Amara gadis berusia dua puluh satu tahun ini terpaksa harus menikah dengan seorang pria yang bernama Aska sebagai penebus hutang ayahnya.
Ayahnya kabur begitu saja meninggalkan banyak hutang tanpa Amara ketahui.
Setelah menjadi istri, Aska memerintahkan Amara untuk merawat sang ibu yang sedang terbaring sakit.
Namun suatu saat Aska menikah lagi dengan seorang wanita yang ia cintai bernama Davina.
Jangan lupa Like,coment,vote dan favoritkan🥰🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ༂𝑾𝒊𝒚𝒐𝒍𝒂❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Satu Minggu sebelum acara pernikahan di mulai, keadaan Davina kurang begitu sehat. Ia terpaksa harus di rawat di rumah sakit demi pemulihan kesehatan dirinya dan kandungannya. Padahal hari ini adalah jadwal fitting gaun pengantin untuk pernikahannya nanti.
Melihat tubuh Amara yang hampir sama dengan Davina, Aska pun meminta pada Amara agar ia mengantikan Davina untuk sementara.
Jelas saja Amara langsung menolak tawaran dari Aska.
"Tidak, aku tidak bisa. Lagipula kalian yang nikah, bukan aku!" Ucap Amara.
"Amara, tolong mengertilah, Davina sedang di rawat di rumah sakit. Sedangkan acara pernikahan kami akan dimulai sebentar lagi." Tutur Aska.
Amara sibuk berkutat dengan alat masaknya. Seketika ia meletakan alat masaknya dengan kasar lalu menatap nanar suaminya.
"Apa kau tidak lihat, bentuk tubuhku dengan calon istrimu sangatlah berbeda!" Kata Amara dengan sedikit kesal.
"Kau tidak boleh menolak Amara, cepat ganti pakaianmu, aku akan menunggumu." Titah Aska berlalu begitu saja.
Amara membuang nafas kasar, Aska benar-benar tidak menghargai dirinya sebagai seorang istri.
Mau tidak mau, Amara pun pergi ke kamar untuk berganti pakaian.
Selang beberapa saat Aska dan Amara sudah melakukan perjalanan menuju ke Butik.
"Nanti saat di Butik, akan ada ibu Davina yang menemanimu!" Ucap Aska.
Amara tak menggubris ucapan Aska. Sepanjang jalan Amara hanya diam dan membuang muka menatap ke arah jendela. Hingga mereka tiba di tempat yang di tuju.
Keduanya masuk ke dalam Butik, dan di sambut hangat oleh Herlina yang sudah datang terlebih dahulu.
"Akhirnya kau datang juga Aska, tante sudah menunggumu dari tadi!" Seru Herlina tersenyum.
Herlina kemudian menatap ke arah belakang Aska, dan menyadari ada sosok perempuan.
"Oh tante, perkenalkan ini adalah Amara yang akan menggantikan Davina untuk fitting gaun nanti!" Aska melangkah kesamping hingga terlihat lah wajah dari Amara.
Begitu Amara mendongakkan wajahnya, ia benar-benar terlonjak kaget begitu sebaliknya dengan Herlina.
Sosok yang tak asing itu rupanya adalah ibu kandungnya sendiri.
Amara termangu. Bibirnya seketika tergagap, ia tak bisa berkata satu huruf pun dan hanya menatap Herlina mematung dengan wajah polos dan mata memerah.
Begitu pula dengan Herlina yang membuang pandangannya, bibirnya mengatup rapat seperti orang yang mati-matian berusaha mengunci kata-kata yang seharusnya meluncur keluar.
Aska yang memperhatikan keduanya pun terlihat heran kenapa Amara dan ibu Davina saling bertatapan seperti itu.
"Tante, kenapa apakah ada yang salah?" Tanya Aska membuyarkan lamunan keduanya.
"Ah...tidak nak Aska, ini benar istrimu?" Tanya balik Herlina dengan mata yang berkaca-kaca.
Aska menganggukkan kepalanya, "Iya tante, Amara adalah istri dari Aska."
Herlina semakin tidak menyangka lagi bahwa Amara adalah istri pertama dari Aska, calon suami anak tirinya sendiri.
🍂Flashback🍂
Herlina adalah ibu kandung dari Amara. Sepuluh tahun yang lalu, Herlina masih menjadi seorang istri dari ayah Amara yang bernama Sanjaya. Dahulu Amara memiliki seorang kakak perempuan yaitu bernama Alisa. Suatu hari, Alisa mengalami sakit yang berkepanjangan sehingga membutuhkan biaya berobat yang cukup besar. Hidup dengan ekonomi yang pas-pasan, membuat Sanjaya kala itu harus berpikir keras untuk mendapatkan biaya berobat untuk Alisa.
Terlebih lagi Sanjaya waktu itu hanya bekerja sebagai supir pengangkut sayuran yang pendapatannya hanyalah sedikit.
Herlina yang tak sanggup melihat suaminya banting tulang siang dan malam, tapi tidak kaya-kaya, akhirnya memutuskan untuk bekerja juga sebagai seorang pembantu.
Ia bekerja sebagai pembantu di salah satu rumah seorang duda kaya raya, yang tak lain itu adalah rumah dari Heru. Heru baru saja menduda akibat sang istri meninggal dalam kecelakaan mobil yang dialami.
Saat kedua orangtuanya bekerja, Amara lah yang setia menemani sang kakak yang terbaring sakit dirumah.
Herlina meskipun telah berumur, tapi ia masih terlihat cantik dan muda. Lelaki manapun yang melihat, pasti akan tergoda dengan dirinya. Hanya saja Herlina saat itu tak pandai merawat diri dan tampilan sebab dia adalah orang miskin yang tak pernah perawatan di salon sebelumnya.
Selang satu bulan bekerja sebagai seorang pembantu, mulai tercium bau-bau ketertarikan antara majikan dan pembantu. Yah, rupanya Heru diam-diam memiliki perasaan kepada Herlina.
Heru sosok lelaki yang pemberani dan tidak banyak cingcong, waktu itu langsung saja menyatakan perasaannya pada Herlina. Heru meminta Herlina untuk mengantikan sosok ibu untuk Davina yang saat itu masih kecil , masih memerlukan seorang ibu.
Herlina awalnya menolak permintaan dari Heru, ia mengatakan bahwa ia sudah bersuami dan memiliki dua orang anak. Heru menyadari akan hal itu, tapi ia tak menyerah, ia tetap bersikeras untuk mendapatkan hati Herlina.
Heru berjanji pada Herlina apabila ia mau menikah dengannya, maka Heru akan menuruti semua permintaan dari Herlina. Heru juga menawarkan sejumlah uang yang bernilai fantastis untuk biaya pengobatan anak Herlina, asal Herlina mau menikah dengannya dan meninggalkan suaminya.
Herlina wanita yang setia itu tetap saja menolak tawaran dari Heru. Sampai pada akhirnya, Heru mengimingi-imingi dirinya dengan berbagai kata yang membuat perasaan Herlina begitu bimbang.
Heru mengatakan jika Herlina tetap menjadi istri dari Sanjaya, maka kehidupan Herlina sampai tua pun akan tetap begitu-begitu saja, berlarut dalam kemiskinan.
Sementara jika Herlina memilih menjadi istrinya, maka Herlina akan hidup bergelimang harta, tidak hidup melarat saat bersama Sanjaya.
Herlina mulai berpikir bahwa selama ini kehidupannya sangat susah, bahkan untuk makan saja susahnya minta ampun. Herlina memang benar mencintai Sanjaya, tapi cinta saja tak cukup pikirnya. Bertahun-tahun menjalin rumah tangga dengan Sanjaya, hidupnya tetap saja melarat.
Akhirnya, Herlina pun memutuskan untuk menerima ajakan menikah dari Heru sang majikannya sendiri.
Herlina pulang ke rumah dengan membawa sejumlah uang, ia menyodorkan amplop yang berisi uang tepat dihadapan Sanjaya. Herlina lalu menjelaskan bahwa itu adalah uang untuk Alisa berobat, dan ia juga menjelaskan bahwa ia sudah tak ingin berumah tangga dengan Sanjaya. Mendengar itu, Sanjaya langsung naik pitam, tak mengerti kenapa tiba-tiba istrinya itu berbicara seperti itu.
Sanjaya menanyakan alasannya, tapi Herlina malah memberikan alasan yang menyakitkan. Ia malah menghina-hina Sanjaya dan mengata-ngatainya bahwa ia sudah muak hidup miskin. Sudah miskin,melarat pula. Herlina juga mengatakan bahwa dalam beberapa hari lagi ia akan kembali dengan membawa surat cerai. Sanjaya benar-benar tidak menyangka dengan sikap dan penuturan istinya, ia sempat menahan kepergian Herlina, tapi Herlina malah mendorongnya hingga jatuh tersungkur ke lantai.
Tanpa disadari, dari balik dinding Amara ternyata sedang menyaksikan perkelahian kedua orangtuanya itu.
Selang beberapa hari, kondisi dari Alisa semakin memburuk, sehingga membuat Sanjaya harus membawanya pergi ke rumah sakit. Namun, setelah di rawat beberapa hari, pihak rumah sakit pun menyatakan bahwa Alisa sudah tidak terselamatkan lagi.
Tangis Sanjaya seketika pecah, begitupula Amara yang tahu bahwa kakak satu-satunya itu telah tiada.
Singkat cerita satu hari setelah kepergian Alisa, Herlina sama sekali tidak tahu bahwa anak pertamanya itu sudah tiada. Ia datang kembali ke rumah reyot yang ditempati sanjaya itu dengan menggunakan mobil mewah. Penampilannya pun sudah berubah drastis, seperti penampilan orang kaya pada umumnya.
Tanpa basa basi dan angkuhnya, Herlina langsung melempar amplop coklat ke hadapan Sanjaya yang sedang duduk bersedih.
Sanjaya pun membukanya dan membaca secarik kertas yang ada didalam amplop tersebut. Herlina rupanya benar-benar menceraikannya.
Sanjaya seketika bangun berdiri dan mengatakan bahwa Herlina wanita gila. Ia juga memberitahu bahwa Alisa sudah tiada, tapi Herlina tak meresponnya. Karena sudah terlanjur sakit hati, Sanjaya pun langsung menandatangi surat cerai tersebut.
Pada saat itu juga, Amara hanya diam menyaksikan ibunya yang datang. Meskipun ia masih kecil, tapi hatinya begitu sakit melihat perlakuan dan sikap ibunya itu.
Saat ingin melangkah pergi, Herlina menatap nanar Amara yang berdiri mematung. Herlina mendekat dan tersenyum lalu berpesan pada Amara jaga diri baik-baik. Tapi Amara sama sekali tak menggubris.