cover diganti NT yah.
Kecelakaan membuat pasangan kekasih bernama Amanda Rabila dan Raka Adhitama berpisah dalam sekejap. Kehadiran ibunda Raka pada saat itu, membuat hubungan mereka pun menjadi bertambah rumit.
"Lima milyar!"
"Ini cek berisi uang lima milyar. Semua ini milikmu, asalkan kau mau pergi dari kehidupan putraku selamanya."
-Hilda-
Amanda pun terpaksa memilih pergi jauh meninggalkan Raka yang sedang terbaring tak sadarkan diri.
Hingga suatu hari, takdir mempertemukan mereka kembali dalam kondisi yang berbeda. Amanda datang bukan lagi sebagai Amanda Rabila, melainkan sebagai Mandasari Celestine, bersama seorang anak lelaki tampan berusia 5 tahun.
Apakah Raka mengenali kekasihnya yang telah lama hilang?
Mampukah Raka mengungkap anak yang selama ini dirahasiakan darinya?
Temukan jawabannya di cerita ini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Sangat Mirip Dengannya
Malam peresmian hotel Fairmont pun tiba. Raka hadir ditemani oleh Manda dan juga Dito di aula hotel tersebut. Dengan cekatan, Manda melayani keperluan Raka dan juga menangani urusan klien atau kolega yang berinteraksi dengan Raka.
"Sekertaris anda sangat pintar Tuan. Saya kagum sekali dengan anda yang memilih sekretaris secara objektif," puji Hermawan, CEO dari perusahaan di bidang advertisement.
"Terima kasih," sahut Raka.
"Oh iya saya dengar anda telah memiliki kekasih dan akan segera bertunangan. Apakah calon tunangan anda ikut hadir Tuan?"
"Tidak, dia tidak ikut datang. Biarkan dia istirahat di rumah karena khawatir acara ini akan memakan waktu hingga malam dan membuatnya lelah."
"Ya ampun, anda sangat lembut sekali memperlakukan kekasih anda, Tuan. Dia pasti gadis beruntung karena bisa bersanding dengan anda."
Raka hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan CEO itu.
"Saya permisi dulu ya, masih ada yang harus saya kerjakan. Terima kasih atas kehadirannya," ucap Raka.
"Oh baik Tuan, tentu. Terima kasih kembali. Suatu kehormatan bagi saya bisa hadir di acara Tuan Raka Adhitama."
Raka pun mengangguk dan tersenyum singkat, lalu segera beranjak pergi.
"Ayo Manda."
Manda pun berjalan mengikuti di belakang Raka.
Setelah acara sambutan dan temu sapa kolega selesai, Manda melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Raka pun sejak setengah jam lalu sibuk sendiri dan meninggalkannya begitu saja. Tetapi Manda tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Pikirannya justru tertuju pada Rayyan.
Rayyan menanti ku tidak ya? Semoga dia bisa tidur bersama pengasuhnya.
Tiba-tiba saja Raka datang menghampirinya dengan tubuh yang sempoyongan.
"Tuan?" Manda terkejut karena Raka langsung bersandar di pundaknya.
"Kepalaku pusing Manda, sepertinya aku terlalu banyak minum wine. Tolong bawa aku ke kamar pribadiku."
"Baik Tuan, sebentar," sahut Manda.
Ia melingkarkan lengan Raka di pundaknya, sambil mencoba menghubungi Dito.
"Halo, asisten Dito, kau sedang dimana? Tuan Raka sedang mabuk."
"Maaf sekretaris Manda, saya masih melakukan tugas dari Tuan Raka. Jika mabuknya parah, kau bisa membawanya ke lantai 7. Di sana ada kamar pribadi Tuan Raka."
"Baiklah."
Manda pun menutup teleponnya. Sementara Raka memperhatikan dengan jelas wanita yang saat ini ada di dekapannya.
"Apa kau keberatan membantuku? Jika iya, enyahlah dari hadapanku!" geram Raka seraya mendorong Manda.
"Maaf Tuan, saya hanya meminta bantuan asisten Dito karena agak sulit memapah anda seorang diri," kilah Manda, padahal ia ingin terlepas dari urusannya bersama Raka.
Raka segera menahan tubuhnya agar tidak membebani Manda.
"Kau bisa antarkan aku, tubuhku tidak akan membuatmu terbebani, Manda."
"Baik," sahut Manda.
Mereka pun menaiki lift dan berhenti tepat di lantai 7. Manda menggandeng lengan Raka dengan perlahan lalu berjalan menuju kamar pria tersebut.
Setelah tiba di dalam, Manda meletakkan Raka di atas sofa lalu memberikan pria itu air mineral.
"Minum dulu, Tuan."
Raka pun menurut, ia mengambil gelas dari tangan Manda lalu meminumnya.
"Apakah sudah lebih baik?" tanya Manda.
"Lumayan. Berikan aku susu."
"Apa??" Manda membelalakkan mata dan meletakkan kedua tangannya di depan dada.
Raka pun tersenyum tipis memperhatikan perbuatan Manda.
"Apa yang kau pikirkan hah? Ambilkan susu ku di kulkas. Itu dapat menetralisir kandungan alkohol yang aku minum."
Manda pun tersenyum kikuk. Ia segera berjalan menuju kulkas dan mengambil susu steril kaleng yang dimaksud Raka.
Katanya tidak suka susu.
"Ini Tuan."
"Terima kasih."
"Maaf Tuan, jika sudah lebih baik, saya ingin—"
"Siapkan aku air mandi!"
"Apa?"
"Kau tuli?"
"Baik, akan saya siapkan," sahut Manda pasrah.
Manda pun segera pergi ke kamar mandi dan menyiapkan air panas yang diminta Raka. Beberapa saat kemudian, pria itu berjalan masuk dan memperhatikan Manda hingga wanita itu selesai dengan kegiatannya.
Manda pun beranjak dan terkejut ketika melihat Raka telah berada di dalam kamar mandi.
Kapan dia masuknya?
"Silahkan Tuan," ucap Manda lalu hendak berjalan pergi.
Namun ternyata Raka menahan pergelangan tangan Manda dan menariknya agar tidak bergerak kemanapun.
"Siapa yang mengizinkanmu pergi?"
"Tuan.." Manda terkejut dengan sikap Raka.
Raka menyentuh dagu Manda dan memperhatikan wanita itu dengan lekat.
"Kau...sangat mirip dengannya, Manda."
"Ma—maksud anda apa Tuan?"
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Raka seraya memperhatikan kedua mata Manda.
"Saya Mandasari Calestine Tuan."
"Tapi...matamu ini...sangat mirip dengannya, jika kacamata ini tidak kau kenakan," sahut Raka hendak membuka kacamata Manda tetapi wanita itu berhasil mengelak.
"Tuan, maaf saya tidak mengerti maksud anda," ucap Manda seraya melepaskan diri, namun pergerakannya itu justru membuatnya terjatuh ke dalam bathtub.
"Aaaah."
Manda terkejut, ia segera bangkit dari Bathtub namun Raka tidak membiarkannya. Pria itu pun masuk ke dalam bathtub dan memposisikan diri di atas tubuh Manda.
Raka mencengkeram rahang Manda, memaksa wanita itu menatap lurus ke arahnya. Percikan air yang menghantam tanpa henti membuat napas Manda memburu. Ia merasa begitu panik.
"Sepertinya bedakmu luntur, Manda," ucap Raka seraya memperhatikan lekat wajah Manda.
"Kau sangat mirip dengannya, meskipun Amanda tidak punya tahi lalat sebesar ini."
Manda gugup, ia mencoba menahan dada Raka agar sedikit menjauh dari tubuhnya.
Tidak! Aku tidak boleh tertangkap oleh Raka. Bagaimana caranya agar aku bisa melepaskan diri?