Sebelum ada bintang, sebelum Bumi terbentuk, dia sudah ada.
Makhluk abadi tanpa nama, yang telah hidup melewati kelahiran galaksi dan kehancuran peradaban. Setelah miliaran tahun mengembara di jagat raya, ia memilih menetap di satu tempat kecil bernama Bumi — hanya untuk mengamati makhluk fana berkembang… lalu punah… lalu berkembang lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BOS DI BALIK LAYAR
Pagi itu, langit di atas gedung pencakar langit milik Skyreach Group tampak kelabu, seolah ikut mencerminkan suasana dalam perusahaan yang tengah bergolak karena krisis internal.
Di depan lobi utama, sebuah Bugatti edisi terbatas berhenti dengan tenang. Warna hitam metaliknya berkilau di bawah cahaya pagi, membuat banyak pegawai dan satpam yang sedang berjaga tak bisa menahan diri untuk menoleh.
Itu bukan Bugatti biasa.
Itu adalah model khusus satu-satunya di dunia, dengan plat nomor pribadi dan desain custom yang hanya dimiliki satu orang.
Karena mibil ini sangat langka bahkan security depan membiarkannya masuk karena berfikir itu mobil eksekutif senior
Pintu terbuka.
Seorang pria muda melangkah keluar.
Alex Chu.
Tinggi semampai, 190 cm, berpakaian rapi kasual elegan. Sorot mata birunya begitu tajam dan dingin. Tidak ada satu pun emosi terpancar dari wajahnya, hanya ketenangan mutlak yang membuat orang tertekan tanpa tahu alasannya.
Ia melangkah perlahan menuju lobi, disambut bisik-bisik karyawan yang tak mengenalnya.
.
Beberapa staf kantor saling berbisik, mengangumi ketampanan alex chu meski hanya memakai pakaian sederhana, tapi aura itu nyata.
beberapa staf wanita langsung berfikir "wah mungkin dia seperti keluar dari lukisan"
>"oh tidak dia sangat tanpan, diapa dia anak pemegang saham kah?".
bisik" terdengar
Seorang resepsionis wanita berdiri cepat dengan sedikit canggung, tapi tetap menjaga sopan santun.
> “Selamat pagi, Tuan… Ada yang bisa saya bantu? Resepsionis itu bertanya tanpa berkedip mengagumi sosok alex chu
Alex menoleh sejenak, menatap wanita itu tanpa mengatakan apapun.
Suasana mendadak terasa aneh.
Tepat saat itu, pintu lift eksekutif terbuka. Seorang pria paruh baya berjas hitam keluar dengan langkah cepat.
Gao Wen, orang kepercayaan utama Alex, kepala eksekutif senior yang dikenal berpengaruh di Skyreach Group.
> “Tuan Alex, mohon maaf saya terlambat menyambut Anda.”
Gao Wen langsung berdiri di sisi Alex dan menatap resepsionis itu.
> “Dia tidak perlu membuat janji. Ini adalah pemilik perusahaan ini.”
Resepsionis itu membeku, wajahnya langsung berubah. Para staf kantor yang masih di lobi pun terkejut
>"oh ya ampun dia bos perusahaan ini, dia masih sangat muda, dan masih sangat tampan, dunia sungguh tidak adil"
Namun Alex tak mengucapkan apapun. Ia hanya mengangguk ringan dan langsung masuk ke lift eksekutif bersama Gao Wen.
---
Lantai 88 — Ruang Rapat Utama
Ruang besar itu sudah dipenuhi oleh para eksekutif senior Skyreach Group. Mereka menunggu dengan cemas—mendengar bahwa ‘pengendali pusat’ akan hadir untuk menyelesaikan krisis, namun mereka tak tahu siapa yang dimaksud.
Saat pintu terbuka, semua kepala menoleh.
Langkah kaki pria muda dan suara sepatunya yang tenang bergema di ruangan.
Namun begitu melihat sosok Alex… ekspresi para eksekutif berubah.
Beberapa dari mereka saling berpandangan, bingung.
Ada yang mulai tersenyum sinis, mengira ini hanya asisten atau penerus simbolik.
> “Itu dia? Bocah ini?” bisik salah satu direktur senior dengan alis mengernyit.
“Apa kantor pusat sedang bercanda?”
Gao Wen berdiri ke samping, suaranya tenang namun penuh tekanan.
> “Bapak-bapak sekalian.
Perkenalkan, ini adalah Tuan Alex Chu—pemilik sah Skyreach Group.
Orang di balik semua jaringan perusahaan kita selama ini.”
Ruangan langsung hening.
Sebagian tertawa kecil, mengira itu hanya basa-basi. Tapi raut wajah Gao Wen terlalu serius untuk dianggap bercanda.
Beberapa detik kemudian, layar besar di dinding menyala otomatis.
Menampilkan struktur legal, dokumen hak kepemilikan, tanda tangan digital, serta bukti verifikasi internasional.
Semua mengarah ke satu nama: Alex Chu.
Para eksekutif mulai berdiri perlahan, satu per satu. Ada yang menunduk, ada yang masih tercengang.
> “Tak mungkin… dia masih terlihat seperti mahasiswa,” bisik salah satu eksekutif muda.
> “Aku sudah dua puluh tahun di sini… tak pernah mendengar nama itu sebelumnya…”
Alex duduk di ujung meja panjang ruang rapat. Ia membuka dokumen di tangannya dengan tenang, lalu berbicara untuk pertama kalinya:
> “Mulai rapat. Aku ingin tahu siapa yang membuat perusahaan ini terlihat seperti dikelola anak TK.”
Nadanya datar. Tapi tekanan dalam kata-katanya cukup untuk membuat beberapa direktur terdiam dan menahan napas.
Di hadapan pria muda itu, usia dan jabatan mereka tak berarti apa-apa.