Gaharu Raga Argantara, harus pasrah menerima hukuman dari Papinya. Raga harus tinggal di desa tempat tinggal Kakek Nenek nya selama 6 bulan.
Dan ternyata disana ia terpikat oleh gadis cantik, sekaligus putri dari supir keluarga nya di kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 21
***
Semua orang sudah berkumpul di tempat usaha barunya Raga, para warga satu persatu berdatangan. Ustadz yang akan memimpin doa juga sudah datang.
Yang Dateng bukan hanya bapak-bapak saja, ada ibu-ibu nya juga, anak muda yang sedang tidak ada kegiatan dan anak-anak juga sudah pasti datang.
“Untung pesen katering sama kue buat jamuannya banyak” ucap nek intan pelan.
“Ini kalau acaranya di kota gak bakalan sebanyak ini.” ucap Bu Lena.
“Kalau di kota kan biasanya dibikin surat undangan, jadi kita bisa membatasi mau berapa orang yang datang. Kalau disini kan gak pake surat undangan, setiap ketemu orang pasti bakalan di ajak datang, belum lagi ada yang di ajak teman nya.” balas nek intan.
“Lagian dari dulu warga disini pada kompak-kompak, apalagi kalau ada hajatan.” lanjut nek intan.
“Berarti beda dong sama kampung halaman nya papa, disana warganya sua pada iri kalau ada tetangga yang beli barang baru atau bangun rumah, kalau ada satu rumah ganti warna cet pasti langsung pada ikutan. Makanya papa pas nikah sama mama milih tinggal dijakarta.” ucap Sekar.
“Kalau yang begitu juga ada tapi di desa sebelah.” ucap nek intan.
“Setiap tempat tinggal pasti ada kok orang-orang begitu, tapi ada yang secara terang-terangan ada yang diam-diam aja, padahal hatinya gak baik.” lanjut nek Intan.
Obrolan mereka terhenti ketika di ruangan depan sudah terdengar suara pak ustadz memulai acaranya.
Di mulai dari pembukaan, penyampaian beberapa kata oleh Raga sebagai yang punya acara. Setelah itu baru sang ustadz kembali berbicara, dan mulai berdoa untuk kemaslahatan tempat baru ini dan untuk usahanya di pelancar.
tidak lama, hanya dua jam kurang. Setelah itu para tamu di persilahkan untuk mencicipi jamuan beberapa jenis kue, satu orang mendapatkan satu piring dimana isinnya kurang lebih ada 7 jenis kue, dari yang kering sampai yang basah.
Itu semua atas saran nek intan, katanya biar adil. tidak ada yang rebutan. Mereka sambil ngobrol-ngobrol.
Setelah beberapa menit kemudian, Bu Lena dan Bi Eni mulai membagikan makanan box yang berisi nasi dan lauk-pauk nya. Bukan hanya itu itu saja, ada di box kecil berisi kue basah.
Acara selesai di jam lima sore lebih dua puluh menit, setelah semuanya kosong. Raga mengunci semua pintu. Setelah semuanya aman, baru ia menyusul keluarga pulang.
.
Yang biasanya kalau malam tidak ramai hanya ada suara televisi, untuk malam ini sangat ramai oleh suara Sasa dan Dean.
“Dua hari yang lalu Abang ketemu Dareen, katanya kalau mau kesini dia pengen ikut.” ucap Raka.
“Terus sekarang kenapa gak diajak?” tanya Raga.
“Nah itu dia, Abang lupa. baru ingat pas udah sampai sini.” jawab Raka.
“Walaupun mau ngajak Dareen juga harus dari jauh-jauh hari, diakan kerjanya gak bisa ijin begitu saja. Tanggung jawabnya cukup besar, belum kalau lagi banyak pasien yang datang.” ucap Bu Lena.
“Dareen itu yang rambut nya panjang bukan?” tanya nek intan.
“Iya yang itu, dari dulu rambutnya gak perhatian pendek atau botak.” jawab Raga.
“Nenek ingat, dulu dia pernah minta jodoh ke nenek, nyuruh di cariin perawan asli sini.” ucap nek intan.
“Biasanya bilang gitu kalau baru putus, soalnya setiap putus pasti kalau ketemu sama orang suka minta jodoh.” ucap Raga.
mereka sedang berkumpul di ruang tengah, momen-momen begini yang di tunggu oleh nek intan dan kek Dani.
“Kayaknya Dareen cocok sama dokter Nisa, orang tua nya Dareen juga selalu nyuruh anak-anak nikah sama orang berada.” ucap Bu Lena.
“Nanti kalau dia tiba-tiba bahas jodoh.” balas Raga.
“Kalau kamu gimana dek? Udah punya incaran gadis sini belum?” tanya pak Bara sedang memasak mainan robot-robotan milik Dean yang terbuka karena di lempar Dean.
“Gak ada, lagian aku gak lagi nyari jodoh.” jawab Raga.
“Jangan gitu, nanti kalau tiba-tiba suka sama anak gadis disini gimana? kita gak bakalan tau kapan jodoh datang.” ucap Bu Lena.
“Kayak Mbak dulu gitu, pengen nikah di umur 28 tahun, eh pas umur 24 udah di kamar sama Abang kamu, padahal baru ngerasain kerja dua tahun.” ucap Sekar.
“Ini kalau dapat kabar adek mau nikah di umur sekarang atau tahun depan, semua biaya Papi tanggung. Bahkan papi bakalan adain acara disini sama di Jakarta, bulan mau Terserah adek mau kemana nanti papi bayarin.” ucap Papinya.
“Masih lama. rumah juga belum punya, masa sudah bahas soal nikah.” ucap Raga.
Kek Dani langsung menatap cucunya. “Jangan bikin rumah, kalau mau yang lebih besar, rumah ini aja renovasi, kalau Kakek sama nenek udah gak ada kan sayang rumahnya, mending buat kamu”
“Lho, memangnya siapa yang mau jadi warga sini?” tanya Raga mengernyitkan keningnya.
“Ya kamu, kalau bukan kamu siapa lagi?” ucap Bu Lena.
“Mending gini aja, kalau aku udah nikah nanti tetap tinggal di Jakarta, nah Mami sama Papi pindah kesini.” usul Raga.
“Papi memang berencana mau pindah kesini, tapi nanti kalau Abang kamu udah benar-benar sanggup urus pabrik.” ucap Pak Bara.
Raga hanya menghela nafasnya, ia juga bingung sendiri. Mau tetap tinggal disini atau nanti akan kembali tinggal di Jakarta.
Mungkin nanti ia akan putuskan setelah 6 bulan disini, kalau nyaman akan tetap berada disini tapi kalau nggak, ya kembali ke tempat tinggal awal.
Soal urusan usaha nya, bisa di urus oleh orang lain. cukup percaya saja.
Sudah malam, satu persatu mereka masuk kamarnya masing-masing. hanya Raga yang masih berada di ruang tengah, ia sedang bertukar pesan dengan Dareen.
Setelah tidak ada balasan lagi, Raga memastikan ponsel nya. Ia memejamkan matanya dengan menyandarkan kepalanya pada sofa.
Suara langkah kaki mendekat, berhenti disamping Raga. Raga masih memejamkan matanya. Ia tidak penasaran dengan orang yang baru saja menghampiri nya dan duduk di samping Raga.
“Gak mau cerita soal dokter Nisa?”
itu suara abangnya, “Abang udah tahu, dia yang cerita.”
Raga membuka matanya, lalu ia memicingkan matanya menatap Raka. “Wah Abang saling curhat sama perempuan lain?” tuduh Raga.
Raka ingin menyentil kening Raga, tapi sudah keburu di tepis oleh Raga. “Suudzon, disana ada mbak sekar juga, kita gak sengaja ketemu pas lagi di acara ulang tahun anak temanya Abang, terus ada dia sama mantan tunangan nya. Awalnya biasa saja, tapi si Garel malah bilang kalau Abang ini Abang kamu, awalnya bingungkan, terus di jelasin lah sama Garel baru paham kalau kalian pernah satu SMA cuma beda angkatan, dokter Nisa pengen ketemu kamu, katanya mau minta Maaf, pas ditanya karena sudah nolak kamu dulu” jawab Raka sambil menahan tawanya.
Raga mendengus. “udah lama itu”
“Kok bisa sih dulu ke pikiran buat suka dia, padahal kalau di lihat dari wajahnya gak begitu cantik.”
“Namanya masih labil, waktu itu awalnya sukanya karena dia pintar,” balas Raga.
“Untung gak tahu kalau kamu anak orang kaya, kalau tahu pasti bakalan di bego-begoin sama dia, minta beli ini itu yang mahal.” kekeh Raka.
Raga tidak menyahut, ia tidak ingin membahas apa yang sudah berlalu.
paling bener sih raga sama bulan