereka berjauhan walau kecepatan sudah berkurang.

Askara kembali memelankan mobilnya.

“Non, siap-siap.”

“Bismillaah,” balas Dara. Ia lalu membali mengucapkan kalimat tahlil.

Sekali lagi mobil mereka membentur mobil Askara dan bertempelan. Dari sebelah kanan sebuah mobil polisi lalu lintas mendahului dengan menyalakan sirine. Di belakangnya ada mobil derek.

“Ya Allah, alhamdulillah, bantuan datang,” seru Pak Sadi.

Bang Amir tetap waspada, mereka belum lepas dari bahaya sampai mobil berhenti.

Askara mengikuti arahan mobil polisi. Hingga akhirnya mereka bisa berhenti dengan selamat di bahu jalan tol.

“Alhamdulillah, kita selamat, Non.”

Dara tidak berkata apa-apa. Dirinya masih shock.

Askara keluar dari mobilnya lalu berdiri di samping pintu Dara.

“Buka!” Perintahnya.

Pak Sadi langsung membuka pintu.

“Dara! Dara, kamu udah selamat. Dara!”

Askara menepuk-nepuk pipi sepupunya. Dara terkesiap lalu menatap balik.

“Kak …”

Askara menatapnya cemas. Tubuh Dara gemetaran. Refleks, ia memeluk Dara erat-erat.

“Sssh, kamu udah nggak apa-apa sekarang. Tenang.”

Askara terus memeluk Dara. Ia merasakan pundak sepupunya berguncang.

“Ambil minum di mobil saya!” Titahnya pada Amir yang tidak mau meninggalkan nona yang dijaganya.

Ragu ia menatap curiga ke arah Askara.

“Cepat!”

Melihat Dara yang masih terus menangis, Amir akhirnya gegas ke mobil Askara mengambil minum. Tak sampai hitungan menit ia sudah kembali di samping Dara sembari membuka botol minum.

“Dara, minum, yuk. Dara sshh ssh.”

Askara mengelus pundaknya.

Dara mengangkat wajahnya. Matanya kosong.

“Minum pelan-pelan biar kamu tenang.”

Dara belum bisa bergerak. Tubuhnya masih gemetar hebat.

“Kakak tempelin botol ke bibir Dara lalu minum, ya.”

Dara mengangguk. Askara lega karena wanita yang sedang shock itu sudah mulai merespon.

“Pelan-pelan.”

Dara mengangguk. Tangannya lalu meraih botol yang dipegang Askara.

Dengan lega, Askara melepaskan tangan yang masih memeluk tubuh Dara yang tidak lagi gemetaran.

“Kak … “ Dara menatap sepupunya. Walau sudah lebih tenang namun jantungnya masih berdegup kencang.

“Dara ikut mobil Kakak. Kita ke rumah sakit. Mungkin kamu lebih baik diperiksakan.”

“Dara nggak luka kok. Tapi masih kaget.” Dara mengatur napasnya.

“Kamu tenangin diri, Kakak jagain di sini.”

Dara mengangguk. Air matanya mengalir lagi. Jika dirinya saja sudah setakut itu, bagaimana dengan Gadis yang harus menghadapi semua sendirian di malam terakhirnya.

“Dara jangan bayangin yang tadi. Nanti kamu shock lagi,” ucap Askara melihat Dara mulai menangis.

Dara hanya mengangguk, tidak mengatakan apa yang ada di pikirannya.

Pak Sadi datang mendekat.

“Jaga, Nona Dara!” Perintahnya pada Amir.

Dara melihat Pak Sadi melaporkan pada Askara. Di sampingnya ada petugas polisi dan mobil derek.

Askara kembali ke samping Dara.

“Dara, mobilnya harus diderek. Kamu sama Kakak, ya. Langsung pulang ke rumah Opa.”

“Dara disuruh bantuin Opa,” ucapnya lirih, masih dengan mata kosong ke depan.

“Dara liat Kakak sebentar.”

Dara mengalihkan pandangan ke manik hitam Askara.

“Kamu pulang, Kakak antar. Nanti di mobil, Kakak akan telepon Opa. Dara ngerti nggak yang Kakak omongin?”

Dara mengangguk.

“Ke mobil Kakak …”

Askara melepas seatbealt lalu menarik lengan Dara menuju mobilnya.

“Non Dara, maaf Pak Sadi lalai nggak periksa mobilnya.”

“Nggak apa-apa, Pak. Namanya nahas.”

“Pak Sadi, besok ke SDM, ambil pesangon. Saya nggak mau ada driver lalai nggak periksa mobil. Apalagi sampai membahayakan nyawa.”

“Kak …” Dara hendak memprotes tapi bagaimana pun Askara adalah salah seorang direktur sementara dirinya masih staf biasa.

“Saya mengerti, Tuan. Terima kasih sudah diijinkan mengabdi di Anantara Group. Saya ikhlas, Non. Selama ini Tuan Darius banyak membantu saya dan keluarga. Malah seperti ini balasan saya. Sekali lagi mohon maaf, Non.”

“Nona!” Sahut Askara ketus lalu menuntun Dara dan menyuruh masuk ke mobil.

Bang Amir mengikuti dari belakang dan ikut masuk ke mobil Askara.

Askara mengerutkan kening.

“Kamu!”

“Maaf, Tuan. Perintah Tuan Darius walau kondisi apapun saya tidak boleh meninggalkan Nona Dara. Saya ikut mobil Tuan. Nona Dara, pakai seatbealt.”

Bang Amir tidak memedulikan Askara yang masih bersungut. Ia duduk sambil mengawasi Dara.

Mobil mereka mulai meninggalkan lokasi kejadian. Dara menatap keluar jendela. Pikirannya berkecamuk.

“Tidak mungkin mobil kantor tiba-tiba remnya blong. Lalu kenapa Askara bisa ada di lokasi? Mobil besar warna hitam? Apa ini mobil yang mencelakai Gadis?”

Dara melirik sepupunya. Askara menatap lurus ke depan, sorot matanya dingin.

Mereka tidak bercakap. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak berapa lama hape Askara dan Dara berbunyi di saat yang hampir bersamaan.

Keduanya mengangkat. Askara menyalakan speakerphone.

“Tuan, ada berita duka. Ibu Davina ditemukan tidak bernyawa di sebuah rumah. Sekarang jenazah sudah di rumah sakit kepolisian. Pak Darius sudah memerintahkan untuk menjemput keluarga Ibu Davina dengan pesawat pribadi.”

Berita yang sama sampai di telinga Dara ketika mobil mereka oleng.

“Kak! Kak Askara!”

Dara memegang kemudi sambil menatap lurus ke depan. Askara bergeming setelah mendengar berita kematian Davina.

Amir menepuk pundak Askara.

“Tuan, sadar. Mohon berhenti di pinggir. Saya aja yang nyetir.”

Askara mengangguk.

Dara menatap cemas. ”Hari yang buruk, ya Allah,” gumamnya.

Setelah menepi. Amir berganti posisi dengan Askara yang duduk di kursi penumpang di belakang bersama Dara.

“Rumah sakit kepolisian,” ucap Askara dengan suara bergetar.

“Kak,” panggil Dara.

“Dara, maaf, Kakak jangan diajak ngomong dulu, ya.”

Dara mengangguk.

Tiba di rumah sakit kepolisian, sudah ada banyak pegawai SDM yang ditugaskan untuk mengurus Davina. Termasuk Darius yang sedang mendengar keterangan dari polisi.

“Dara, loh kok kamu sama Askara?”

Askara tidak menyahut hanya mengangguk lalu masuk ke dalam.

“Opa.” Dara langsung memeluk kakeknya dengan erat.

“Sedih, ya? Opa juga, Davina udah banyak bantu Opa.” Dara mengangguk tidak mau menceritakan kejadian barusan.

“Kita ke dalam?” Tanya Dara.

“Sudah ada Direktur SDM yang Opa tugaskan mengurus di dalam. Dara, Davina meninggal karena over dosis. Opa nggak ngerti mesti ngomong apa. Dia kerja buat bayarin adik-adiknya. Bapaknya cuma pegawai biasa. Masak iya dia mau pake barang begitu?”

Dara mengerutkan kening.

“Opa nggak tega saat orang tuanya menerima berita ini.“ Darius menghela napas panjang. Tiga kali ia pernah mendapat kabar buruk tentang kematian.

Semua menunggu di depan ruang jenazah. Darius memilih untuk duduk di ruang tunggu. Ruang jenazah adalah ruangan yang paling dibencinya. Dara duduk di samping kakeknya.

Askara ikut mendengar keterangan dari polisi ketika tiba-tiba ia jatuh terduduk.

“Kak!” Dara berlari ke Askara lalu membantunya berdiri.

Kembali berdiri dengan wajah pucat. Para pegawai Anantara yang melihat mulai berbisik. Mereka merasa reaksi Askara terlalu berlebihan. Tak ada yang satu pun mengetahui hubungan Askara dengan Davina.

Askara berdiri dibanti Dara dan polisi yang memberi keterangan. Wajahnya pucat.

“Saya nggak apa-apa. Hanya kaget. Banyak yang terjadi hari ini..”

Dara menyuruh salah seorang pegawai mengambilkan minum.

Askara termenung. Matanya terpejam.

Tiba-tiba terdengar suara Darius, “Apa?”

Amir berdiri di sampingnya.

Darius lalu berjalan cepat ke arah Dara dan langsung memeluk cucunya.

“Dara, Dara, ya Allah, Amir baru cerita. Kamu luka? Kita ke rumah sakit. Kamu harus diperiksa.”

“Dara nggak apa-apa. Tadi cuma kaget.” Dara mendorong tubuh opanya. Darius menolak dan terus memeluk Dara. Satu-satunya keluarga yang tersisa.

“Kakek nggak mungkin memaafkan diri sendiri jika kamu terluka.”

“Dara aman, tadi ditolong Kak Askara.”

“Terima kasih, Askara.”

Askara mengangguk, tidak berkata apa-apa.

Direktur SDM mendekat lalu memberikan keterangan.

“Maaf ini untuk kita saja. Davina meninggal over dosis dan ditemukan tanpa busana setelah melakukan hubungan ****. Saat ini media sudah mulai mencium berita tentang sekretaris Darius Anantara yang meninggal tidak wajar.”

Tak disangka, Askara bangkit dari duduknya lalu meninju wajah Direktur SDM. Laki-laki itu terjengkang.

Bang Amir maju untuk melerai sembari menyuruh Dara dan Darius untuk menjauh.

“Tuan! Kenapa Anda memukul saya?”

Askara tidak berkata apa-apa. Tangannya mengepal.

“Askara, sudah! Duduk di sana sama Opa!” Dara langsung menarik Askara untuk menjauh.

“Fer, maafkan Askara. Tolong jangan diperpanjang. Periksakan bekas pukulan ke IGD.”

“Saya tidak apa-apa, Tuan. Saya akan mengurus di sini. Kabar terakhir, keluarga Davina sudah menuju airport dari rumah mereka.”

“Baik. Saya akan di sini menunggu mereka. Panggil divisi PR untuk mengantisipasi berita ini. Demi keluarganya, jangan sampai ada berita tentang bagaimana Davina ditemukan bocor ke media.”

“Siap, Tuan.”

Ferdi kemudian kembali mengurus segala sesuatu bersama anak buahnya. Mereka semua shock dengan bagaimana kondisi Davina ditemukan karena bagi mereka wanita itu bukanlah tipe nakal.

Askara memejamkan mata.

“Pak Askara. Mohon ikut kami,” panggil dua orang polisi.

“Maaf, ada apa ini?”

“Kami ingin minta keterangan dari Pak Askara karena beliau adalah orang terakhir yang berkirim pesan dengan korban.”

“Askara adalah salah seorang direktur, mungkin ia ingin memberikan tugas.”

Salah satu petugas mengarahkan Askara ke ruang interogasi, sementara yang lain berkata pada Darius, “Silakan jika akan memanggil pengacara.”

Darius mengusap wajahnya.

“Betapa kacaunya hari ini,” batinnya.

Sementara Dara memperhatikan Askara yang menghilang di bersama polisi. Dara menuliskan pesan di hapenya:

Irsad, sekretaris Opa ditemukan tewas. Kak Askara sedang diinterogasi. Aku juga tadi hampir celaka karena rem mobilku blong. Dan kebetulan Askara yang menolong. Apakah ini ada hubungan?

***

Setelah dua jam diperiksa, tidak terbukti bahwa Askara berada di lokasi Davina ditemukan. Saat itu ia sedang bersama teman-temannya nobar bola.

Dia baru pulang ke rumah pagi hari diantar temannya dan langsung pergi ke tempat acara Babe untuk penandatanganan kerja sama. Polisi juga sudah melakukan cross check ke teman-teman Askara dan manajer tempat nobar.

Dari CCTV pun terlihat Askara terus berada di sana.

Askara mengakui bahwa dia memiliki hubungan dengan Davina. Mereka menyembunyikan karena status jabatan. Askara berkilah tidak ingin Davina mendapat kesulitan di kantor.

Selesai di kantor polisi, Askara kembali ke ruang jenazah karena Davina akan segera diberangkatkan ke kampung halamannya.

“Brengsek! Kamu memang brengsek! Tante sudah bilang sama Davina untuk menjauhi kamu! Tega kamu!”

Ibu Davina meraung dan memukuli dada Askara begitu melihat pria itu muncul.

Askara bergeming, membiarkan wanita ysng sedang hancur perasaannya itu mmelampiaskan padanya.

“Davina mencintai kamu. Kenapa kamu tega?”

“Saya nggak …” Askara mengira Ibunya Davina menuduhnya sebagai pembunuh.

“Diam! Kamu sudah berbuat terlalu jauh hingga Davina hamil!” Ayah Davina yang baru melihat Askara langsung maju dan melayangkan tinju ke wajah kekasih hati mendiang putrinya.

Askara limbung, bukan karena pukulan, tapi mengetahui fakta bahwa Davina hamil.

Semua yang ada di sana melerai ayah Davina yang masih mengamuk dan ingin memukul Askara.

Darius menahan dengan tubuhnya hingga ayah Davina jatuh di atas kedua lututnya dan menangis.

“Ya Allah, Davina …”

Dengan sisa kekuatan, Askara berusaha berdiri. Matanya terlihat bingung. Tanpa berkata apapun ia meninggalkan kantor polisi.

***

1
Siti Arbainah
kadang yg terlihat baik blum tentu baik dan yg terlihat jahat blum tentu jahat
Siti Arbainah: iya.. mkanya kita gak bisa nilai orang cma dr covernya aja bahkan yg dekat aja bisa lbih jahat 😆
freya alana: Betul banget. Kadang yang santun justru punya niat busuk. 😍😍😍
total 2 replies
Siti Arbainah
curiga sama Adrian sih dalangnya kecelakaan itu
freya alana: Hmmm lanjut kaaak 😍😍😍
total 1 replies
shanairatih
ceritanya keren bgt 👍👍👍👍👍💕💕💕
lapak nasi khansa
👍👍👍👍
freya alana: Makasi dah mampir ya. Sila tengo juga novelku yang lain 💖💖
total 1 replies
Nana
kasian Dara 😭😭😭
freya alana: Lanjyuuut kak ☺️
total 1 replies
Nana
couple somplak 🤣🤣🤣
freya alana: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nana
😭😭😭 gemes bgt sama Dara dari awal bikin ngakak
freya alana: Xixixixi … iya kak 😍
total 1 replies
Nana
udah ada yg punya, patah hati deh Dara gue
freya alana: Hihihi lanjut dulu kaak 😍😍😍
total 1 replies
G
yah tamat
Bundanya Pandu Pharamadina
endingnya
👍👍👍👍
❤❤❤❤
semoga mbak Authornya sehat selalu, sukses dan berkah, makasih mbak Author
freya alana: Makasi kak, maa syaa Allah … met menjalankan ibadah Ramadhan ya kak … 🌹🌹🌹🌹
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
Dara Askara
❤❤❤❤
freya alana: Sejodoh 😍
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
iih mbak Author bikin senam jantung terus, semoga Dara selamat dan bisa membongkar kedok Anwar.
freya alana: Hehehehe 💓
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
hantunya berwujud manusia yah mbak Author🤔
freya alana: Iyaaaah…
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
mampir marathon👍❤
freya alana: Maa syaa Allah… makasi kakaaak 🌹🌹🌹
total 1 replies
Mak mak doyan novel
karya yg keren.
freya alana: Maa syaa Allah, tabarakallah … makasi kakak 💕💕💕
total 1 replies
Mak mak doyan novel
akhirnya selesai juga... ending yang sesuai harapan...happly ever after..
karyamu keren thor. good job
freya alana: Makasi kakak, makasi udah mampir dan kasih komen….. aku pada muh 💕💕💕💕
total 1 replies
Aisyah farhana
seriusan ini Dara mau 12 anak good job lanjutkan seruuu sekali banyak krucil deketan pula lahirnya, pak Adrian ternyata anda juga menyimpan rahasia tapi termaafkan dehh demi Dara sama Askara n anak" juga. karya yg hebat luar biasa kak ditunggu karya selanjutnya makasih sudah buat cerita yg luar biasa enak buat dibaca lanjuuuttt
freya alana: Kak… makasi ya sudah baca novel aku …. semoga selalu sehat dan bahagia…. Aamiin 😘😘😘
total 1 replies
🟡𓆉︎ᵐᵈˡ 𝐀⃝🥀sthe⏤͟͟͞R🔰¢ᖱ'D⃤
wah Dara keluarganya rameee bangeeettt
makasih yah kak
karyanya bagus
semoga nanti Makin banyak yang baca,Makin banyak yang suka
sukses selalu ❤️
freya alana: Makasi ya Kak, udah baca novel aku …. Seneng deh. Semoga selalu bahagia n sehar ya Kak … 😘😘😘
total 1 replies
Arie
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
freya alana: Makasi ya Kakak ….
total 1 replies
Aisyah farhana
waaahhhh selamat Dara Anantara n Gadis happy banget samaan lahirannya baby boy pula yeyyyy
freya alana: Hihhi iyaaah. Lanjuuut kaaaak 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!