Andre Winato berutang banyak dan jatuh bangkrut setelah gagal investasi. Istri dan putrinya meninggal secara tragis, dan keluarganya hancur. Bertahun-tahun kemudian, dia berhasil bangkit dan menjadi seorang miliarder.
Suatu hari, saat terbangun dari tidur, tiba-tiba dia menyadari bahwa dirinya kembali ke hari yang membuatnya menyesal seumur hidup! Istri dan putrinya masih hidup! Dia bersumpah untuk menebus semua kesalahannya terhadap istri dan putrinya!
Jgn lupa like vote dan gift ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Jay H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Sebelumnya, Bastian meminta Hendi merekrut Jessy untuk bekerja di Desain Selaras. Seingat Hendi, Jessy adalah ibu rumah tangga yang menganggur.
Kenapa suami Jessy, Andre, juga menganggur?
Mereka sekeluarga menganggur?
Hendi melepaskan botol minuman keras dan kembali duduk. Dia awalnya mengira Bastian akan memperkenalkannya pada orang yang hebat. Tak disangka, orang ini menganggur.
Hendi mencibir di dalam hati.
Suasana di ruangan ini langsung mendingin.
"Pak Hendi, bukankah kamu ingin menanyakan sesuatu pada temanku?"
"Tanyakanlah pada dia. Aku akan berterus terang padamu, ramalannya sangat tepat. Kalau dia bersedia meramal nasibmu, Desain Selaras pasti akan menjadi lebih sukses."
Bastian mengernyitkan alis. Bastian tidak sadar bahwa Hendi sangat tidak senang setelah mengetahui identitas Andre.
Andre tersenyum. Andre tahu apa yang sedang Hendi pikirkan.
Andre hidup lima belas tahun lebih lama dari dua orang ini. Andre jauh lebih peka dan berpengalaman daripada mereka.
Pada kehidupan sebelumnya, Andre adalah miliarder. Semua orang di sekitarnya bertindak dan berbicara dengan hati-hati. Namun, tatapan kadang-kadang tidak bisa dikontrol.
Seseorang akan menunjukkan apa yang sedang dia pikirkan melalui mata.
Hendi sama sekali tidak menyembunyikan tatapan meremehkan tadi. Jadi, Andre jelas bisa mengetahui isi hati Hendi.
Hendi tersenyum. "Bastian, aku hanya bercanda. Apa yang mau aku tanyakan? Kalaupun aku ingin bertanya tentang sesuatu, aku harus mencari pakar yang profesional."
"Kamu bilang dia bisa meramal? Kamu pasti juga sedang bercanda...."
"Kita nggak perlu membahas hal ini lagi, ayo makan...."
Alasan Hendi mengajak Bastian makan bersama bukan karena mau berkenalan dengan Andre. Hanya saja, Hendi merasa teman Bastian seharusnya adalah orang yang hebat.
Namun, Hendi tidak menyangka Bastian akan membawa orang seperti ini datang makan bersama.
Menurut Hendi, sia-sia saja dia memperlakukan Jessy dengan ramah. Hendi bahkan memperkenalkan perusahaan dengan lemah lembut pada Jessy.
Rupanya suami Jessy juga menganggur.
Hendi berpikir, 'Untunglah Bastian masih berutang budi padaku. Aku bisa memintanya memperkenalkanku pada Martin kelak. Kalau tidak, aku benar-benar rugi.'
Bastian meletakkan sendok yang sedang dia pegang, lalu tertawa dingin.
"Hendi, apa maksudmu?"
"Aku membawanya datang makan bersama, tapi kamu malah nggak jadi bertanya."
Hendi sadar bahwa Bastian agak kesal. Jadi, Hendi buru-buru tersenyum.
"Bastian, jangan marah. Aku bukan nggak mau bertanya.
Aku nggak bisa menanyakan hal ini padanya. Aku pikir kamu akan membawa seseorang yang hebat."
"Siapa tahu kamu malah membawa orang yang menganggur...."
"Sudahlah, Bastian, anggap saja aku nggak pernah mengungkit hal ini. Aku khusus mau mentraktirmu hari ini."
"Aku nggak tahu Pak Martin ada di Hotel Riverside atau tidak. Kalau Pak Martin ada di hotel, alangkah baiknya kalau kita bisa mengajak Pak Martin makan bersama."
Hendi ingin membuat Bastian melupakan hal ini, jadi dia membahas hal lain.
Tak disangka, Bastian menjadi kesal setelah mendengar Hendi mengungkit nama Martin.
Martin bisa menjadi orang terkaya di Kota Surawa karena dibantu William dahulu. Sebagai putra sulung William, Bastian sering mendengar William membahas tentang Martin sejak kecil.
Bastian merasa dirinya seolah-olah selalu kalah dari Martin....
Jadi, Bastian langsung merasa jengkel setiap kali
mendengar nama Martin sekarang. Namun, Hendi malah
menyebut nama Martin.
"Hendi, kamu mau mentraktirku atau mentraktir Martin?"
"Sepertinya kamu punya maksud lain!"
"Lain kali, kalau kamu nggak mau makan bersamaku, kamu boleh kasih tahu sejak awal ...."
"Tanyalah kalau kamu mau tanya. Kalau kamu nggak mau, kami berdua akan pergi." Bastian mengerutkan kening.
Andre melirik Bastian sekilas untuk menyuruh Bastian tenang.
"Apa yang Pak Hendi katakan memang benar. Aku penganggur, aku mana bisa memberinya saran?"
"Akan tetapi, aku teringat pada sesuatu tadi..."
"Pak Hendi, kamu sedang bekerja sama dengan perusahaan di Kota Senna, 'kan? Kamu harus lebih berhati-hati saat mengerjakan proyek ini. Kadang-kadang, kesalahan kecil dapat berakibat fatal."
Andre hendak berdiri setelah berkata demikian. Berhubung Hendi tidak tulus, Andre tidak berniat untuk bergaul dengan Hendi.
Andre berpikir dalam hati, 'Kalau sampai Desain Selaras bangkrut, aku akan membantu Jessy mencari pekerjaan lain.' Hendi tertawa dingin.
"Berani-beraninya kamu omong kosong di saat kamu nggak tahu apa-apa!"
"Kalau bukan karena ada Bastian, kamu pikir kamu bisa makan bersamaku?"
"Aku nggak tahu kenapa kamu bisa tahu perusahaanku
bekerja sama dengan perusahaan dari Kota Senna."
"Kamu pikir aku akan percaya padamu karena kamu tahu hal ini dan sok misterius?"
"Aku benar-benar nggak tahu kenapa Bastian bisa percaya pada orang sepertimu. Dia kemungkinan besar tertipu. Kalau sampai Tuan William tahu tentang hal ini, apa yang akan dia pikirkan?"
Hendi meletakkan sendok yang sedang dia pegang.
Saking marahnya, tubuh Bastian gemetar. Andaikan dirinya tahu Hendi adalah orang seperti ini, dirinya tidak akan meminta bantuan Hendi, juga tidak akan membawa Andre datang makan bersama!
Hendi terus membahas tentang Martin dan William. Hendi bukan mau berteman dengan Bastian!
"Kamu ...."
Bastian mau memarahi Hendi, tapi ditahan oleh Andre.
"Pak Hendi, berhubung kamu nggak percaya, aku akan menjelaskan hal ini secara lebih mendetail...."
"Setelah kamu tiba di perusahaan besok, periksa draf desain baik-baik. Perhatikanlah apa ada yang bermasalah dalam draf desain kalian."
"Jangan buru-buru menyerahkan hasil desain pada perusahaan dari Kota Senna...."
"Kalau sampai ada masalah, kamu nggak akan sanggup membayar denda. Nominal denda tiga kali lipat lebih tinggi dari uang yang kamu dapatkan sekarang. Kalaupun kamu sanggup membayar denda, Desain Selaras bisa bangkrut."
"Perhatikan gaya tulisan yang digunakan dengan teliti....
Andre berbalik dan pergi setelah berkata demikian. Andre tahu Hendi tidak percaya padanya, jadi Andre tidak mau berlama-lama di sini dan mendengar Hendi menghinanya.
Bastian melirik Hendi sekilas, lalu berbalik dan keluar dari private room.
Bastian juga tidak mau makan bersama Hendi!
Hendi memikirkan ucapan Andre sambil mengerutkan kening. Namun, pada detik selanjutnya, Hendi mencibir dengan cuek.
Sebagai pemilik perusahaan desain, Hendi tahu betapa pentingnya meminta lisensi gaya tulisan.
Desain Selaras sudah pernah mengerjakan banyak proyek desain sebelumnya. Tidak pernah ada kendala akibat gaya tulisan selama ini. Apakah akan ada masalah saat bekerja sama dengan perusahaan dari Kota Senna kali ini?
Hendi berkata dalam hati, 'Ada-ada saja, bisa-bisanya aku memikirkan apa perkataan Andre bisa dipercaya atau tidak.'
Andre hanyalah seorang penganggur....
Hal ini sangat konyol.
Andre dan Bastian keluar dari private room.
Andre dan Bastian berniat untuk keluar dari hotel.
Pada saat ini, mereka berpapasan dengan seorang pria berusia tiga puluhan tahun. Pria ini mengenakan jas. Dia diikuti oleh beberapa sekretaris dan pegawai eksekutif Hotel Riverside. Pria ini memandang Bastian.
Bastian melangkah mundur, tapi pria ini malah tersenyum setelah melihat Bastian.
"Bastian, kenapa kamu nggak kasih tahu aku kalau kamu ada di sini?"
Bastian menghela napas. Orang yang sedang berbicara dengan Bastian adalah orang terkaya di Kota Surawa, direktur Hotel Riverside, Martin.
"Pak Martin sangat sibuk, aku mana berani mengganggu
Pak Martin...."
"Aku hanya datang untuk makan bareng teman, nggak ada urusan lain."
"Sudah dulu, aku mau pergi dulu." Bastian mengajak Andre pergi.
Hendi yang ada di belakang Bastian dan Andre baru saja keluar dari private room. Setelah Hendi melihat Martin, Hendi buru-buru berlari kecil untuk menghampiri Martin.
"Halo, Pak Martin!"
"Saya adalah presdir Desain Selaras, nama saya Hendi Susanto."