Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 3
Faza merenung, memikirkan nasib nya setelah ini. Apakah Aric akan benar benar menceraikan nya atau itu hanya sebuah ancaman saja..
Dalam hening dan dingin nya ruang tunggu di koridor itu, Faza kembali mengingat awal mula mimpi buruknya menjadi istri seorang Alaric Sagara.
Awal perkenalan mereka di mulai saat keduanya kuliah di kampus yang sama. Selena, sepupunya itulah yang mengenalkan Aric pada Faza.
Menurut penuturan Selena, dia dan Aric kenal karena masuk di Klub yang sama. Yaitu Klub Pecinta Alam.
Mungkin dari sana jugalah Selena dan Aric menjadi semakin dekat.
Namun, sebelum Aric dan Selena menjadi sepasang kekasih, justru Faza lah yang lebih dulu secara diam diam menyukai Aric. Faza jatuh cinta pada Aric sejak pertama kali mereka berjumpa.
Saat itu bahkan Selena masih memiliki kekasih. Namun Faza tidak yakin Aric mengetahuinya.
Di kampus, Aric yang berparas tampan dengan postur tubuh ideal menjadi idola para mahasiswi. Berbeda dengan Idola idola lain yang biasanya terkenal dingin, arogan dan terkesan cuek, justru Aric memiliki kepribadian yang berlawanan.
Aric adalah idaman semua kaum wanita di kampus. Dia hangat, baik, ramah dan supel. Terkadang Faza juga sulit untuk mengartikan kebaikan Aric.
Dulu mereka sering hangout bersama, Faza, Aric, Selena dan Raka. Namun semua berubah saat Selena mengatakan bahwa dia telah berpacaran dengan Aric. Hati Faza hancur, namun Faza tak bisa berbuat apapun. Dengan tegar Faza mengucapkan selamat pada sepupunya tersebut.
Perlahan Faza pun mulai menjauh, baik dengan Selena maupun dengan Aric dan Raka.
Karena menyakitkan setiap hari melihat mereka berdua bermesraan.
Setelah lulus kuliah, Faza langsung bekerja di kantor sang ayah, sementara Selena dan Aric memutuskan untuk bertunangan.
Faza semakin terpukul mendengar kabar itu, namun sekali lagi, tak ada yang bisa Faza lakukan selain menangis seorang diri.
Bahkan Faza sengaja tidak datang di acara itu. Faza memilih berlibur ke Bandung, ke rumah masa kecilnya.
Hanya selang beberapa bulan setelah pertunangan, pernikahan Aric dan Selena pun di gelar dengan sangat mewah.
Apakah Faza datang ? Tentu saja Faza datang. Itu pun karena Selena yang memaksanya.
Selena mengatakan akan kabur dari acara jika Faza tidak menampakkan diri nya.
Faza ingat betul, pada hari itu terpancar jelas kebahagiaan di wajah Aric. Dalam tangis yang terpendam, Faza masih sanggup untuk mendoakan kebahagiaan Aric dan Selena.
Perasaan cinta nya yang begitu dalam pada Aric membuat Faza tak lagi mampu membuka hati nya untuk lelaki lain. Hanya nama Aric yang terukir di hati Faza sekarang dan mungkin untuk selamanya.
Akhirnya Faza memutuskan untuk tinggal dan menetap di Bandung, memulai karir nya dari sana. Sejak saat itu pula Faza tak tahu lagi bagaimana kabar Selena dan Aric.
Namun, mendadak kabar buruk datang. Selena jatuh di kamar mandi hingga membuat seluruh keluarga besar mereka berbondong-bondong datang kerumah sakit, termasuk Faza.
Melihat Aric yang terus menangis di depan ruang operasi membuat hati Faza ikut terluka. Terlihat jelas betapa Aric sangat mencintai Selena.
Faza pun ingat, saat dokter keluar dari ruang operasi dan mengabarkan bahwa bayi mereka telah lahir dengan selamat, wajah Aric sama sekali tidak tampak bahagia. Justru Aric langsung bertanya tentang keadaan Selena.
Sesaat setelah berhasil melahirkan bayinya, dokter mengatakan Selena telah menghembuskan nafas terakhirnya, Selena meninggal. Tanpa pesan, tanpa pelukan, dan tanpa sempat melihat wajah putri kecilnya.
Tanpa bermaksud apapun, saat itu Faza mencoba menenangkan Aric yang histeris karena kepergian Selena yang mendadak. Faza terus memeluk tubuh Aric yang rapuh.
Tentu selain Aric dan Faza keluarga besar mereka pun merasa sangat kehilangan. Namun, tanpa Aric tahu Selena sempat menitipkan surat pada Mamanya untuk di berikan pada Faza.
Surat itu masih Faza simpan sampai sekarang.
"Faza...."
Faza di kejutkan dengan seseorang yang memanggil namanya. Lamunan Faza pun berakhir disana..
"Mama ?" Faza langsung berdiri saat melihat orang tua Aric sudah ada di hadapan nya.
Mama Dian langsung memeluk Faza..
"Maafkan Faza, mah.."
"Sssttt, kamu tidak salah. Mama sudah tau apa yang sebenarnya terjadi. Bi Erna sudah memberitahu mama semuanya."
Mama Dian melihat bekas merah di pipi Faza, "Dasar anak itu, berani berani nya berbuat kasar pada putri Mama.." Mama Dian mencak mencak sambil menyingsingkan lengan bajunya, "Kamu ikut mama, mama akan balas 2 kali lipat perbuatan Aric padamu. Ayo..."
"Mah, nggak usah, mah.. Faza gak apa apa.. Mas Aric cuma salah paham." Faza menahan tangan mama Dian agar mama mertua nya itu tidak masuk ke dalam ruangan dalam keadaan marah..
"Sudah, Faza. Biarkan mama mu berbuat yang seharusnya! Ayo kita masuk." Papa Surya pun menimpali. Faza akhirnya menyerah, terpaksa ikut masuk kedalam ruangan.
Saat Papa Surya membuka pintu, Aric langsung menyambut. Namun tatapannya berubah sinis ketika di samping Mama Dian ada Faza.
Mama Dian melepaskan tangan Faza lalu berjalan menghampiri Aric, dan...
PLAK!
PLAK!
"awsshh..." Aric meringis sambil memegang kedua pipi nya..
"MAMA! Kenapa mama nampar Aric ?" tanya Aric tak terima.
Mama Dian menyeringai, "Kamu pantas mendapatkan!!"
"Apa maksud mama ?"
Mama Dian menarik kembali lengan Faza, membuat Faza kini berada tepat di hadapan Aric..
"Kamu lihat, hah ? Lihat pake mata kamu!" Mama Dian menunjuk pipi Faza yang memerah, sudut bibirnya pun sobek karena tamparan Aric. "Apa pantas seorang lelaki menyakiti seorang wanita seperti ini, apalagi wanita itu istri kamu sendiri, apa pantas ? Jawab!" Mama Dian hilang kesabaran. Aric sudah membuatnya kecewa.
"Percuma mama sekolahkan kamu tinggi tinggi, untuk sekedar mencari kebenaran yang ada di depan mata saja kamu tidak mampu!!"
Aric terdiam.
"Apa kamu lupa mama mu juga seorang Wanita, bagaimana kalau mama yang mengalami ini, Apa kamu rela ?"
Lagi lagi Aric hanya bisa diam seribu bahasa.
"Jika kamu berani membuat Faza terluka lagi, mama tidak segan segan melaporkan kamu ke polisi atas tuduhan KDRT! PAHAM KAMU ?!"
Papa Surya menertawakan kecerobohan Aric.
"Aric, ikut Papa keluar!"
Papa surya keluar lebih dulu, dan saat Aric hendak mengekor di belakang, mama Dian kembali bicara "Mama akan membawa Alena dan Faza untuk tinggal di rumah mama sementara waktu."
Aric langsung menoleh, tidak terima. "Kalau mama mau membawa Faza silahkan saja, asal jangan Alena!" ucap Aric membuat mama Dian kembali tersulut emosinya.
Bugh!
"Aw...."
Aric kembali mengaduh saat kotak tisu berhasil mengenai kepalanya..
"Mama apa apaan sih ? Aric ini anak mama, bukan dia!!" tunjuk Aric pada Faza dengan tatapan marah.
"Mama lebih baik tidak punya anak seperti kamu, dari pada mama harus melepas bidadari seperti Faza."
"Sudah sana kamu pergi! Mama malas bicara sama kamu!" Mama Dian mengusir Aric sambil mengibaskan tangannya.
Sementara Aric langsung membanting pintu..
Eughhhh...
Terdengar suara lembut Alena melenguh, gadis itu sudah siuman..
"Tante...." Suara Alena memanggil Faza. Faza dan Mama Dian pun segera menghampiri Alena.
"Sayang, ini tante, nak.." kata Faza sambil menggenggam lembut tangan Alena..
"Tante, ayo kita ke taman bermain, Alena nggak mau pergi sama papa, Alena mau nya sama Tante.."
Mama Dian menatap Faza dengan tatapan yang sulit di artikan.
Faza mengangguk dan tersenyum, "Iya, sayang. Ayo kita ke taman bermain.." ucap Faza seraya mengecup kening Alena..
"Oma, ko oma ada disini ?" tanya gadis kecil itu
Mama Dian tersenyum lalu mengusap kepala Alena "Iya, Oma kangen sama Alena. Oma mau ikut ke taman bermain bersama Alena, boleh ?" tanya Mama Dian,
"Boleh dong, Alena seneng kalau Oma ikut. Opa juga ya, opa juga harus ikut. Tapi papa jangan di ajak.." Kata Alena membuat Mama Dian tercenung sejenak.
"Memang nya kenapa Alena nggak mau kalau papa ikut ?"
"Soalnya papa jahat sama Tante Faza. Kata Bi Erna, Tante Faza itu istri papa. Tapi Papa nggak kaya Papa nya temen temen aku.."
Faza menoleh pada Mama Dian, Faza takut jika Mama Dian mengetahui hal yang seharusnya tetap menjadi rahasia..
"Alena, sudah ya, Alena istirahat lagi. Nanti kalau kepala Alena sudah nggak sakit lagi, kita ke taman bermain."
Mama Dian menghentikan Faza dengan memegang tangan Faza sebagai isyarat..
"Alena, Oma boleh tanya sesuatu ? Tapi Oma ingin Alena jawab dengan jujur, ya.."
Alena mengangguk..
"memang nya apa yang membedakan papa nya teman teman Alena sama papa Aric ?" tanya Mama Dian
"Kalau papa nya temen temen Alena di sekolah, mereka selalu bersama. Kadang temen temen Alena menunjukkan foto foto liburan mereka bareng papa mama nya. Tapi Tante dan Papa nggak pernah liburan bersama. Alena nggak suka sama papa. Papa nggak pernah bicara sama Tante Faza. Papa cuma bicara sama Alena dan Bik Erna. Papa Jahat.." Panjang lebar Alena menjelaskan, hingga Faza menjadi miris sendiri. Ternyata selama ini Alena memperhatikan nya. Padahal Faza pikir Alena yang masih kecil tak akan paham perihal masalah orang dewasa. Faza salah, dia lupa Alena itu anak yang cerdas.
Mama Dian shock mendengar semua itu, pantas saja Aric selalu melarang Mama dan Papa nya untuk berkunjung dengan alasan mereka semua sibuk, ternyata ini lah alasan sebenarnya.
"Yasudah, sekarang Alena istirahat dulu ya, Oma mau bicara sama Tante Faza." Kata Mama Dian pada cucu nya, Alena menurut, dia pun kembali tertidur karena memang kepalanya masih terasa pusing.