Shenina Jean atau yang akrab disapa Nina adalah seorang wanita karir sekaligus istri dari lelaki bernama Argan Dio. mereka merupakan sepasang kekasih yang menikah atas dasar saling mencintai.
karena tak kunjung mendapatkan keturunan, Shenina memutuskan untuk meninggalkan dunia kerja dan melepaskan jabatan bersama mimpi-mimpinya. Agar bisa lebih fokus pada program kehamilan yang tengah ia jalani.
Namun setelah semua usaha yang ia lakukan, ternyata Shenina mendapati suami yang sangat dicintainya justru menjalin hubungan gelap dengan wanita lain merupakan orang terdekatnya.
Kenyataan pahit atas pengkhianatan tersebut membuatnya hancur berkeping-keping. hingga ia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin. menghilang tanpa jejak, merombak dirinya secara keseluruhan lalu kembali dengan kehidupan dan identitas yang benar-benar baru.
Bagaimana kisah kelanjutannya....? apakah Shenina akan balas dendam ? Atau justru memulai cinta yang baru ? Nantikan kisahnya ya……..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perempuan Gila
Sore itu Shira tidak ada kegiatan setelah pulang dari Luxe’me.
Karena sedang ada waktu senggang, akhirnya wanita cantik itu menemani Jenifer yang sejak kemarin merengek ingin jalan-jalan serta mengunjungi pusat perbelanjaan.
Setelah selesai bersiap keduanya pergi berkeliling sambil menikmati indahnya pemandangan di waktu sore.
Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah pusat perbelanjaan. Tanpa sengaja pandangan Shira tertuju pada sosok yang sangat ia kenal.
“Ibu….” Gumamnya pelan sambil terus berjalan memperhatikan Nyonya Dehan yang tengah menuju ke arahnya.
Sontak Shira bersembunyi dibalik punggung Jenifer ketika jarak mereka semakin dekat.
“Kau ini kenapa Shira ??” Tanya sang manajer yang keheranan dengan tingkah lakunya.
“Ti…tidak papa Jen, tadi ada seseorang yang ku kenal” sahutnya sambil menunduk menutupi wajahnya menggunakan tas kecil yang dibawanya.
“Untuk apa kau sembunyi dan menutupi wajahmu ?? Toh semua orang kan juga tidak ada yang bisa mengenalimu”
“Aahh benar juga” ucapnya sambil tersenyum tipis. Nampaknya Shira masih sering lupa kalau dirinya kini sudah benar-benar berbeda.
Dan hal itu terbukti ketika berpapasan dengan ibunya, ternyata wanita paruh baya tersebut memang tidak mengenalnya.
Entah kenapa seketika muncul rasa sesak di dadanya. Ada perasaan sedih yang sulit untuk diungkapkan saat ia melihat wanita paruh baya itu.
“Jen aku mau ke toilet sebentar ya” ucap Shira yang buru-buru pergi meninggalkan Jenifer.
Wanita itu putar haluan dan mengikuti kemana arah sang Ibu pergi. Shira terus mengikutinya sampai Nyonya Dehan masuk ke dalam toilet umum khusus wanita.
Setelah keluar dari toilet wanita paruh baya itu pergi ke wastafel untuk mencuci tangan, melihat ibunya masih di dalam Shira pun ikut berdiri di hadapan cermin dan pura-pura menata ulang riasannya.
Mulutnya sangat ingin bicara dan menyapa wanita yang ada disampingnya, namun yang terjadi justru ia tiba-tiba terisak begitu saja. Suara tangisnya sedikit tersamarkan oleh suara air kran yang dibukanya.
Namun dari yang sangat dekat suara isakan itu masih bisa terdengar dengan jelas oleh sang ibu.
“Maaf, ada apa Nona ?? Apa yang terjadi padamu ??” Tanya Nyonya Dehan perlahan menyentuh pundak Shira.
Suara dan sentuhan itu seketika membuat Shira tersentak kaget dan semakin menangis, saat ia melihat wajah yang yang begitu ia rindukan setelah sekian lama.
“Ibu….” Ucapnya tertahan.
“Saya sangat merindukan ibu saya…..” lanjutnya sambil terus menangis.
Entah kenapa Shira benar-benar tidak bisa menahan air matanya lagi. Seolah kerinduannya yang selama ini tertahan akhirnya tumpah juga di hadapan orangtuanya.
Yang semakin membuatnya sedih adalah ketika Ibunya sama sekali tidak mengetahui siapa dia, sementara itu Shira sendiri juga tidak bisa mengungkapkan siapa dirinya. Sama halnya seperti saat pertama kali dia bertemu dengan Shendra.
Namun tanpa diduga perlahan Nyonya Dehan justru memeluknya dengan hangat, seakan menenangkan Shira dan menganggap seolah dia adalah ibunya.
Wanita paruh baya itu memberikan belaian lembut kepada Shira dan mengatakan bahwa dia juga sangat merindukan putrinya.
Dengan suara lirih beliau berkata putrinya telah meninggal dunia dua tahun yang lalu. Ia masih muda dan sangat cantik, namun nasibnya begitu malang.
Sebagai orangtua Nyonya Dehan merasa gagal karena tidak bisa melindungi anaknya.
Mendengar ucapan tersebut bukannya tenang, Shira justru semakin sesenggukan dalam pelukan Nyonya Dehan.
Ia merasa sangat bersalah karena sudah berbohong dan meninggalkan keluarganya. Dadanya makin terasa sesak, tidak ada satupun kata yang bisa ia ucapkan selain suara isak tangis yang tak kunjung reda.
Rasanya Shira ingin bersujud di kaki ibunya saat itu juga. Namun apa daya, dia masih belum siap mengungkapkan semuanya.
Ia memperhatikan sang ibu yang nampak begitu kurus dan kurang bersemangat. Belaian lembut dari tangannya begitu menghangatkan hati Shira walau hanya sesaat.
“Semua akan baik-baik saja Nona, aku yakin ibumu pasti selalu mendoakanmu seperti aku mendoakan putriku, meski sekarang dia telah tiada” ucap Nyonya Dehan seraya mengeluarkan saputangan dan menyeka air mata Shira.
Wanita itu mengatakan bahwa rasa sayangnya tidak akan pernah hilang dan doanya akan terus mengalir sampai kapanpun.
Bahkan setiap hari beliau selalu membersihkan kamar mendiang putrinya, untuk sekedar melepas rindu yang tak terobati.
Mau seberapapun lamanya, nyatanya tidak ada orangtua yang baik-baik saja setelah ditinggalkan oleh anaknya.
Kepergian Nina seolah meninggalkan luka yang teramat dalam bagi banyak orang, terutama bagi keluarga Tuan Dehan.
Hal itu membuat hati Shira semakin hancur karena keputusannya sendiri. Namun jika waktu itu ia tidak pergi, mungkin saja hal buruk akan benar-benar terjadi.
Sakit hati yang luar biasa membuatnya begitu trauma untuk mempercayai sesuatu bernama cinta.
Setelah beberapa saat wanita paruh baya itu pamit untuk pergi. Beliau berpesan pada Shira untuk selalu bahagia. Apapun yang yang sedang dia lewati semuanya akan baik-baik saja.
“Maaf Nyonya, bolehkah saya memeluk anda sekali lagi…??” Pintanya dengan penuh harap.
“Tentu saja Nona…” sahut Nyonya Dehan dengan tangan terbuka dan memeluk tubuh Shira.
“Kalau boleh tahu siapa namamu Nak ??”
“Aahh perkenalkan nama saya Genna Shira, biasa dipanggil Shira” ucap Shira yang malu-malu karena saking banyaknya menangis hingga lupa memperkenalkan diri.
“Nama yang cantik, secantik orangnya. Ya sudah kalau begitu saya pergi dulu ya, semoga kita bisa berjumpa lagi di lain waktu”
Kemudian wanita tersebut perlahan pergi, tanpa sadar Shira lupa mengembalikan sapu tangan yang tadi sempat diberikan oleh Nyonya Dehan.
Matanya mencari-cari sosok wanita tersebut, namun sudah tidak terlihat lagi.
Sampai akhirnya seseorang menepuknya dari belakang membuat Shira tersentak kaget.
“Kemana saja kamu Shira ?? Aku mencarimu sejak tadi”
“Ahh maaf Jen aku tadi sakit perut” ucap Shira beralasan sembari memegang perutnya.
“Ada apa dengan wajahmu ??” Tanya Jenifer melihat mata Shira yang masih sembab.
“Tidak apa-apa, hanya kemasukan debu sedikit”
Mendengar jawaban Shira yang asal, tentu saja Jenifer agak curiga. Dia sangat mengenal tabiat wanita di hadapannya itu. Jen juga tahu kalau Shira sedang menutupi sesuatu, namun ia lebih memilih diam dan pura-pura tidak tahu.
Jika Shira tidak mau jujur, berarti dia sedang tidak ingin orang lain tahu atau belum siap untuk bercerita. Tidak perlu memaksa, karena lambat laun Jen pasti akan tahu juga.
Setelah puas berbelanja kedua wanita itu memutuskan untuk kembali ke hotel.
Sepanjang perjalanan Shira hanya terdiam sembari terus menatap sapu tangan yang ada dalam genggamannya. Wangi ibunya masih tercium dengan jelas pada kain itu. Dia sama sekali tidak menyangka akan bertemu sang ibu ditempat itu.
Disisi lain Shira merasa sangat senang dan bersyukur bisa bertemu dengan Ibunya. Meski tidak lama, namun setidaknya pertemuan singkat itu dapat mengobati sedikit rasa rindunya pada orang terdekat telah membesarkannya.
Sesampainya di hotel Shira langsung membaringkan tubuhnya di sofa sambil bermain ponsel. Sementara Jenifer masih membuka satu persatu belanjaan yang barusaja ia beli.
“Jen, apa kau betah tinggal di hotel seperti ini ??”
“Kalau aku bilang tidak, memangnya kau punya tempat tinggal selain di sini ??”
“Hmmm ada, tapi aku tidak tahu kondisinya sekarang bagaimana” ucap Shira yang tiba-tiba teringat dengan apartemen pemberian orangtuanya.
Apartemen itu cukup mewah dan sangat nyaman, namun memang tidak pernah ia tempati sebelumnya karena saat itu ia lebih memilih tinggal bersama Dio.
Shira juga tidak tahu apakah tempat itu masih atas namanya atau sudah dijual. Karena tempatnya sangat strategis dan terletak di pusat kota. Jaraknya juga sangat dari kantor Luxe’me dan dari Hotel tempatnya tinggal.
“Kalau begitu kau tunggu disini ya, aku mau pergi sebentar” ujarnya segera bangkit mengambil hoddie dan memakai masker.
“Jangan lama-lama” teriak Jen sambil tetap fokus pada belanjaannya.
Sebelum pergi ke suatu tempat Shira berniat mampir ke sebuah toserba terdekat yang ada disana.
Wanita itu ingin mengambil satu botol minuman dingin untuk menyegarkan tenggorokannya yang sempat kering karena menangis beberapa saat lalu.
Baru saja tangannya menjangkau ke dalam lemari pendingin, ternyata seseorang lebih dulu mengambilnya.
“Maaf saya yang lebih dulu” ucap Shira menarik botol minuman yang hanya tersisa satu-satunya di etalase.
Namun tangan yang memegang botol itu tidak mau kalah dan tetap mempertahankan miliknya. Bahkan ia mengangkat minuman itu tinggi-tinggi hingga Shira tidak bisa menjangkaunya.
Alangkah terkejutnya dia ketika mendongak ke atas ternyata orang itu adalah Shendra.
“Pak Shen, sedang apa disini…??” Ucap Shira sambil membuka masker dan topi hoodienya.
“Sedang mempertahankan minuman kesukaanku..!!” Sahutnya menggoyangkan botol yang masih dijunjung tinggi.
“Cih… itu juga kesukaanku, cepat berikan padaku”
“Tidak…. !! siapa cepat dia dapat”
“Aku yang lebih dulu melihatnya !!”
“Tapi aku yang lebih dulu mengambilnya !!” Ucap Shendra tak mau kalah.
“Aku juga memegangnya lebih dulu !!” Balas Shira sambil berusaha meraih botol di belakang Shendra.
“Apa perlu kita cek rekaman cctv ???”
“Cih….tidak perlu !!” Malas menghadapi Shendra akhirnya Shira mengalah dan mengambil minuman lain.
Meskipun begitu mulutnya tetap saja menggerutu dan tidak terima dengan kekalahannya. Matanya masih terus melirik tajam ke arah Shendra yang sengaja menimang-nimang minumannya di hadapan Shira.
Namun sialnya saat ingin membayar dan pergi lebih dulu ternyata Shira baru sadar bahwa ia lupa membawa dompet. Dia inggin melakukan transaksi dengan ponselnya dan sialnya ponsel miliknya mati karena lupa mengisi daya.
Mau tidak mau, satu-satunya orang yang bisa menolongnya saat ini hanyalah Shendra.
Perlahan Shira mundur menjauhi meja kasir dan berjalan membuntuti Shendra.
“Pak Shen…” ucapnya menusuk-nusuk punggung Shendra dengan telunjuk.
“Apa lagi…???”
“Karena aku sudah berbaik hati menyerahkan minumanku padamu, maka bersediakah kau menolongku hmm..???” Ucap Shira sambil mengatupkan kedua tangan dengan wajah memelas.
“Cih minuman ini memang punyaku, dan aku tidak ingin menolongmu…!!”
“Ayolah pak Shen tolong aku sekali ini saja”
“Memang kau kenapa sampai aku harus menolongmu ??”
“Aku lupa bawa dompet dan ponselku mati, jadi tolong pinjami aku uang. Nanti akan segera kuganti” (Sial sekali, aku pasti sudah gila memohon pada orang ini)
“Cih tidak perlu kau ganti, karena aku tidak akan meminjamkan sepeserpun uangku padamu !!” (Haha rasakan, kau yang mulai duluan. Beraninya main-main denganku…!!)
“Dasar lelaki pelit…!!!” Ucap Shira menatap tajam ke arah Shendra, begitu juga dengan Shendra yang tak kalah kesal tidak terima di cap sebagai orang yang pelit.
Keduanya masih terus adu tatap sambil perang batin, saling memaki dalam hatinya masing-masing.
Karena tidak ada cara lain akhirnya Shira menggunakan jurus terakhirnya. Selain sebagai seorang model dia juga pandai berakting.
Diam-diam wanita cantik itu terus mengikuti langkah Shendra, hingga mereka tiba di meja kasir dengan cepat Shira menggandeng tangan Shendra lalu menunjukkan botol minumannya lebih dulu.
“Yang ini biar pacarku yang membayar” ucapnya sambil tersenyum pada sang kasir dan juga Shendra, lalu pergi melarikan diri.
“Shira…!! Apa-apaan ini ??” Teriak Shendra semakin geram.
Dan pada akhirnya dengan sangat terpaksa lelaki itu membayar semua tagihannya.
Diluar Shendra masih mencari keberadaan Shira, namun wanita itu sudah tidak napak sama sekali.
“Dasar perempuan gila, cepat sekali dia menghilang. Sulit dipercaya si gila itu jadi model di perusahaanku..!!!”
semoga shendra cepet tau penyebab Nina pisah dengan Dio, biar tau rasa si Dio dan Yuri..