Jade baru saja kehilangan bayinya. Namun, suaminya malah tega memintanya untuk menjadi ibu susu bagi bayi Bos-nya.
Bos suaminya, merupakan seorang pria yang dingin, menjadi ayah tunggal untuk bayi laki-laki yang baru berusia tiga bulan.
Setiap tetes ASI yang mengalir dari tubuhnya, menciptakan ikatan aneh antara dirinya dengan bayi yang bukan darah dagingnya. Lebih berbahaya lagi, perhatian sang bos perlahan beralih pada dirinya.
Di tengah luka kehilangan, tekanan dari suaminya yang egois, dan tatapan intens dari pria kaya yang merupakan ayah sang bayi, Jade merasa terperangkap pada pusaran rahasia perasaan terlarang.
Mampukah Jade hanya bertahan sebagai ibu susu? Atau hatinya akan jatuh pada bayi dan ayahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBintang , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEDATANGAN SESEORANG
Adriano mengangkat tubuh putranya tinggi-tinggi. "Bocah nakal, jangan memanjat ke lemari. Kau bisa jatuh."
Namun, Maximo malah tertawa keras, dan memencet hidung Adriano.
"Dia bahkan menertawakan Anda, Tuan," kata Jade, sambil terkekeh pelan.
Adriano menghela nafasnya. "Benar. Anak ini bahkan menertawakan Ayah yang sedang menasehatinya."
"Maximo senang bermain, Tuan. Anda sepertinya harus lebih banyak menghabiskan waktu dengannya," kata Jade. "Tapi jika Anda tidak sibuk, aku tidak memaksa."
Adriano menurunkan Maximo dengan hati-hati, lalu menatap Jade dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Aku tahu, Jade. Aku juga ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya," ungkapnya dengan suara yang terdengar tulus. "Tapi... untuk beberapa hari ini aku tidak bisa. Sekarang saja aku harus menemui klien."
Jade mengangguk. "Aku mengerti, Tuan. Aku juga tidak memintamu harus sekarang. Maksudku tunggu Tuan memiliki waktu luang. Aku hanya tidak mau jika Maximo sampai merasa kehilangan peran seorang ayah."
"Terima kasih karena kau begitu perhatian pada putraku, Jade. Aku merasa sangat beruntung karena wanita sepertimu yang mengurus putraku."
Jade tersenyum samar. "Sama-sama, Tuan."
Adriano terdiam sejenak. Pandangannya semakin dalam, dan semakin sulit dibaca. Jade bahkan sampai mengerutkan keningnya, bingung dengan pria itu.
"Ada apa, Tuan?" tanya Jade bingung.
Adriano menggeleng pelan. "Tidak, aku harus pergi sekarang. Jaga putraku.
"Tentu. Dengan senang hati aku akan menjaga Maximo," sahut Jade sambil tersenyum.
Adriano terdiam sejenak melihat senyum itu. Senyum yang selalu bisa membuat jantungnya berdegup tak karuan.
"Jangan selalu tersenyum seperti itu," bisik Adriano.
"Kenapa?" tanya Jade bingung.
"Aku bisa mati karena senyummu," jawab Adriano.
Belum sempat Jade merespon, Maximo menarik tangannya, sambil menepuk perut. "Lapar, Mommy."
"Tuan, aku bawa Maximo sarapan dulu. Dia belum sarapan," kata Jade. Tanpa menunggu respon dari Adriano, Jade segera membawa Maximo pergi.
**
Beberapa hari setelahnya.
Jade setiap hari selalu mengajarkan Maximo hal-hal baru, sedangkan Adriano yang cukup sibuk hanya bisa melihat aktivitas mereka melalui rekaman CCTV di mansion.
"Jade, sosok keibuan yang aku inginkan. Wanita sempurna, lebih indah dari Catarina. Dia pantas menjadi ibu pengganti untuk Maximo," gumam Adriano.
Adriano lalu menatap cincin yang ada di atas meja. Cincin itu dia beli untuk melamar Jade, meskipun dia belum tahu apakah wanita itu akan menerimanya atau tidak.
Namun, fakta bahwa dia dan Catarina belum resmi bercerai membuatnya merasa bingung. Adriano sudah melakukan berbagai cara, tapi dia sulit sekali terlepas dari Catarina.
Adriano mengusap kasar wajahnya. "Sial! Kapan aku bisa terlepas dari iblis itu? Aku sudah tidak mencintainya. Aku hanya ingin dia benar-benar menghilang dari hidupku!"
Saat Adriano sedang melamun, pintu ruang kerjanya terbuka. Jade masuk sambil membawa nampan berisi secangkir kopi dan beberapa jenis cake.
"Tuan, aku bawakan kopi dan cake untuk menemani Anda bekerja," kata Jade dengan ramah.
Adriano mendongak dan menatap wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Hanya tatapan yang membuat Jade bingung.
"Tuan? Kenapa?" tanya wanita itu.
Adriano tersadar. Dia langsung menggelengkan kepalanya, dan berkata. "Terima kasih kopi dan cake yang kau antarkan, Jade."
"Sama-sama, Tuan." Jade meletakkan cangkir berisik kopi dan piring berisi beberapa potong cake ke hadapan Adriano. "Jangan terlalu lelah, Tuan. Tubuh Anda juga bisa sakit jika tidak istirahat."
Adriano terkekeh pelan. "Kalau aku sakit, mungkin kau bisa merawatku?"
Jade tersenyum kecil sebelum menjawab. "Merawat Anda?? Aku pengasuh Maximo, Tuan."
"Kau bisa mencoba merawatku jika aku sakit," balas Adriano.
"Bisa, tapi aku tidak berharap Tuan sakit. Tuan harus selalu sehat," sahut Jade.
"Sayang sekali. Padahal aku ingin tahu bagaimana rasanya dirawat oleh wanita cantik," ucap pria itu dengan suara menggoda.
Wajah Jade terasa panas mendengar ucapan Adriano. Kedua pipinya memerah. Namun, dia berusaha menahan diri untuk tidak menunjukkannya di depan Adriano.
"Tapi aku tak secantik istrimu," kata Jade.
Adriano mendengus pelan. "Catarina memang cantik. Tapi dia murahan, Jade."
"Mungkin dia wanita yang menyukai kebebasan, Tuan."
"Kebebasan??" Adriano tertawa sinis. "Aku tak pernah mengekangnya. Dia bebas ingin pergi ke mana. Dia berfoya-foya, dan aku tidak pernah marah. Justru aku terus bekerja keras untuk membahagiakannya. Tapi apa balasannya?? Hal menyakitkan. Sakitnya tak pernah hilang, Jade. Aku memberinya cinta yang tulus, dan dia balas memberiku luka."
Jade menunduk. "Maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud untuk—"
"Tidak," potong pria itu dengan cepat. "Kau tak salah. Aku hanya marah karena mengingat masa lalu, Jade."
"Kalau begitu, tidak perlu diingat lagi, Tuan."
"Tidak bisa, tapi aku akan mencobanya. Aku butuh waktu untuk tenang. Tolong keluar dari ruangan ini, Jade."
Jade mengangguk. "Baik, Tuan." Tanpa menunggu respon Adriano, Jade segera keluar dari ruangan pria itu, meninggalkan Adriano yang duduk termenung di dalam sana.
**
Beberapa hari berlalu..
Sebuah mobil merah berhenti di halaman mansion. Jade yang sedang berjalan-jalan di taman mansion sore itu, memandang ke arah mobil merah itu.
"Mommy, siapa?" tanya Maximo. "Apa itu Daddy?"
"Bukan, Sayang. Mobil ayahmu berwarna hitam," jawab Jade.
Jade terus memandang ke mobil itu. Begitu dia melihat orang yang turun dari mobil tersebut, dia langsung menahan nafasnya.
"Kenapa dia tiba-tiba datang saat Tuan tidak ada di mansion?" gumam Jade.
...****************...
gilaaaa godaan nya 🤭🤭🤭
ah gemes akuuuuuu..
untuk author, semangat terus nulisnya author kesayangan ❤️
jgn sampai Mak lampir itu merusak kebahagiaan mereka