Menjadi Pembantu di Rumah Maduku

Happy Reading...

💞

Selama diperjalanan, Yuga diam membisu.

Tidak ada terdengar obrolan dalam mobil, Bianca pun diam tak peduli. Matanya terlalu fokus melihat pemandangan sepanjang jalan.

Tiba di kediaman mereka Yuga langsung masuk kamar di ikuti Bianca.

"Kamu kenapa diam aja dari tadi mas? Kamu gak suka kita jalan berdua" tanya Bianca.

"Hufft...bukan sayang. Mas hanya lelah" jawab Yuga. "Mas mandi dulu ya, lengket banget ni". Kemudian mengecup kening Bianca.

"Lelah?? Coba sama gundikmu, mana kenal kamu dengan yang namanya lelah".

Bianca memicingkan matanya, seolah mengingat sesuatu. Ahaa !!!

Kedua alis matanya naik turun.

Dia mengambil dompetnya dan mengambil sesuatu "Ini bahkan baru pemanasan sayang" dia tersenyum sinis.

Dia mencampurkan obat tidur pada air putih yang ada dinakas.

Selang beberapa waktu Yuga selesai dengan ritual mandinya, dan memakai baju yang telah disiapkan sang istri.

Bianca tanpa banyak bicara pun langsung gantian masuk kamar mandi.

"Aarrgh...kenapa nomor Nora susah dihubungi. Kemana dia? Bagaimana caranya dia pulang?" Yuga menjambak rambutnya kasar.

Berulang kali dia menghubungi Nora namun nihil. Merasa tenggorokannya kering dia pun meraih gelas yang ada di nakas dan meminumnya hingga tandas.

"Segitu khawatirnya kamu sama dia, mas" batin Bianca menjerit. Diurungkannya mengambil handuk yang tergantung dekat meja riasnya.

Hatinya hancur kala suami sendiri mengkhawatirkan wanita lain. Jelas jelas ada dia, istri sah disampingnya. Miris.

Mendengar dengkuran halus suaminya, Bianca beranjak keluar tanpa mandi. Dia membetulkan posisi suaminya yang sedang tidur tengkurap. Melihat wajah damai suaminya yang terlelap membuat dia menolak untuk percaya, fakta jika suaminya kini mendua.

Seketika dia menggeleng. "Aku gak boleh lemah".

Lalu masuk kembali ke kamar mandi. Selesai bersiap siap dia pun turun menemui artnya.

"Mbok, saya mau keluar sebentar. Bapak sedang istirahat sepertinya sangat lelah. Gak usah dibangunin ya. Lagian Bapak juga udah makan di luar tadi" titah Bianca

"Baik Bu" jawab mbok Yun.

Bianca menyambar kunci mobil dan keluar.

🌹

Disisi lain, terlihat Lilis dan Dodi dalam satu mobil. Mereka baru pulang setelah melakukan visit pembangunan hotel milik Bianca yang belum rampung, mereka ditugaskan untuk ikut menghandlenya.

Disepanjang jalan tak henti hentinya Lilis mengomel, membuat gendang telinga Dodi menjadi panas.

"Lo tu ya, jadi laki laki jangan cemen. Baru juga sekedar visit udah manjanya gak ketulungan gak mau nyetir lagi" Lilis mencibir namun pandangan matanya tak lepas menatap ke depan.

"Udah keberapa puluh kali lo ngomong ini terus? Gak capek tu mulut ngomel mulu?" Jawab Dodi mulai jengah.

Sorot mata Lilis menatap tajam pada Dodi.

"Apa lo liat liat?" Tangan Dodi meraup wajah Lilis gemas.

Hidung Lilis kembang kempis seperti mencium sesuatu. "Tangan lo bau banget, abis megang apa lo??" mata Lilis membola.

Dodi langsung mengenduskan hidungnya ke telapak tangan kanannya. Lalu dia nyengir kuda membuat Lilis bergedik ngeri, alarmnya berbunyi seolah memberi tanda kalau ada yang tidak beres.

"Hehehe, tadi gue abis pipis lupa cuci tangan" jawab Dodi tanpa rasa bersalah.

Huueeekkkk

Dodi terbahak bahak melihat respon Lilis yang lucu menurutnya.

"Gila lo ya, jorokkk!!!" Lilis histeris. Dia menepikan mobilnya dan memukuli Dodi yang terus tertawa. Puas dengan aksinya, dia merogoh tas dan mengambil tisu basah serta mengelap wajahnya dengan kesal.

"Haha lucu banget sih muka lo!!!" Lilis melempar tisu bekasnya yang langsung dengan sigap ditangkap Dodi.

Tawa Dodi makin menjadi jadi karna puas menjahili sahabatnya itu hingga marah. Lilis mencebik kesal.

🌹

"Hoyee, Papa puyang" teriak Salsa putri kesayangan Farel dan Mayang. Dia berlari menemui Papanya yang baru turun dari mobil, meninggalkan pengasuh yang tengah menyuapinya makan.

Farel merentangkan tangannya mengangkat Salsa tinggi tinggi tak lupa menghujani pipi chuby putrinya dengan ciuman. Salsa yang mendapat serangan dari papanya tertawa karna kegelian.

Pemandangan indah itu tak luput dari pandangan Mayang , bibirnya melengkungkan senyum bahagia melihat dua orang terkasihnya tertawa lepas.

Mayang menghampiri keduanya, membawakan kopi untuk suaminya tercinta.

"Duh asiknya,,, mama sampai dilupain" rajuk Mayang

"Sini sayang" Farel pun memeluk istri dan anaknya. Membuat letihnya sirna seketika.

"Udahan ya, Salsa ke kamar dulu sama mbak ya"

Setelah mbak pengasuh membawa putrinya ke kamar, Farel pun berbagi cerita tentang yang dilewatinya di kantor dan begitu pun Mayang sebaliknya. Memang begitulah rutinitas mereka saling berbagi cerita apa yang mereka lalui seharian.

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu, sayang?" tanya Farel yang sudah hafal dengan raut wajah istrinya jika ada masalah.

Mayang meragu namun kemudian dia memantapkan hatinya untuk terbuka. "Mas aku ingin cerita sesuatu tapi mas jangan marah ya.." ucap Mayang takut takut. Karna dia tau suaminya itu kadang cepat emosian. Jadi harus pelan pelan jika menyampaikan berita, apalagi kalau beritanya tidak mengenakkan dihati.

"Bicaralah sayang" ucap Farel sambil merapikan rambut Mayang ke belakang telinganya.

"Hmm...tadi aku liat Yuga, mas. Dia dengan seorang wanita tapi wanita itu bukan Bianca. Tadinya ku pikir mataku salah liat, tapi ternyata tidak" Mayang memperhatikan reaksi Farel takut jika dia emosi.

Farel menegang. Rahangnya mengeras dan terdapat kemarahan dalam sorot matanya.

"Maaf mas, sebenarnya aku gak bermaksud ikut campur, hanya saja perlakuan Yuga ke wanita itu sedikit berbeda". Mayang menunduk sambil menggigit bibir bawahnya gugup. "Seperti... sepasang kekasih" sambungnya pelan namun masih dapat didengar Farel.

"Apa yang kamu liat adalah benar, May"

Mayang tersentak kaget kemudian mendongakkan kepalanya seakan mencari kebenaran.

Farel mengangguk, dia mengerti dengan kebingungan istrinya. Lalu dia menjelaskan semuanya, karna saat pertemuan keluarga kemarin Mayang tidak ikut kerumah mertuanya karna mengurus Salsa yang sedikit tidak enak badan.

Bahu Mayang meluruh mendengar penuturan suaminya, tak disangka rumah tangga adik ipar kesayangannnya sedang berada di ujung tanduk.

"Udah mulai terang terangan dia dimuka umum. Gak tau malu!!" batin Farel berbicara.

🌹

"Do...!!" Lilis menepuk lengan Dodi

"Hmm"

"Ish, ntar dulu pelototin hapenya. Tu liat, itu bukannya sipelakor ya?" ucap Lilis memberi kode pake dagunya.

Dengan malas Dodi mengikuti arahan Lilis.

"Ck...kok dia jalan kaki? Hahaha perhatiin deh, penampilannya kayak gembel".

Mereka saling pandang. Tak lama tawa mereka pecah. Menilik penampilan Nora yang sangat acak acakan.

"Jahilin akhhh !!!"

.

.

.

.

💞