Spin of: Aku Bukan Pemuas R@njang.
Walls Diamond, seorang hacker yang selalu bergonta-ganti wanita. Tiba-tiba terobsesi pada Rose Brania.
Memutuskan untuk menjebak wanita itu hingga menghabiskan satu malam yang panjang dengannya.
Rose yang masih trauma, bukannya luluh justru semakin membenci, Walls. Ia pun memutuskan lari ke luar negeri. Tanpa sadar jika terdapat benih bayi kembar di dalam rahimnya.
"Kami akan membawa mama kepadamu, papa!"
Akan kah, rencana Hiro dan saudari kembarnya Milea berhasil?
Mampukah, kejeniusan dan keimutan si kembar menyatukan kedua orang tua mereka?
Cekidots!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22. Playboy Insyaf
"Ubahlah, mindsetmu. Revisi lagi pandanganmu terhadap wanita. Kau, lihatkan hasil perbuatanmu ... jangan merasa hebat karena itu. Belajar lah untuk menjadi teladan yang baik. Kau seorang ayah sekarang, bahkan dari dua anak sekaligus!" tutur Netta bijak. Ujung saja, ada juga orang yang bisa membuat Walls diam mendengarkan kala di nasehati.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan tak tau harus memulainya dari mana," jawab Walls frustrasi. Ia pikir, kedua anak jenius ini akan bersorak dan bangga saat tau dia adalah sosok papa mereka. Setidaknya, Walls akan menjadikan kedua anak itu sekutunya untuk meminta pertanggungjawaban, atas perbuatan, Rose padanya.
Heh! Kagak salah itu, Walls!
Astaga!
Elu keles yang harusnya tanggung jawab ... !
"Pikirkan sendiri, telaah apa yang terjadi. Hanya kau yang memiliki jawabannya. Maka itu, berpikirlah! Otakmu kan jenius!" sarkas dokter wanita yang masih tetap cantik di usianya yang sudah kepala empat itu. Sayang, belum ada satu pria pun yang dapat mengambil hatinya.
Sementara, ia telah dua kali menangani proses melahirkan, Susi. Begitu juga dengan, Vanish. Semoga, kencannya kali ini dengan pria kenalan dari Arjuna akan membawa hasil yang baik.
"Apa sudah selesai? Bagaimana keadaan kawanmu?" tanya seorang lelaki yang kini tengah tersenyum hangat kearah Netta. Dokter cantik itu, lebih dulu membuka jubahnya sebelum menjawab.
"Wanita itu, hanya syok. Tetapi, kurasa setelah ini, anak itu dapat mengurusnya dengan baik," jawab Netta seraya membawa dua kaleng minuman. Ia yang berniat berlibur demi menggunakan waktu cutinya selama sembilan hari di negara ini. Sekaligus pendekatan dengan pria maskulin yang baru saja menjadi kekasihnya selama tiga bulan terakhir ini.
Pria itu memandang nakal ke arah Netta yang kini hanya mengenakan kemeja tipis yang mencetak jelas tubuh ramping berisinya itu. Bukannya, Netta gak sadar, hanya saja ia sengaja. Memancing sifat asli dari kekasihnya ini. Sepertinya, kali ini ia akan gagal lagi mendapatkan pendamping yang ia inginkan. Kebanyakan lelaki, hanya sebatas memandang kesuksesannya juga bentuk tubuh di balik jubah dokternya.
Netta, duduk di samping pria itu dan memainkan gawainya. Ada berapa pesan dari Susi dan juga sahabatnya yang merupakan suami dari pasien tetapnya itu. Netta, mengabaikan usapan lembut, Roger pada pipinya yang tirus. Ia hanya menoleh sekilas untuk melemparkan senyum, lalu mengusap ikon gagang telepon pada ponselnya itu.
"Halo, Sus. Katakan pada Arjuna, jika aku baru saja kembali dari penthouse milik adik badungnya itu. Apa kalian tahu, jika anak itu telah memiliki dua anak kembar," jelas Netta, yang mana ucapannya itu membuat Susi memekik di seberang sana. Kebetulan, jika saat ini. Arjuna dan keluarga kecil bahagianya itu tengah berada di bagian negara berbeda, akan tetapi masih berdekatan dengan negara dimana, Netta berada saat ini.
[Ah ya, Netta. Arjuna sudah mendengar. Sebab, teleponnya aku loadspeker. Kami akan kembali sore ini juga. Sayang kau harus menghubungi, Will! ]
Nampaknya, Susi tengah berteriak disaat dirinya masih terhubung dengan panggilan dari Netta. Tentu saja hal itu membuat, dokter cantik dan seksi ini menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Haihh, Arjuna. Apa istrimu itu baru saja menelan Toa!" omel Netta seorang diri, setelah ia mematikan sambungan telepon itu. Sementara itu, Roger yang berada di sebelahnya hanya bisa tertawa renyah melihat aksi Netta yang sedang menggerutu.
"Hei, kenapa kau menertawaiku!" Netta, mencubit lengan Roger yang besar dan kekar itu. Langsung saja, jemari yang ia gunakan untuk mencubit ditangkap dan di bawa ke depan bibir, Roger.
Cup.
Sontak, Netta menarik tangannya yang berada dalam genggaman kekasihnya itu. Ia sudah mulai risih ketika, pria maskulin di sebelahnya ini memberi kode keintiman.
"Kau pasti lapar kan, aku akan memanaskan makanan untukmu." Tapi, baru saja, Netta hendak berdiri. Roger kembali menarik lengannya hingga dokter cantik ini terjatuh menimpa dada bidang Roger.
"Kalau lapar, aku akan memesan makanan dari restoran bawah. Tolong, jangan lagi menjauh atau menghindar dariku lagi. Kita ini, telah menjadi sepasang kekasih selama 3 bulan. Tapi, belum pernah sekalipun aku merasakan bibirmu. Bahkan, aku rela ikut kamu berlibur ke negara ini. Tempat dan suasana yang romantis, bukankah ini mendukung kita berdua untuk melakukan hal yang semestinya di lakukan oleh pasangan kekasih?" tutur, Roger.
"Jadi, hubungan kita berdua harus seperti itu? Bukankah kau tau, jika aku tidak suka hubungan skin to skin. Karena aku ingin kita melakukannya setelah menikah nanti," jawab Netta yang langsung bangun dari duduknya. Ia berdiri dan menatap Roger yang tengah kecewa untuk kesekian kalinya.
"Netta, tunggu!" Roger juga langsung bangun dan mengejar Netta ke dapur.
"Kamu jangan marah, kalau begitu kita menikah saja," ucap Roger asal nyeletuk.
"Mending kau pulang saja! Aku sudah tidak minat untuk menikah, apalagi dengan mu!" ketus Netta. Tapi, Roger bukannya marah justru tertawa kencang.
"Aku akan pulang, dengan status kita yang sudah berbeda." Roger pun menggendong, Netta dan membawanya berputar hingga dokter cantik itu berteriak minta turun.
"Hentikan, Roger, gila! Kau pikir menikah itu main-main!" omel Netta ketika, kekasihnya telah menurunkan dirinya dan mendudukkannya di atas meja dapur.
"Aku serius, nih!" Roger mengeluarkan tangannya dari saku celana panjangnya. Lalu ia memberikan sebuah kotak kecil berwarna merah beludru.
______
"Maafkan, Papa. Tolong kalian jangan membenci ku!"
Hiro kaget, lantaran pria yang ia kenal begitu angkuh kini bersimpuh di samping sang mama.
"Kami, akan memaafkan mu, jika mama juga telah memaafkan anda!" ucap Hiro tegas. Ini memang harus ia lakukan demi keadilan untuk Rose. Meskipun, ia tak tau bagaimana masa lalu kedua orang tuanya ini.
"Bantu, Papa, untuk meriah maaf dari Mama kalian. Ku mohon!" Walls menundukkan kepalanya hingga rendah dengan kedua lutut yang bersimpuh. Pertama kali dalam hidupnya, memohon maaf dari orang lain. Walls bahkan tak peduli. Semua ini, ia lakukan demi sebuah pengakuan.
Ia tak ingin, nasibnya yang tumbuh besar tanpa ada orang tua di sisinya. Terulang pada kedua anak kembarnya yang memiliki potensi besar serta masa depan gemilang. Ia ingin memberikan tunjangan yang sesuai agar kedua anaknya ini sukses tanpa menderita sepertinya.Walls juga, gak ingin kedua anaknya memiliki tabiat yang sama jelek dengan dirinya.
"Akan kami pikirkan dulu," jawab Hiro singkat.
"Jangan lama-lama ya, mikirnya. Nanti, keburu salju di Swiss meleleh," ucap Walls yang mana hal itu lantas membuat, Hiro dan Milea membulatkan kedua mata indah mereka.
"Papa, akan mengajak kita ke Switzerland!" pekik Milea, senang. Tiba-tiba anak itu merubah wajah ketusnya menjadi sumringah.
'Ah, untung saja Will telah menyelidiki, jika kedua bocah ini memiliki impian untuk mengunjungi negara penghasil keju terbaik itu.' batin Walls merasa memang.
"Jangan panggil, Papa. Sebelum, Mama menyetujuinya!" celetuk Hiro, yang kembali membuat senyum di wajah Walls menekuk kebawah.
"Tega sekali, hiks!"
...Bersambung...