Suami Yang Tak Biasa

Pagi harinya, Anne bangun dengan perasaan yang sedikit kurang enak. Semalam Anne tiba-tiba saja memimpikan Oma Tinka. Saat ini Oma Tinka sedang menginap di rumah Tuan Handri di daerah Klender. Anne kangen dan ingin menjenguk Oma Tinka.

“Rob, Sabtu pagi kita ke rumah Paman Handri yuk, aku mau tengok Oma Tinka, sudah lama tidak ketemu,” ucap Anne.

“Oke, nanti aku siapkan barang kebutuhan Oma Tinka seperti Energen cokelat, abon sapi, buah-buahan dan camilan lainnya,” jawab Robert.

Setelah itu, Anne bersiap-siap berangkat bekerja seperti biasanya. Anne tampak senang karena Robert mau menemaninya menjenguk Oma Tinka.

Hari demi hari berlalu dengan rutinitas bekerja Anne dan Robert. Belakangan ini Robert tambah sibuk karena bisnisnya berkembang dengan pesat dan membutuhkan perhatian ekstra. Black Diamond Group melakukan ekspansi bisnis besar-besaran. Setelah akuisisi Bush Construction, berikutnya Robert mengembangkan “BDG Shoppers” platform aplikasi bisnis online yang mencakup kebutuhan sehari-hari, primer, sekunder dan tersier. Robert merekrut berbagai professional ahli untuk mengembangkan BDG Shoppers menjadi aplikasi terdepan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

***

Hari Sabtu pun tiba. Robert dan Anne mengendarai motor matic menuju rumah Tuan Handri sambil membawa oleh-oleh untuk Oma Tinka.

Sekilas tentang Tuan Handri dan Nyonya Sandra.

Tuan Handri memiliki kepribadian yang berbanding 180 derajat dengan Nyonya Sandra walaupun mereka saudara sekandung. Tuan Handri ramah dan bijaksana, juga sabar dalam merawat Oma Tinka. Tuan Handri menikah dengan Nyonya Mary, dan dikaruniai 3 orang anak, yaitu Danny, Jorji, dan Kanzania. Pernikahannya bahagia dan ketiga anaknya sudah besar. Saat ini Danny dan Jorji sudah bekerja di kantoran dengan karier yang cemerlang, sedangkan Kanzania masih berkuliah kedokteran di sebuah universitas di Bandung.

Saat Anne dan Robert tiba di sana, hanya ada Tuan Handri dan Bibi Mary. Ketiga anaknya sedang ada urusan di luar. Oma Tinka sudah mandi dan makan pagi, dan sedang berbaring di kamar. Ada pun kondisi Oma Tinka ada stroke karena penyumbatan dua titik di otak sebelah kiri sehingga bagian tubuh sebelah kanan tidak bisa bergerak. Daya ingat Oma Tinka masih sangat bagus, tapi bicaranya jadi agak cadel. Oma Tinka sempat beberapa kali jatuh karena badannya relatif gemuk, sedangkan ada osteoporosis dan peradangan sendi, sehingga sekarang Oma Tinka sudah lumpuh. Selain itu, Oma Tinka juga punya riwayat tekanan darah tinggi dan maag akut.

Tuan Handri dan Bibi Mary tidak punya pembantu rumah tangga. Mereka membantu merawat Oma Tinka bergantian dengan Tuan Ridhan dan Nyonya Sandra. Setiap dua atau tiga bulan sekali, Oma Tinka akan ada di rumah Tuan Handri, lalu dua hingga tiga bulan berikutnya di rumah Nyonya Sandra, dan begitu seterusnya. Tuan Handri dan Bibi Mary sabar dalam merawat Oma Tinka walaupun mereka kesulitan dengan bobot tubuh Oma Tinka yang besar, mereka tetap merawat Oma Tinka.

Nyonya Sandra pemarah dan tidak sabaran ketika merawat Oma Tinka. Maklum, Oma Tinka menjadi berubah drastis semenjak jatuh sakit. Sebelumnya Oma Tinka ceria dan bisa memasak dan mengurus Spencer dan Anne dari kecil hingga mereka lulus kuliah. Tuan Ridhan dan nyonya Sandra tidak pernah tahu menahu untuk merawat Spencer dan Anne, mereka hanya mengirim uang. Ini tidak bisa disalahkan juga, sebab bagaimanapun juga setiap orang tua punya sudut pandang mereka masing-masing dalam merawat dan membesarkan anak-anak mereka. Tuan dan Nyonya Sandra berdagang di ruko pinggiran kota Tangerang, yaitu merintis Perusahaan Matrial Halinger. Tentu, tidak mungkin membawa Oma Tinka, Spencer dan Anne untuk tinggal di ruko yang sama itu ‘kan? Yang namanya ruko bangunan pasti berdebu. Tuan Ridhan dan Nyonya Sandra ingin anak-anaknya tumbuh dengan nyaman bersama Oma Tinka di Jakarta.

Saat Spencer sudah lulus SMA dan Anne lulus SMP, mereka bertiga pindah ke rumah Palm Spring Tangerang, tapi tetap saja tidak pernah serumah dengan orang tuanya. Tidak ada jalinan kedekatan emosi atau bonding yang kuat di antara Anne dan orang tuanya. Dari kecil, Spencer memang sudah diharapkan untuk menjadi penerus usaha bangunan orang tuanya. Anne tidak pernah diajak atau dilibatkan. Spencer dicintai orang tuanya dari awal, juga karena Spencer bermulut manis dan pandai menarik hati orang tuanya. Sementara Anne, cenderung pendiam dan judes pada orang tuanya. Anne sebetulnya anak yang baik, hanya saja kurangnya pendampingan dari orang tua menyebabkannya insecure, introvert dan kasar. Orang tuanya yang dari awalnya memang sudah tidak mencintainya, makin tidak menyukainya saja karena pribadi Anne seperti itu.

Anne banyak berubah menjadi lebih dewasa dan rendah hati karena banyak menerima nasihat yang baik dari Tuan Handri, juga karena Oma Tinka yang menyayanginya dengan tulus. Selain itu, dunia kerja yang keras juga turut berpengaruh pada Anne. Pekerjaannya sebagai sales admin menuntutnya harus sabar dalam menghadapi berbagai tipe customer. Anne memang sekarang sudah lebih dewasa, tapi tetap saja ada ketidakcocokannya dengan kedua orang tuanya yang tidak bisa diperbaiki sempurna. Karena orang tuanya banyak melukai hatinya, tetap ada jarak antara Anne dengan orang tuanya.

Anne sudah bertekad bila suatu saat sudah punya anak, maka dia mau mengurus anaknya sendiri, dan tidak mau menitipkan anaknya pada orang tua dan saudara. Anak akan jadi lebih cerdas secara otak dan emosionalnya bila dibimbing oleh orang tuanya ‘kan. Didikan kakek nenek tidak akan sama dengan didikan orang tua. Lagi pula, kakek nenek harus istirahat dan menikmati masa tuanya dengan bahagia, agar tidak kecapean seperti Oma Tinka dan berakhir sakit. Enak sekali hidup Nyonya Sandra ini, dia punya ibu yang baik seperti Oma Tinka, yang mau merawat kedua anaknya sampai besar. Namun, ketika Oma Tinka jatuh sakit, Nyonya Sandra tidak sabar dan kasar dalam merawat Oma Tinka dan bahkan tidak segan menyumpahi Oma Tinka agar lekas meninggal saja. Apakah itu namanya balas budi yang baik dari Nyonya Sandra kepada Oma Tinka? Bukankah berkat Oma Tinka, maka Spencer dan Anne bisa tumbuh dengan baik, ibaratnya Oma Tinka seperti menjadi asisten Nyonya Sandra selama berpuluh-puluh tahun, tapi tidak berbayar apapun kepada Oma Tinka. Kasihan sekali Oma Tinka yang polos dan terlalu baik hatinya.

Tuan Handri rutin mengirim uang bulanan kepada Nyonya Sandra untuk membantu biaya pengobatan Oma Tinka, kontrol ke dokter, fisioterapi, dll. Oma Tinka sering bercerita pada Tuan Handri dan Anne bahwa Nyonya Sandra marah-marah terus ketika merawatnya. Demi irit biaya, mereka juga tidak memakai jasa pembantu rumah tangga. Semua dikerjakan sendiri, yang akibatnya mereka melampiaskan marah-marahnya kepada Oma Tinka. Pernah Tuan Handri berkata pada Nyonya Sandra, bahwa harusnya yang merawat Oma Tinka adalah Nyonya Sandra, Spencer dan Anne karena selama ini ibaratnya mereka lah yang memakai tenaga dan waktu Oma Tinka bukan? Selama Oma Tinka masih sehat, dia ikut dengan keluarga Nyonya Sandra dan merawat kedua cucunya itu dengan dibantu seorang pembantu rumah tangga. 

***

Hai teman-teman, happy reading ya.

IG @cindy.winarto

Thanks