"Apakah kamu sudah menikah?" tanya Wira, teman satu kantor Binar. Seketika pertanyaan itu membuatnya terdiam beberapa saat. Di sana ada suaminya, Tama. Tama hanya terdiam sambil menikmati minumannya.
"Suamiku sudah meninggal," jawab Binar dengan santainya. Seketika Tama menatap lurus ke arah Binar. Tidak menyangka jika wanita itu akan mengatakan hal demikian, tapi tidak ada protes darinya. Dia tetap tenang meskipun dinyatakan meninggal oleh Binar, yang masih berstatus istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Akikaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Ketidaksengajaan
Binar mencoba saran Tama untuk menikmati waktunya dengan berjalan-jalan. Tidak ada buruknya, toh dia juga sudah mendapat izin dari suaminya. Keadaan masih sama, Tama masih sering lembur dengan alasan penyambutan kedatangan bos pusat.
Mall menjadi salah satu tujuannya, selain bisa cuci mata. Jika ada barang yang sekiranya dia suka, maka dia akan membelinya. Karena ini kota yang berbeda dengan kota kelahirannya, Binar merasa asing karena tidak ada teman. Kalau mau mengajak ibu komplek pun rasanya tidak akan nyaman, mending dia berangkat sendiri. Terlalu berisik, nanti yang ada malah ghibah.
Sudah cukup lama dia tidak jalan ke mall, mungkin 2 bulan yang lalu dia kesini bareng Tama, setelahnya Tama sibuk dengan kerjaan.
Taksi online mengantarkannya hingga di depan pintu masuk mall, selepas membayar ongkosnya, dia masuk ke dalam dan mulai berjalan melihat-lihat. Binar tersenyum kecil saat melihat banyak yang datang kesana dengan pasangannya masing-masing, rasanya dia merindukan waktu bersama suaminya.
Binar mengambil ponselnya dalam tas, mengecek apakah ada pesan yang masuk dari Tama. Kosong, pesan yang dikirim sejak tadi pun belum terbaca, Binar menghela nafas panjang lalu dia masuk ke dalam toko sepatu dan mulai mencari sepatu yang menarik untuknya. Benar saja, sepatu keluaran terbaru dari merk X yang baru saja keluar sudah ada di toko tersebut. Mata Binar terlihat berbinar saat melihatnya.
"Aku harus beli ini," Binar memegang sepatu tersebut, sudah dia incar sejak keluar. "Toh aku sudah menabung dari lama demi keluaran terbarunya," Binar langsung meminta pelayan mencarikan ukuran kakinya, dan dia benar-benar happy karena ukurannya tersedia.
Setelah membayar, Binar keluar toko dengan membawa sepatu tersebut dalam paperbag warna orange itu. Binar berjalan menyusuri area mall yang luas. Hingga dia merasa lelah dan memutuskan untuk duduk di kursi yang disediakan oleh mall. Binar duduk dengan santai sambil melihat sekeliling. Pandangannya terhenti pada anak laki-laki sekitar umur 3 tahun yang tengah menangis tersedu-sedu, anak laki-laki itu menangis di dekat area playground. Binar melihat sekeliling, tidak ada yang mendekati anak tersebut.
Lelehan es krim mengotori tangan anak laki-laki itu, dia masih tersedu. Beberapa saat, Binar berjalan mendekat dan berjongkok. Laki-laki kecil tampan dengan kaso warna putih itu menatap Binar sambil terus menangis.
"Sayang kamu kenapa menangis?" tanya Binar dengan lembut, pandangannya beralih ke kaos anak laki-laki itu yang terkena lelehan coklat es krim. "Mama kemana?" tanya Binar lagi.
"Papa..." anak laki-laki itu memanggil papanya.
"Papa?" Binar melihat sekeliling, tapi tidak melihat orang yang sekiranya sedang mencari anak itu.
"Nama kamu siapa sayang?"
"Da...Daniel," jawabnya singkat sambil menahan air matanya, tangan kiri mengusap lelehan air mata.
"Ok Daniel...tenang ya, tante bukan orang jahat kok, kita cari Papa ya...."
Daniel mengangguk.
"Tadi di mana terakhir Daniel sama Papa? di sini kah,?"
"Tadi Papa katanya mau ke toilet, terus aku lihat playground, tahu-tahu Papa nggak kesini," ungkapnya, dia kembali menangis.
"Ok sayang, kita cari Papa ya...kita ke pak satpam, biar nanti pak satpam mengumumkan kalau Daniel sedang mencari Papa, okay?" Binar menenangkan. Daniel kembali menganguk
"Duh, mana nggak bawa tisu lagi,"
"Tanganku kotor tante..." Daniel menatap Binar, berharap tangannya dibantu untuk dibersihkan.
"Ya...ya sayang, kita cari toilet dulu ya, tapi janji, Daniel jangan menangis lagi ya,"
"Iya tante," Daniel menurut. Binar khawatir jika Daniel masih menangis, dia akan menjadi pusat perhatian dan dikira penculik anak.
Seseorang mengulurkan sapu tangan ke arah Binar yang tengah merayu anak laki-laki itu, dengan harapan Binar membersihkan tangan anak itu dengan sapu tangan. Binar yang jongkok sontak mendongak melihat uluran sapu tangan. Di jaman sekarang, masih ada orang yang membawa sapu tangan kemana-mana.
Laki-laki itu ikut berjongkok dan tersenyum ke arah Daniel. Es krim semakin meleleh dan mengotori lantai serta baju Daniel. Tak menunggu waktu lama, Binar mengambil saputangan tersebut dan membersihkan tangan Daniel.
"Daniel, ini tante buang ya es krimnya, sudah meleleh semua ini," Binar merayu anak kecil itu, dan dia pun setuju.
"Jangan menangis ya..." ujarnya menghibur. Binar melihat hal tersebut lantas berdiri.
"Lain kali, kalau bawa anak, jangan ditinggal kemana-mana, anda nggak tahu apa kalau sekarang lagi marak penculikan anak. Lihat tuh anak anda, cakep menggemaskan ditinggal begitu saja di sini. Kasihan kalau sampai ketemu orang jahat," Binar mengomel begitu saja, lalu dia melihat ke arah Daniel. Bersyukur Papa Daniel sudah ada di sini.
***
Sudah tidak diragukan lagi bagaimana Aksara memimpin perusahaan, kini keluarganya meminta Aksara segera pindah ke kantor pusat saja. Orang tuanya sudah merasa lelah dan harus segera meminta Aksara naik. Nyaman bukan berarti harus tetap tinggal, Aksara muda yang masih sangat haus akan pengalaman pun tidak menolak permintaan keluarganya. Dia harus siap memimpin banyak usaha di sini.
Sebelum peresmian kedatangannya di kantor pusat, Aksara meninjau salah satu mall yang didirikan oleh keluarganya. Ingin melihat bagaimana keadaan mall tersebut secara langsung. Aksara puas dengan keadaan mall saat ini, masih ramai seperti dulu, tenant pun ramai. Pengunjung nampak sangat menikmati berada di mall tersebut, mereka datang bersama dengan keluarga, pasangan, atau bahkan sahabat.
Sudah hampir 2 jam dia berkeliling di sana, hingga melupakan jika dia datang kesini bersama dengan seseorang.
"Di mana dia?" gumamnya. Jas formal dia tanggalkan agar tidak terlihat mencolok, berpakaian kasual layaknya anak muda jaman sekarang.
Pandangannya teralihkan saat melihat anak laki-laki sedang menangis tak jauh darinya, tangannya kotor terkena lelehan es krim, sedangkan di sana agak jauh dari toilet dan tidak ada yang menyediakan tisu. Ternyata menyediakan tisu di tempat umum juga penting, salah satu hal yang menjadi evaluasinya.
Aksara mendekat dan mengeluarkan sapu tangannya, terlihat tidak modern dengan membawa sapu tangan kemana-mana, tapi itulah dia. Perempuan yang dia tahu bukan Ibunya anak laki-laki itu disodori sapu tangan olehnya. Kenapa Aksara yakin jika perempuan itu bukan Ibunya karena dia memperhatian tadi.
Perempuan itu meliriknya sinis, lalu dengan cepat mengambil sapu tangan yang dia ulurkan untuk membersihkan tangan anak laki-laki itu.
"Lain kali, kalau bawa anak, jangan ditinggal kemana-mana, anda nggak tahu apa kalau sekarang lagi marak penculikan anak. Lihat tuh anak anda, cakep menggemaskan ditinggal begitu saja di sini. Kasihan kalau sampai ketemu orang jahat," omel perempuan itu padanya. Belum juga dia bertanya sudah kena damprat.
Binar bergegas memberikan tangan Daniel ke tangan laki-laki itu.
"Jangan tinggalkan dia lagi ya pak, atau anak anda akan saya bawa pulang, ingat itu" ujarnya sekali lagi, seolah mengancamnya. Aksara mengerjab, lalu tersenyum sambil melihat Binar pergi meninggalkannya setelah memastikan Daniel aman, menurut Binar.