NovelToon NovelToon
ALVANA

ALVANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: aufalifa

"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja

🍃🍃🍃

Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.

Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?

🍃🍃🍃

"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

melepas kesedihan

Meski sedikit telat, untungnya peluru itu tidak melesat terlalu dalam. Jadinya tidak harus di operasi. Setelah mendapat tiga jahitan, Alvan langsung berjalan mendekati sang istri yang masih diobati dagunya.

"Dagunya gimana? Masih sakit?" Tanya Alvan khawatir

"Nggak kok, Aa'."

Setelah mendapat pengobatan, Alvan dan Ana berjalan keluar untuk mengecek anggota lain dan para santri yang ikut terluka. Melihat Ucup berada di baris paling depan, Alvan segera menghampirinya.

"Oh, jadi ini yang sok jagoan tapi beneran jagoan." Ujar Alvan dengan menepuk punggung Ucup

Ucup menyengir. "Jagoannya kepleset, bang."

"Tapi berhasil selamatin istri Abang. Sebagai hadiah, Ucup mau apa dari Abang." Tanya Alvan

Ucup nampak berpikir sebelum akhirnya mendapatkan ide. "Nggak usah banyak-banyak bang, cukup bayarin SPP Ucup setahun."

"Eh buset! Malah ngelunjak nih curut." Kenzie mendekat kearah Ucup. "Emang orang tua Lo kemana cup belum bayar SPP setahun? Jangan-jangan lu embat lagi buat beli jajan."

Ucup menggeleng. "Bapak sama emaknya Ucup udah diatas Sono bang." Balasnya dengan menunjuk ke atas langit

Mendengar hal itu, Kenzie langsung merangkul Ucup. Seolah menenangkan Ucup tetapi Ucup sama sekali tidak bersedih apalagi meneteskan air mata.

"Ayo cup jadi anak gue." Ujarnya asal

"Ya nggak mau lah, bang." Tolak ucup

"Kenapa?"

"Ucup Islam, Abang Kristen."

"Udah-udah. Semua anak-anak ini biar Kenzie sama yang lain yang urus." Alvan menunjuk ke arah Kenzie. "Ken, urus mereka. Catat semua kebutuhan mereka dan catat apa yang mereka mau. Habis itu laporin ke gue."

"Siap bossku!"

🍃🍃🍃

"Aa' beneran mau nikah lagi?" Tanya Ana

"Siapa yang bilang, sayang?" Tanya Alvan balik

"Naya lagi hamil. Dia bilang itu anaknya Aa'." Pecah sudah air mata Ana, Alvan segera menarik Ana kedalam dekapannya

"Jangan percaya, sayang."

"Gimana Ana nggak percaya  kalau Naya kasih Ana foto kemesraan Aa' sama dia."

"Maaf, ya. Lagian itu udah dulu. Maaf udah bikin kamu nangis, kepikiran dan berakhir jadi korban atas kesalahan Aa'." Balas Alvan dengan menghapus air  mata istrinya

Hening.

Keduanya diam tak ada yang mengeluarkan sepatah kata apapun. Hingga tiba-tiba Alvan terduduk dilantai mengahadap sang istri, menyembunyikan wajahnya ke paha Ana sembari menangis.

"A'." Panggil Ana karena merasa kebingungan dengan Alvan yang tiba-tiba nangis.

Alvan mendongak menatap sang istri dengan wajah penuh air mata. "Pulang, sayang. Aa' pengen kamu pulang. Aa' nggak mau sendirian di rumah baru. Kapan kamu mau temani Aa'? Aa' rindu kamu, sayang. Kalo nggak ad kamu, Aa' nggak pernah bangun sepertiga malam, bangun subuh kesiangan, nggak ada yang siapin sarapan." Rengeknya dengan menciumi tangan Ana

Ana menangkap wajah Alvan, menatap netra suaminya yang memerah akibat tangisannya. "Kan masih ada bun-"

"Bunda udah nggak ada, Na. Bunda ninggalin Aa' sendirian. Nggak ada siapapun yang Aa' harapkan kecuali kamu. Maaf karena waktu itu Aa' nggak ngasih kabar." Alvan kembali menangis dengan memeluk pinggang Ana yang kelewat ramping.

Ana mengusap kepala Alvan dengan sesekali meneteskan air mata. Membayangkan betapa sedihnya Alvan yang sendirian dan kesepian. Betapa terpuruknya ketika sang ibunda meninggalkannya. Betapa sepinya ketika sudah berkeluarga tetapi tak ada istri yang menemani.

"Maafin Ana, A'. Ana masih belum bisa jadi istri yang selalu menemani suami. Bahan ketika suami Ana terpuruk, Ana tidak tahu. Maaf kar-"

"Lalu kapan kamu pulang? Aa' cuma mau kamu pulang, sayang."

Ana membantu Ana untuk berdiri. Menghapus air mata Alvan dan menarik bibir Alvan membentuk lengkungan ke atas.

"Ana akan pulang."

🍃🍃🍃

Alvan membawa Ana kekantor polisi guna menyelesaikan insiden beberapa jam yang lalu. Erik telah ditetapkan untuk dipenjara seumur hidup sedangkan Naya di penjara selama delapan tahun.

"Al." Panggil Naya."kapan gue bisa jadi istri lo?" Tanyanya menatap nanar kearah Alvan

"Mau jadi istri gue?" Naya mengangguk antusias

"Boleh, kebetulan gue lagi butuh temen dirumah." Sambungnya menatap ke arah Ana dan hal itu membuat Naya merasa punya harapan

"A'. Kalau Aa' mau menikah lagi harus ada izin ke istri pertama." Balas Ana terlihat gelisah campur takut dengan sesekali meremas lengan Alvan tanpa sadar.

"Sayang, itu hanya undang-undang perempuan. Dalam agama, suami mau beristri dua, tiga ataupun empat tidak harus izin istri pertama asalkan suami bisa adil. Sedangkan Aa' yakin kalau Aa' bisa adil ke istri-istri Aa'." Terangnya membuat Ana langsung menundukkan kepala. Tidak berani menatap netra Alvan yang justru akan membuatnya menangis.

Berbeda dengan Naya, perempuan itu melipat kedua tangannya ke dada dan menatap Ana angkuh. "Tuh, Lo liat sendiri kan kalau suami Lo aja masih pengen punya istri lagi. Ngaca dong, lo itu nggak bisa apa-apa. Sedangkan gue, perempuan satu-satunya yang bisa nyenengin Alvan."

"Tapi ada syarat." Sahut Alvan

Naya terkekeh mendengar penuturan Alvan yang membuat syarat untuk menjadi istrinya.

"Syarat apa, sayang?"

"Cukup lo yang bisa seperti istri gue Aranaima Salsabila." Sahut Alvan dengan senyum tipisnya

Mendengar syarat yang dimaksud Alvan, Naya justru mengencangkan tawanya seolah syarat itu adalah hal yang mudah baginya. "Selalu itu yang Lo jadikan syarat. Itu adalah hal yang mudah buat gue Alvan, bahkan gue bisa lebih dari istri lo. Gue selalu temenin Lo kemana aja, gue juga jago masak, penampilan gue tertutup. Ah ya, bahkan gue lebih jago ketika lo minta gu-"

"Tapi sayangnya, istri saya tidak semurah anda menjual diri pada orang yang hanya cukup satu istri." Sahutnya yang setelah itu langsung melenggang pergi meninggalkan Naya yang masih terpaku

🍃🍃🍃

Dua Minggu kemudian.....

"DUTA SANTRI TERBAIK TAHUN INI DIRAIH OLEH......" Petugas MC itu menggantungkan ucapannya, sengaja dilakukannya supaya semua orang penasaran dan saling berdoa diri agar jadi duta santri terbaik. "SAUDARI ARANAIMA SALSABILA BINTI AHMAD!!"

Mendengar namanya terpanggil, Ana tak berhenti senyum. Merasa tak menyangka bisa berada di titik yang sangat bahagia ini.

"Kami persilahkan saudari Aranaima Salsabila naik ke atas panggung bersama wali."

Alvan menoleh ke arah Ahmad dan Ida seolah meminta persetujuan bahwa dirinya ingin mewakili. Sedangkan Ahmad mengangguk mengiyakan pada Alvan.

Alvan berjalan menuju atas panggung, menemani sang istri di hari kebahagiaannya. Beberapa petugas memasangkan mahkota, selempang dan beberapa penghargaan pada Ana.

Ana berjalan ke atas mimbar. Menoleh pada suami yang selalu memberinya senyum manis di setiap saat. Menghadap ke arah santri lain dan para tamu tetapi, tatapan Ana terfokus pada dua sepasang pelengkap hidupnya yakni Ahmad dan Ida.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih pada Abah Maliki sekeluarga, orang tua serta sang suami yang berkenan hadir dalam acara ini. Intinya saya mengucap hamdalah pada hadiah besar yang saya terima."

"Jika saya tidak di sini, saya tidak akan merasakan bagaimana bisa mutqin, tidak bisa merasakan indahnya menghafal Alquran dan tidak bisa merasakan betapa semangatnya memiliki Alquran meski harus melakukan banyaknya hak hawa nafsu."

"Untuk teman-teman saya, saya harap lebih semangat mengejar sesuatu yang sudah kalian impikan. Semangat mengejar impian jangan patah semangat karena cemoohan teman, karena sesungguhnya itu adalah ujian. Dari saya mohon maaf apabila ada salah dalam bertutur kata, saya akhiri wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ana turun dari mimbar menghampiri sang suami sekaligus menggandengnya. Salah satu petugas memberi nampan kepada Ana, dua sepasang mahkota yang akan Ana berikan kepada Ahmad dan Ida.

Melihat Ana memasangkan mahkota di kepalanya, Ahmad dan Ida menangis serta memeluk putrinya dengan bangganya. Baru setelahnya Ana langsung bersujud mencium kaki orang tuanya.

"Selamat sayang, Abah dan Ibu bangga padamu." Ujar Ida mencium kening putrinya.

Ana menoleh kearah Alvan. "Aa' sini deh deketan."

Alvan menurut, ia mendekat ke arah istrinya dengan sedikit membungkuk guna menyetarakan tingginya dengan tinggi istrinya. Sedangkan Ana langsung memasangkan mahkota yang di kepalanya ke kepala sang suami, tak lupa meninggalkan kecupan singkat di pipi Alvan.

"You are the best wife, darling." Bisik Alvan yang setelah itu langsung membawa Ana ke dalam pelukannya

🍃🍃🍃

"Satu tangkai mawar untuk nyonya Alvan dari bos besar." Ujar Noval memberikan setangkai mawar untuk Ana

"Buket sepuluh juta untuk nyonya Alvan."

"Sepaket skincare untuk nyonya Alvan."

"Black card untuk nyonya Alvan."

"Satu unit Alphard untuk nyonya Alvan."

"Satu paket jewelry untuk nyonya Alvan."

Alvan mendekat ke arah Ana yang tersenyum manis kepadanya. "Maaf, cuma itu yang bisa aku kasih. Soalnya tadi sedikit mendadak, sayang." Ujarnya

"Aku lihat kamu di sini aja aku udah seneng." Ana mengeluarkan sesuatu dari paper bagnya. "Aa', Ana mendapat tiket umroh sebagai hadiah duta santri terbaik. Kalau seumpama dua tiket ini Ana kasih ke abah sama Ibu gimana? Itu cita-cita kedua setelah Ana mencapai impian pertama Ana." Lanjutnya

Alvan tersenyum dengan sesekali mengusap puncak kepala Ana yang terbalut dengan hijab. "Silahkan, sayang. Lagipula Aa' kepengen kita berangkat kesana bersama anak-anak kita nanti."

Disusul Abizar dan Ulya yang baru menikah satu hari sebelum acara. Kedua sepasang baru itu nampak bahagia atas pernikahannya. Ternyata acara tukar jodoh itu mendatangkan kebahagiaan yang luar biasa.

"Selamat ya Ana-ku sayang." Ujar Ulya dengan memeluk singkat Ana

"Makasih. Selamat juga ya atas pernikahan kalian."

"Iya."

Dari jauh terlihat Kenzie tengah bermain dengan Ucup. Dihampirinya mereka berdua yang kini tengah bermain perang sarung.

"Cup." Panggil Alvan

"Iya, bang?"

Bugh!

Sabetan sarung berhasil mengenai bokong Ucup hingga Ucup sedikit terhuyung ke depan. Membuat sang empu langsung menoleh ke arah belakang dengan nafas yang memburu.

"Bokong Ucup sakit bang!" Sentaknya meninggikan suara. Namun hal itu bukannya membuat Kenzie takut justru membuat Kenzie gemas dengan suara Ucup.

"Ah elah cup, gitu doang. Cupu Lo!"

"Ucup aduin nih ke emak bapak Ucup." Ancam Ucup

"Coba aja kalau bisa. Bapak sama emak lo kan di akhirat." Benar-benar orang paling julid dan omongan paling nyelekit. Tapi, gitu-gitu Kenzie hanya bercanda. Meskipun bercandanya bikin orang sakit hati.

Ucup menghadap ke arah langit dengan tangan menengadah ke atas. "Bapak, emak. Tolongin Ucup, jemput bang Kenzie biar nggak julid-in Ucup terus."

Mendengar hal itu Kenzie langsung meraupi muka Ucup. "Buset dah curut satu ini, heran gue."

Alvan berjongkok, membisikkan sesuatu di telinga Ucup. Sedangkan Ucup meresponnya dengan senyum sumringah dan acungan jempol.

"Oke sip, bang."

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!