bagaimana menurut kalian tentang semua kisah yang mungkin tak akan kalian lihat dan alami selagi di dunia ini.
kisah yang mungkin tak akan di percaya banyak orang, tapi berbeda dengan satu wanita ini.
Dia adalah Mak Ijah, seorang wanita sepuh yang terkenal sebagai seorang pemandi Jenazah yang ada di kampung Sugihdadi.
wanita yang menjadi saksi bagaimana seorang meninggal dunia dan mendapatkan sebuah balasan.
bagaimana dia bisa menjalani aktivitas nya setiap hari?
bagaimana Mak Ijah menghadapi semua yang dia lihat, yang di alami para jenazah yang dia tangani?
ikuti kisahnya dalam novel baru author ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon meidina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sebenarnya desa ini kenapa?
Mak Ijah masih tidak percaya dengan apa yang terjadi pagi siang, dia baru melihat pak lurah yang begitu menyeramkan.
tapi malam ini mereka berempat sedang bertamu ke rumah Zaka dan Sekar, "bagaimana kondisi mu nduk?" tanya Mak Ijah.
"Alhamdulillah sudah mendingan Mak, ya meski tadi siang sempat muntah karna belum makan," jawab Sekar malu.
"dasar kamu ini, sudah di bilangin jangan terlalu siang jika makan, karena kamu itu punya penyakit maag," terang pak Junaidi.
"iya ayah, habis aku kan juga tak tau jika bisa sampai begitu buruk, ya lagi pula aku sudah mengurangi makan cabe," jawab Sekar.
"yakin..." kata Zaka, Mak Ijah dan Mbah Tejo bersamaan.
gadis itu hanya tertawa, sedang Mbah Tejo melihat zaka, "kamu sudah kena jebakan juga nak?"
"iya Mbah, astaghfirullah itu sambel rasanya cabe doang, belum lagi rasanya uh ke kepala itu rasanya nyut nyut gitu, ya mau bagaimana lagi saya sari kecil tak suka pedes, untungnya gak sampai bolak-balik kamar mandi untuk buang air," jawab Zaka yang mengundang gelak tawa.
"ya maaf mas, dku kira karena masih muda mas kuat makan pedes, eh taunya lebih parah dari pada Mbah dan Mak," jawab Sekar.
"untung saya cinta Mbah, jika tidak pasti sudah tak cubit gemes soalnya," kata pria itu tertawa.
akhirnya mereka pun makan malam bersama dengan masakan yang sudah di masak oleh zaka dan Sekar tadi.
di sisi lain, di luar rumah, ada seseorang yang sedang mengawasi rumah pengantin baru itu.
pria itu mendapatkan tugas yang cukup berat,karena harus mengawasi rumah yang sebenarnya di rampok pun tak berguna.
tapi dia juga tak bisa menolak perintah bos-nya itu,"sebenarnya untuk apa aku harus mengawasi rumah ini, bikin kesal saja," gumamnya.
dia sendiri sedang bersembunyi di balik semak-semak yang ada di kebun kosong di depan rumah itu.
saat sedang mengawasi, tiba-tiba dia merasa sebuah hembusan angin yang tipis menerpanya.
dan tercium aroma melati bercampur bangkai, tapi tentu dia tak takut karena dia sudah punya pegangan dari guru spiritualnya.
ada sosok kuntilanak yang sedang memainkan kakinya di atas pohon tepat pria itu duduk mengawasi.
dia hanya ingin menemani saja karena sosok mbak kuntilanak ini menyukai pria itu, di karenakan Aira pria itu begitu hitam dan gelap.
setelah makan, Mak Ijah mengajak cucunya Sekar untuk berlatih memasak.
karena bagaimanapun gadis itu harus menjadi istri yang sempurna untuk suami dan keluarga barunya.
sedangkan para pria ini mengobrol di teras, Mbah Tejo memberikan sebuah kotak pada cucu menantunya itu.
"ini apa Mbah,kenapa di berikan padaku?" tanya Zaka yang menerimanya.
"ini adalah benda yang harus kamu bawa, untuk jaga-jaga saja, karena sekarang ada yang menginginkan istrimu, jadi kalian harus berhati-hati dalam bertindak ya le,"
"iya Mbah, tapi menginginkan dalam hal apa,"
"karena tubuh istimewa yang di miliki oleh istrimu, sekarang dia di incar untuk di jadikan wadah menarik areah orang yang di cintai, jadi sebisa mungkin jangan sampai lengah," kata Mbah Tejo.
"tak bagaimana jika aku sedang mengajar Mbah, tak mungkin jika aku mengajaknya ke tempatku bekerja kan," kata zaka yang memiliki kebingungannya sendiri.
"kalau siang biarkan dia datang ke rumah untuk menemani neneknya, dan lagi dia lebih aman seperti itu," kata Mbah Tejo.
"baik Mbah," jawab Zaka.
malam ini tiba-tiba suasana desa terasa sedikit sunyi di banding biasanya.
semua juga menyadari hal itu, terlihat Mbah Tejo dan semuanya tampak tak nyaman duduk di teras.
"ini kenapa ya kok suasananya tampak lebih dingin, atau hanya perasaan ku," tanya zaka yang mengatakan apa yang dia rasakan.
"tenang le, lebih baik kita masuk dan kita bisa mengawasi dari dalam, sebenarnya ada apa,"
mereka semua bergegas masuk kedalam rumah, dan menutup semua pintu dan menguncinya.
Mak Ijah dan Sekar bingung melihat para pria itu. "sebenar kalian ini kenapa? kok pintu rumah di tutup begini ini masih belum malam heh," marah Mak Ijah.
"jangan keras-keras,bapak rasa ada yang tak beres, sudah duduk saja, jika perlu kita menginap di sini karena tak aman jika memaksakan pulang," kata Mbah Tejo.
benar saja tak lama terdengar suara gemerincing rantai, dan juga ada suara seperti orang yang sedang menggotong mayit.
Rudi dan pak Junaidi yang baru pertama kali merasakan hal seperti ini pun di buat merinding.
di sisi lain, Mak Ijah memeluk cucunya itu yang tampak ketakutan, suara itu seperti terus berputar di jalanan desa.
untungnya kamar mandi di rumah saja ini ada di dalam jadi tak menyulitkan jika ingin ke belakang.
"innalilahi wa inna ilaihi Raji'un,jika seperti ini, berarti akan banyak lagi orang yang meninggal dunia, tapi siapa yang sedang melakukan dosa besar hingga harus membuat kerondo mayit ini berjalan,"
akhirnya mereka pun sedikit bisa bernafas lega saat tak lagi mendengar suara-suara itu.
"sudah Mbah dan yang lain menginap di sini saja, dari pada pulang tapi kenapa-kenapa," kata Sekar.
"itu benar Mbah, saya akan siapkan tempat menginap, kita tidur beralaskan tikar kan, biar tak ada ilmu jahat yang bisa menyerang,"
"tak ku sangka menanti ku yang mengerti agama juga masih mempercayai hal seperti ini," kata pak Junaidi
"tentu saja ayah mertua, bagaimana saya tak percaya jika dasar dari tradisi kita seperti ini, bahkan kita di ajarkan jika kita hidup berdampingan dengan makhluk yang tak terlihat, jadi harus saling menghormati," jawab zaka.
malam itu Semuanya tidur di ruang tamu demi kenyamanan bersama, dan Zaka juga sudah mengirimkan pesan pada ustadz Abdullah.
kerondo mayit itu di bawa berkeliling desa sebanyak tujuh kali oleh pengantarnya.
hingga akhirnya keranda itu berhenti di salah satu rumah, dan para seperti memberikan tanda.
mereka pun akhirnya pergi meninggalkan rumah itu, dan benar saja, keesokan harinya ada berita kematian yang di siarkan.
maaf ya thor
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
aku ampe lupaa
cuma updtenya kurang lncr ajah 🙏
Ayo lanjut lagi ceritanya